Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Surplus Neraca Dagang bikin Daya Saing RI di Global Naik

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 24 August 2024 | Penulis: Dian Finka | Editor: Redaksi
Surplus Neraca Dagang bikin Daya Saing RI di Global Naik

KABARBURSA.COM - Kementerian Perdagangan melaporkan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia untuk periode Januari hingga Juli 2024 mencapai USD 15,92 miliar. Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, menyatakan bahwa Indonesia berhasil mempertahankan tren surplus ini, semakin mengukuhkan posisinya di pasar internasional.

"Pada Triwulan I-2024, Indonesia mencatat surplus sebesar USD 10,1 miliar. Surplus neraca perdagangan telah terjaga selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Dalam periode Januari hingga Juli 2024, surplus ini telah mencapai USD 15,92 miliar. Dari perspektif daya saing global, peringkat Indonesia dalam Indeks Daya Saing Global 2024 juga mengalami peningkatan yang signifikan," ungkap Jerry dikutip Sabtu, 24 Agustus 2024.

Lanjutnya, Jerry menyampaikan inflasi Indonesia relatif terkendali dan bahkan lebih rendah dari beberapa negara lainnya. Inflasi tahunan Indonesia pada Agustus 2024 sebesar 2,1 persen (year on year/yoy). Selain itu, kinerja perdagangan Indonesia juga relatif terjaga, meskipun mengalami pelemahan ekspor tapi tetap mencatat surplus neraca perdagangan secara berkelanjutan.

“Di tengah ketidakpastian ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2024 mampu tumbuh 5,05 persen (yoy), lebih tinggi dari negara-negara maju seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa,” imbuh Jerry.

Kendati Jerry juga menyoroti beberapa peluang dan tantangan yang dihadapi untuk menjaga momentum tersebut, antara lain pergeseran status ekonomi berbagai negara-negara kurang

berkembang; pergeseran demografi penduduk dunia; gangguan logistik, distribusi, dan rantai pasok; perkembangan geopolitik global, termasuk praktik untuk mengalihkan rantai pasokan ke

negara sekutu atau negara yang dianggap teman dalam konsep perdagangan internasional dan praktik memisahkan atau mengurangi ketergantungan pada rantai pasok global.

Selain itu Wamendag Jerry juga mencermati peluang dan tantangan lain, seperti pertumbuhan perdagangan digital, kenaikan harga pangan dan energi domestik, serta isu ekonomi hijau dan perdagangan berkelanjutan.

erry mengungkapkan bahwa Indonesia telah menyelesaikan perjanjian dagang dengan 26 negara/ekonomi dan masih dalam tahap perundingan dengan 45 negara lainnya. Mitra dagang utama Indonesia kini bergeser dari negara-negara G7 ke negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, Pakistan, Bangladesh, Uni Emirat Arab, Afrika Selatan, Nigeria, Arab Saudi, Vietnam, dan Filipina. Pergeseran ini disebabkan oleh kebijakan unilateral Uni Eropa yang menghambat perdagangan dan menyebabkan lima sengketa di WTO.

“Dengan berbagai fakta tersebut, generasi muda harus memahami peluang dan tantangan global dan nasional, karena pada 2045, Indonesia diproyeksikan menjadi negara maju dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita di atas USD 30 ribu atau peringkat ke-5 di dunia. Untuk mencapai cita-cita tersebut, maka pemerintah terus berusaha untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan daya saing seluruh sektor,” pungkasnya.

Pertumbuhan Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2024 menunjukkan surplus sebesar USD 0,47 miliar. Surplus ini terdiri dari surplus perdagangan nonmigas sebesar USD 2,61 miliar, sementara perdagangan migas mencatat defisit sebesar USD 2,13 miliar.

Meskipun mencatat surplus, nilai surplus pada Juli 2024 ini lebih rendah jika dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya, yakni Juni 2024, yang mencapai USD 2,39 miliar. Selain itu, angka surplus Juli 2024 juga masih lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada bulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu Juli 2023, yang mencapai USD 1,29 miliar.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyatakan, "Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Juli 2024. Meskipun nilai surplus untuk periode ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu, Indonesia tetap berhasil mempertahankan tren surplus perdagangan selama 51 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujarnya pada Minggu, 18 Agustus 2024.

Lebih lanjut, Mendag menjelaskan bahwa pada Juli 2024, terdapat tiga negara mitra dagang yang memberikan kontribusi surplus terbesar bagi Indonesia. Negara-negara tersebut adalah India, Amerika Serikat (AS), dan Filipina, yang bersama-sama menghasilkan total surplus sebesar USD 3,03 miliar untuk Indonesia. Di sisi lain, terdapat negara-negara yang berkontribusi terhadap defisit perdagangan nonmigas pada bulan tersebut, yaitu Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Singapura, dan Australia, dengan total defisit mencapai USD 3,42 miliar.

Secara kumulatif, selama periode Januari hingga Juli 2024, neraca perdagangan Indonesia berhasil mencatat surplus sebesar USD 15,92 miliar. Surplus ini terdiri dari surplus perdagangan nonmigas sebesar USD 28,16 miliar dan defisit perdagangan migas sebesar USD 12,24 miliar. Namun, angka surplus ini masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai USD 21,20 miliar.

Zulkifli Hasan, yang akrab disapa Zulhas, menambahkan bahwa capaian surplus yang lebih rendah ini menunjukkan adanya tantangan dalam menjaga stabilitas neraca perdagangan, terutama dalam menghadapi fluktuasi pasar global dan dinamika perdagangan internasional yang terus berkembang. Meskipun demikian, pencapaian surplus selama lebih dari empat tahun berturut-turut ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia tetap mampu bertahan dan bersaing di kancah global. (*)