Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Airlangga Bicarakan Nasib Kelas Menengah di Indonesia

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 27 August 2024 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Redaksi
Airlangga Bicarakan Nasib Kelas Menengah di Indonesia

KABARBURSA.COM - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menggelar diskusi bertema 'Peran dan Potensi Kelas Menengah Menuju Indonesia Emas 2045'.

Hadir dalam diskusi tersebut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dengan sejumlah mantan Menko Perekonomian,  yakni Dorodjatun Kuntioro Jakti (Menko Perekonomian 2001-2004), Aburizal Bakrie (Menko Perekonomian 2004- 2005), dan Darmin Nasution (Menko Perekonomian periode 2015 - 2019), dan Sri Mulyani Indrawati (Menko Perekonomian Mei 2008-Agustus 2008) dan Chairul Tanjung (Menko Perekonomian Mei 2014 - Oktober 2014).

Mantan perekonomian lainnya yang turut diundang, namun tidak hadir yaitu Burhanudin Abdullah (Menko Perekonomian Juni-Agustus 2021), Boediono (Menko Perekonomian 2005-2008), Hatta Rajasa (Menko Perekonomian 2009-2014), dan Sofyan Djalil (Menko Perekonomian Oktober 2014-Juli 2015).

Airlangga mengatakandiskusi tersebut membahas terkait peran kelas menengah di Indonesia sebagai penggerak utama perekonomian.

"Saat ini ada sekitar 17,13 persen golongan kelas menengah dan nyaris 50 persen expiring middle class atau kelompok rentan," kata Airlangga.

"Kami sampaikan bahwa kelas menengah adalah motor penggerak ekonomi," tambahnya.

Menurut Airlangga, kelompok kelas menengah punya karakteristik yang berkaitan erat dengan pola konsumsi. Pengeluaran mereka didominasi oleh sektor makanan, perumahan, pendidikan, hingga hiburan atau jasa.

"Kemudian karakteristiknya di kelas menengah adalah pola konsumsi, di mana pengeluaran terbesar biasanya dari sektor makanan, diikuti oleh perumahan, kesehatan, pendidikan, hingga hiburan atau jasa," jelas dia.

Airlangga juga menyoroti peran kelas menengah, khususnya berkaitan dengan kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja. Mereka dinilai memiliki peran dalam mencapai target Indonesia emas 2045.

"Oleh karena itu untuk menjaga kelas menengah kita perlu mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil dan tinggi. Kita akan mendorong kelas menengah untuk terus tumbuh dan mengurangi mereka yang expiring middle class," tuturnya.

Prabowo Lanjutkan Program Kartu Prakerja

Di kesempatan berbeda, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan Presiden Terpilih, Prabowo Subianto, akan melanjutkan program Kartu Prakerja yang telah berjalan sejak masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Program Kartu Prakerja sudah ada di RAPBN 2025 (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)," kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa, 27 Agustus 2024.

Namun, Airlangga tak merinci berapa anggaran dan sasaran program tersebut tahun depan.

Sebelumnya, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso sebelumnya berharap program Kartu Prakerja bisa dilanjutkan di pemerintahan Prabowo Subianto.

Menurut dia, program itu bermanfaat karena meningkatkan kompetensi angkatan kerja di Indonesia. Terlebih, Indonesia sedang bersiap diri menghadapi puncak bonus demografi pada 2030 mendatang.

Sejak program Prakerja diluncurkan pada 2020 lalu, pemerintah sudah melatih sekitar 17,5 juta penerima manfaat dari 147 juta angkatan kerja di Indonesia hingga akhir 2023.

Tahun ini, pemerintah menargetkan program Kartu Prakerja dapat menjangkau 1,14 juta masyarakat dengan anggaran sekitar Rp4,8 triliun.

Dorong Ekonomi Hijau Kota Batam

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong investasi ekonomi hijau di Kota Batam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sebagai bentuk konkret dukungan tersebut, Airlangga menandatangani perjanjian kerja sama pasokan gas alam dan pembangunan infrastruktur di dalam Kawasan Industri Wiraraja.

Kawasan Industri Wiraraja telah berperan aktif terhadap kemajuan industri di Batam dan turut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di Kepulauan Riau yang pada triwulan II 2024 ini mampu tumbuh stabil mencapai 4,9 persen (year on year/yoy). Sektor industri pengolahan sendiri memberikan share sebesar 41 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kepulauan Riau.

"Kita tahu bahwa ekonomi Indonesia cukup baik di tengah global yaitu di antara negara G20, kita top 5 dengan pertumbuhan rata-rata 5 persen dan inflasi yang rendah di 2,13 persen di bulan Juli. Kepulauan Riau juga tumbuh secara baik di kuartal kedua yakni 4,9 persen dan menjadi salah satu provinsi dengan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) terbanyak di Indonesia. Kepulauan Riau tentunya menjadi pintu bagi investasi Indonesia," ungkap Airlangga, Senin, 26 Agustus 2024.

Kawasan Industri Wiraraja sendiri telah menjadi lokasi dari delapan perusahaan diresmikan dalam Grand Launching tersebut. Perusahaan-perusahaan tersebut terutama bergerak pada sektor renewable energy seperti manufaktur solar modul, sodium-ion battery, hingga semikonduktor.

Lebih lanjut, perusahaan-perusahaan tersebut akan menambah nilai investasi baru sebesar USD17,6 triliun yang berasal dari Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun dari Penanaman Modal Asing (PMA) dari Amerika Serikat (AS), Jerman, Taiwan, dan Singapura.

Selain itu, melalui penambahan investasi tersebut juga akan menyerap tenaga kerja sebanyak 36.150 orang.

"Di era digitalisasi, semikonduktor menjadi sangat penting, dan dari Pemerintah Pusat kita mempersiapkan Sumber Daya Manusia-nya. Ada start-up di Bandung yang sudah menjadi value chain dari pada industri semikonduktor di Amerika Serikat dalam hal chip design,” lanjutnya.

"Jadi, spektrumnya luas dan karena situasinya dalam Kawasan Ekonomi Khusus dan free trade zone, saya berharap bahwa Kepri ini bisa menonjol di kawasan regional. Kita berani bersaing dengan Johor di Malaysia," tegasnya.

Airlangga kemudian melakukan kunjungan ke PT Atelier Solar Indonesia yang bergerak dalam usaha manufaktur solar modul.

Nilai investasi perusahaan tersebut tercatat sebesar USD30 juta dengan penyerapan tenaga kerja terampil sebanyak 150 tenaga kerja. Pada fase pertama, perusahaan ini memproduksi solar modul berkapasitas 800 MW dan pada fase dua akan memproduksi solar modul berkapasitas 2 GW. (*)