Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Obligasi Emerging Asia Menyala, Indikasi Kembalinya Minat Investor?

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 21 August 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Obligasi Emerging Asia Menyala, Indikasi Kembalinya Minat Investor?

KABARBURSA.COM - Lima pasar obligasi emerging Asia, yaitu Korea Selatan, Thailand, Indonesia, India, dan Malaysia, akhirnya mencatatkan arus masuk bersih untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir. Ini menandakan bahwa investor semakin percaya diri terhadap prospek kelas aset ini.

Menurut data terbaru, para pengelola dana internasional telah mulai meningkatkan kepemilikan surat utang di lima negara tersebut sejak awal Juli. Jika tren positif ini berlanjut hingga akhir September, akan disaksikan pencapaian triwulanan yang belum pernah terjadi sejak pertengahan 2021.

"Banyak investor global yang sebelumnya menghindari obligasi Asia dengan imbal hasil rendah akan mulai menyeimbangkan portofolio mereka seiring dengan semakin jelasnya kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve," kata Charlie Robertson, Kepala Strategi Makro di FIM Partners.

"Melemahnya dolar AS juga membuka peluang untuk pemangkasan suku bunga di pasar obligasi emerging Asia," lanjut Robertson.

Arus masuk yang signifikan ini menunjukkan bahwa investor semakin optimis terhadap pasar obligasi emerging, terutama dengan Fed yang mendekati keputusan untuk memangkas suku bunga.

Tren ini sangat kontras dengan kinerja obligasi negara berkembang yang sebelumnya tertekan oleh biaya pinjaman yang lebih tinggi dari bank sentral AS. Meskipun banyak negara emerging di Asia diperkirakan akan mengikuti jejak Fed dalam memangkas suku bunga, tingkat pelonggaran yang diharapkan akan lebih rendah dibandingkan dengan AS.

Sebagai contoh, pasar swap memperkirakan Fed akan memotong suku bunga sekitar dua poin persentase pada akhir 2025, sementara Korea Selatan diharapkan hanya mengurangi suku bunga sekitar 75 basis poin dalam periode yang sama.

Dengan dinamika ini, pasar obligasi emerging Asia menunjukkan tanda-tanda pemulihan dan optimisme baru yang menarik perhatian investor global.

Reli Saham dan Obligasi Indonesia Berlanjut

Reli harga saham dan obligasi di pasar keuangan Indonesia terus berlanjut pada Selasa, 20 Agustus 2024, dengan investor yang semakin gencar memasuki pasar surat utang negara, didorong oleh harapan yang semakin meningkat akan penurunan suku bunga global, yang berpotensi memberikan Bank Indonesia ruang untuk memulai pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat.

Pasar saham juga tidak luput dari minat investor, yang semakin optimis di tengah sentimen bullish di pasar global, terutama setelah ekspektasi terjadinya resesi di Amerika Serikat (AS) mulai mereda.

Tingginya minat investor ini telah memperkuat nilai tukar rupiah sejak pagi, menjadikannya mata uang dengan penguatan terbesar di pasar Asia pada posisi Rp15.478/USDsiang ini.

Berdasarkan data realtime dari BloombergEconomics, yield SBN untuk semua tenor menunjukkan penurunan. Penurunan yield ini mengindikasikan adanya permintaan beli yang mendorong kenaikan harga obligasi.

Yield SBN dengan tenor 5 tahun turun 3 bps ke 6,506 persen, disusul oleh tenor 10 tahun yang turun 2,8 bps ke 6,657 persen, sementara tenor 2 tahun turun 1 bps ke 6,519 persen pada pukul 13:56 WIB.

Pasar saham juga aktif dengan aksi beli investor. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di 7.533,23, naik 0,9 persen dibandingkan hari sebelumnya.

Kondisi bullish tidak hanya terjadi di Indonesia, hampir semua pasar negara berkembang kini menikmati aliran modal global yang deras. Meningkatnya ekspektasi terkait arah kebijakan suku bunga The Fed, menjelang pidato Gubernur The Fed Jerome Powell pada hari Jumat di Jackson Hole, membuat banyak investor meninggalkan dolar AS.

Indeks dolar AS siang ini berada di kisaran 101,9 setelah ditutup melemah 0,6 persen tadi malam.

“Investor global mengambil posisi short terhadap dolar AS karena mereka memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga secara agresif pada tahun 2024, dengan perkiraan tiga hingga empat kali penurunan masing-masing 25 bps, dan pada semester pertama 2025 sebanyak 100 bps, sehingga suku bunga The Fed diperkirakan akan mencapai 3,50-3,75 persen pada Juni 2025,” ungkap Lionel Priyadi dan Nanda Rahmawati, tim analis Mega Capital Sekuritas dalam catatannya pagi ini.

Untung dan Risiko Investasi Obligasi

Dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian, investasi pada obligasi semakin menarik bagi banyak investor. Fadly Fatah, Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Banten, menekankan bahwa obligasi adalah salah satu instrumen investasi paling aman, terutama jika diterbitkan oleh negara.

"Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan atau negara untuk mencari pendanaan dari investor," jelas Fadly dalam sebuah dialog Mozaik Indonesia di RRI.

Ia menambahkan bahwa salah satu keuntungan utama dari investasi obligasi adalah kupon atau bunga yang biasanya lebih tinggi dibandingkan suku bunga bank.

"Meski capital gain dari obligasi mungkin tidak sebesar saham, bunga obligasi memberikan pengembalian yang stabil dan cenderung lebih aman," katanya.

Namun, investasi obligasi juga memiliki risikonya sendiri. Fadly mengingatkan bahwa tingkat keamanan obligasi sangat bergantung pada penerbitnya.

"Obligasi yang diterbitkan oleh negara umumnya lebih aman karena dijamin oleh undang-undang. Sebaliknya, obligasi korporasi bergantung pada stabilitas keuangan perusahaan penerbitnya. Selain itu, semakin panjang tenor obligasi, risikonya cenderung meningkat," tuturnya.

Untuk memaksimalkan keuntungan dari obligasi, Fadly menyarankan diversifikasi investasi.

"Menggabungkan obligasi negara dan korporasi bisa menjadi strategi yang baik. Selain itu, penting untuk mempertimbangkan tenor dan rating obligasi sebelum berinvestasi," tambahnya.

Fadly juga menekankan bahwa obligasi sangat cocok untuk investor dengan profil risiko rendah, terutama mereka yang mencari investasi jangka panjang yang stabil.

"Obligasi negara Indonesia adalah pilihan yang aman dan dapat diandalkan, terutama bagi mereka yang mempersiapkan dana pensiun," katanya.

Di akhir dialog, Fadly mendorong masyarakat untuk lebih aktif berinvestasi di pasar obligasi domestik.

"Investasi di obligasi negara tidak hanya memberikan keuntungan finansial tetapi juga berkontribusi pada pembangunan nasional," ujar Fadly.

Dengan informasi ini, para investor diharapkan bisa membuat keputusan investasi yang lebih cerdas dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh pasar obligasi.(*)