Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Sri Mulyani: Kontroversi Pemilu AS dapat Guncang Posisi Ekonomi Global

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 26 August 2024 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Sri Mulyani: Kontroversi Pemilu AS dapat Guncang Posisi Ekonomi Global

KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa jika perekonomian Amerika Serikat (AS) melemah dan kepemimpinan negara itu terganggu akibat kontroversi terkait presiden terpilih, posisi ekonomi AS di dunia bisa terguncang.

Ia menjelaskan bahwa dalam pemilihan presiden di AS, muncul berbagai kontroversi terkait kandidat yang bersaing. Jika pemimpin yang terpilih tidak tepat, ekonomi negara tersebut berisiko melemah. "Posisi AS di dunia tidak dijamin akan tetap kuat jika kita memilih pemimpin yang salah, mereka bisa melemah," ujar Sri Mulyani pada Senin, 26 Agustus 2024.

Menanggapi hal ini, Sri Mulyani menekankan bahwa ketergantungan satu negara pada negara lain membawa risiko besar. Oleh karena itu, banyak negara yang berupaya mengurangi ketergantungan pada dolar AS melalui kerja sama bilateral dalam perdagangan dan penggunaan mata uang lainnya.

Sebelumnya, Sri Mulyani juga menyanggah anggapan bahwa AS kebal terhadap inflasi. Pada 2022-2023, inflasi di AS melonjak, mengejutkan ekonominya. Namun, dalam menghadapi krisis finansial global 2008-2020 dan pandemi Covid-19 pada 2020, AS menggunakan strategi kontrasiklikal dengan mencetak uang dalam jumlah besar untuk mendorong ekonominya.

"AS memiliki keistimewaan yang tak dimiliki ekonomi lain, bahkan dalam kelompok G7. Pertama, AS adalah ekonomi terbesar di dunia. Kedua, mereka memonopoli banyak teknologi. Dalam dominasinya, AS menggunakan dolar sebagai salah satu kekuatan geopolitiknya," ungkap Sri Mulyani dalam Kuliah Perdana Pengantar Ekonomi yang diadakan daring oleh Universitas Indonesia.

Ia juga menjelaskan bahwa banyak negara dengan mata uang yang kurang kredibel akhirnya menggunakan dolar AS. Hong Kong, Singapura, dan Arab Saudi adalah contoh negara yang pernah bergantung pada dolar, meski kini beberapa di antaranya telah mulai menggunakan mata uang mereka sendiri.

"Karena bank sentral belum memiliki reputasi yang kuat, ekonomi bisa terjebak inflasi dan akhirnya bergantung pada dolar, terutama yang dekat dengan AS, baik karena minyak, investasi, atau perdagangan lainnya," paparnya.

Sri Mulyani juga mencatat bahwa kontribusi dolar AS terhadap perekonomian dunia, yang dulunya sekitar 82 persen, kini telah menurun menjadi sekitar 50 persen. Ia menyebut China sebagai contoh negara yang mencoba mengurangi ketergantungan pada dolar dengan membeli Surat Utang AS dalam jumlah besar dan mulai menggunakan renminbi dalam transaksinya, meskipun masih terbatas.

"AS dan China kini tidak bisa dipisahkan, ini adalah bentuk kompetisi kekuatan geopolitik, dan di sini mulai muncul alternatif," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Sri Mulyani juga menekankan pentingnya tata kelola yang baik dan sistem hukum yang adil dalam pengelolaan negara. Ia menjelaskan bahwa jika aturan yang diterapkan bersifat eksploitatif, akan terjadi dominasi satu pihak atas pihak lainnya, yang pada akhirnya menghilangkan kompetisi sehat dan memicu eksploitasi.

Pernyataan tersebut disampaikan saat Sri Mulyani menanggapi pertanyaan seorang mahasiswa mengenai dampak polemik Revisi Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada) terhadap demokrasi dan ekonomi Indonesia. Mahasiswa itu bertanya apakah krisis demokrasi akibat UU Pilkada akan memengaruhi stabilitas ekonomi nasional.

Sri Mulyani menjawab dengan tegas bahwa perekonomian suatu negara bergantung pada fondasi hukum yang kuat dan pemerintahan yang stabil. Tanpa itu, ekonomi akan rentan terhadap krisis. Ia mencontohkan perbedaan perkembangan ekonomi antara negara-negara di Amerika Utara, seperti AS dan Kanada, yang berkembang pesat, dengan negara-negara di Amerika Latin yang tertinggal, meski berada di wilayah yang sama.

Ia juga merujuk pada buku How Nations Fail karya Acemoglu, yang menjelaskan bahwa perbedaan dalam sistem hukum dan tata kelola yang diterapkan berperan besar dalam menentukan hasil ekonomi suatu negara. Jika sistemnya eksploitatif, dominasi pihak kuat akan menghapuskan kompetisi sehat dan memicu eksploitasi.

Dengan gaya santai, Sri Mulyani berbagi tentang berbagai perannya dalam hidup, mulai dari Menteri Keuangan hingga nenek, dan menekankan bahwa meskipun menjalani banyak peran, ia tetap konsisten dalam kepribadian.

Sri Mulyani juga menekankan pentingnya integritas dalam profesi apapun. Ia mengingatkan mahasiswa untuk menjaga integritas sejak dini, karena integritas adalah nilai yang paling berharga dan merupakan investasi terbaik untuk masa depan.

Sebagai penutup, ia berpesan kepada mahasiswa untuk membangun karakter yang kuat dan memegang prinsip yang jelas. Dengan integritas yang kokoh, masa depan yang cerah akan terbuka lebar bagi mereka yang berpegang pada nilai-nilai kebaikan. (*)