Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Goldman Sachs Turunkan Proyeksi Harga Brent di 2025, ini yang Mempengaruhi

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 27 August 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Goldman Sachs Turunkan Proyeksi Harga Brent di 2025, ini yang Mempengaruhi

KABARBURSA.COM - Goldman Sachs telah menurunkan proyeksi harga rata-rata minyak Brent untuk tahun depan sebesar USD5 per barel, dengan alasan peningkatan tak terduga dalam persediaan minyak global dan permintaan yang lebih lambat dari China sebagai faktor yang dapat menekan pasar.

Bank Wall Street ini memotong kisaran harga Brent menjadi USD70-85 per barel dan menurunkan perkiraan harga rata-rata Brent 2025 menjadi USD77 per barel dari sebelumnya USD82, seperti yang dilaporkan oleh Reuters pada Selasa, 27 Agustus 2024 di Bengaluru.

Sekadar informasi, Goldman Sachs adalah sebuah bank investasi dan jasa keuangan multinasional yang berbasis di New York City, Amerika Serikat. Mereka menawarkan berbagai layanan, termasuk manajemen investasi, sekuritas, manajemen aset, kepialangan utama, dan penjaminan emisi.

Selain itu, perusahaan ini juga menyediakan layanan perbankan investasi yang ditujukan untuk investor institusional. Dengan portofolio layanan yang luas, perusahaan ini memainkan peran penting dalam mendukung keputusan investasi dan strategi keuangan kliennya di seluruh dunia.

Goldman Sachs mengungkapkan, pasokan minyak dari Amerika Serikat telah melampaui ekspektasi berkat peningkatan efisiensi yang terus berlanjut, sementara permintaan dari China melambat akibat perubahan struktural dalam penggunaan bahan bakar jalan raya dan melemahnya kebutuhan petrokimia.

Namun demikian, Goldman Sachs juga mencatat bahwa permintaan dari India, suku bunga yang lebih rendah, dan normalisasi valuasi dapat membantu membatasi tekanan penurunan harga minyak.

Dalam laporan bulanannya, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun depan menjadi 1,78 juta barel per hari (bph) dari sebelumnya 1,85 juta bph.

"Kami masih memperkirakan OPEC akan meningkatkan produksi pada kuartal keempat, mengingat pasar mungkin akan beralih dari kondisi ekuilibrium saat ini, di mana OPEC mendukung keseimbangan harga spot dan mengurangi volatilitas, menuju ekuilibrium jangka panjang yang berfokus pada pengendalian pasokan non-OPEC secara strategis dan mempertahankan kohesi," ungkap Goldman Sachs.

OPEC+, kelompok yang terdiri dari negara-negara OPEC dan sekutunya seperti Rusia, telah memberlakukan serangkaian pemotongan produksi sejak akhir 2022 untuk mendukung pasar. Pemotongan ini sebagian besar akan berlangsung hingga akhir 2025.

Pada 1 Agustus, OPEC+ mengonfirmasi rencana untuk mulai mengurangi lapisan pemotongan produksi terbaru sebesar 2,2 juta bph mulai Oktober, dengan catatan bahwa pemotongan tersebut dapat dihentikan sementara atau dibatalkan jika diperlukan.

Setelah mengalami lonjakan lebih dari 7 persen dalam tiga sesi sebelumnya, harga minyak mengalami penurunan pada perdagangan Selasa, 27 Agustus 2024, dipicu oleh kekhawatiran pasokan yang diakibatkan oleh potensi konflik yang lebih luas di Timur Tengah serta penutupan ladang minyak di Libya.

Pada perdagangan Senin, 26 Agustus 2024 pukul 9.26 WIB, harga minyak mentah dunia mencatatkan kenaikan. Minyak Brent diperdagangkan di angka USD78,64 per barel, mengalami kenaikan sebesar 0,63 persen dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.

Hari ini, perdagangan minyak jenis Brent diperkirakan akan bergerak dalam kisaran harga terendah USD78,32 per barel hingga tertinggi USD78,75 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada harga USD75,39 per barel, naik sebesar 0,75 persen. Tren kenaikan harga minyak mulai terlihat sejak kemarin pagi, mencerminkan pergerakan positif di pasar energi global.

Pasokan Libya Mampet

Harga minyak dunia melonjak sekitar 3 persen pada hari Senin 26 Agustus 2024, setelah laporan bahwa hampir seluruh produksi minyak di Libya terhenti.

Kenaikan ini menambah lonjakan sebelumnya, yang dipicu oleh kekhawatiran bahwa ketegangan yang semakin meningkat di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak regional secara signifikan.

Menurut laporan Reuters, harga minyak mentah Brent meroket sebesar USD 2,28 atau 2,89 persen, mencapai USD 81,30 per barel pada pukul 13:16 GMT.

Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tercatat pada USD 77,30 per barel, naik USD 2,47 atau 3,3 persen.

Harga tertinggi harian untuk Brent mencapai USD 81,40 per barel, yang merupakan puncak tertinggi dalam 11 hari terakhir, menegaskan lonjakan tajam yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.

Kenaikan harga ini mengikuti pengumuman mendalam dari pemerintah yang berbasis di timur Libya mengenai penutupan semua ladang minyak pada hari Senin, yang menghentikan produksi dan ekspor minyak secara mendadak dan penuh. Penghentian mendadak ini menjadi faktor utama yang mendorong lonjakan harga minyak di pasar global.

Pemerintah Benghazi, meskipun tidak diakui secara internasional, mengendalikan sebagian besar ladang minyak Libya yang vital.

Namun, Perusahaan Minyak Nasional yang berbasis di Tripoli, yang memiliki kontrol atas sebagian besar sumber daya minyak Libya, serta pemerintah Tripoli yang diakui secara internasional, belum memberikan konfirmasi resmi mengenai berita ini. Ketidakpastian mengenai situasi ini menambah ketegangan di pasar minyak.(*)