Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Analis Optimis Pasar Saham Perkasa Efek Pidato Jokowi

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 17 August 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Analis Optimis Pasar Saham Perkasa Efek Pidato Jokowi

KABARBURSA.COM – Pidato kenegaraan yang disampaikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada 16 Agustus 2024 membawa angin segar bagi perekonomian nasional.

Presiden Jokowi, dalam pidatonya, menegaskan optimisme pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan mencapai 5,2 persen pada tahun 2025. Keyakinan ini dilandasi oleh upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi, mengendalikan inflasi, dan meningkatkan investasi.

Menanggapi pidato Jokowi,analis pasar modal yang juga Senior Investment Information dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, memberikan pandangannya mengenai reaksi pasar saham pasca pidato tersebut. Menurut Nafan, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi setelah pidato tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen eksternal, terutama optimisme pasar global terhadap kebijakan moneter yang akan diambil oleh Federal Reserve (The Fed) pada bulan September mendatang.

"Penguatan IHSG sebenarnya lebih dipengaruhi oleh sentimen eksternal, di mana para pelaku pasar optimis bahwa The Fed pada September nanti akan menerapkan expansion remote policy,” kata Nafan saat dihubungi KabarBursa, Sabtu 17 Agustus 2024.

Nafan menyoroti pelaku pasar menunjukkan optimisme terhadap kemungkinan The Fed akan menerapkan kebijakan moneter yang lebih agresif. Pelaku pasar, kata dia, memperkirakan The Fed bisa menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan bulan September mendatang, yang diharapkan akan memberikan dorongan signifikan terhadap pasar.

Nafan juga menjelaskan optimisme pelaku pasar terhadap Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau RAPBN 2025 yang disampaikan oleh Presiden Jokowi turut memberikan dorongan bagi penguatan IHSG, meskipun ia menegaskan penguatan ini bukanlah penguatan pasar secara keseluruhan. “Jadi ini telah ter-price in dari adanya penguatan IHSG misalnya, walaupun tidak market secara umumnya,” kata Nafan.

Selain faktor eksternal, kata Nafan, pelaku pasar juga memberikan apresiasi terhadap RAPBN 2025 yang disampaikan oleh Presiden Jokowi. Menurut dia, para pelaku pasar optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 dapat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2024. Jika proyeksi pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen pada 2024, maka untuk tahun 2025 diperkirakan akan naik menjadi 5,2 persen, yang tentunya menjadi sinyal positif bagi pasar.

Sementara itu, dalam pidatonya, Jokowi menguraikan bahwa inflasi akan dijaga pada kisaran 2,5 persen, sementara pertumbuhan ekonomi akan lebih bertumpu pada permintaan domestik. Pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan daya beli masyarakat melalui pengendalian inflasi, penciptaan lapangan kerja, serta dukungan program bansos dan subsidi. Selain itu, pemerintah akan terus mendorong peningkatan produk-produk yang bernilai tambah tinggi dan berorientasi ekspor dengan dukungan insentif fiskal yang kompetitif.

Nafan juga menyinggung soal kondisi inflasi dan prediksi pertumbuhan ekonomi yang disampaikan oleh Presiden Jokowi. “Jadi kalau inflasi memang diprediksikan akan ada dalam range yang dikatakan oleh BI, ini 2,5 persen plus minus 1 persen. Ini juga menambah bonus penguatan untuk IHSG di hari Jumat, ketika pada hari Kamis kemarin IHSG lebih cenderung terkoreksi wajar,” jelasnya.

Lebih lanjut, Nafan membahas tentang proyeksi dinamika pasar di masa depan, baik dari sisi eksternal maupun domestik. Menurut dia, pelaku pasar akan mencermati dinamika baik dari faktor eksternal maupun domestik. Ia menyoroti selain faktor eksternal, perhatian pelaku pasar juga tertuju pada kondisi neraca transaksi berjalan Indonesia.

Meskipun diperkirakan masih akan mengalami defisit, Nafan menjelaskan defisit tersebut akan minimal, didukung oleh kinerja neraca perdagangan yang relatif sehat dan lebih baik. “Sehingga pada waktunya kita masih ekspansif,” katanya.

Dalam konteks nilai tukar, Nafan mengakui bahwa rupiah mengalami depresiasi terhadap Dolar AS. Namun, ia optimis depresiasi ini dapat dikelola dengan baik oleh Bank Indonesia melalui langkah-langkah intervensi yang tepat. “Rupiah pun, memang rupiahnya terdepresiasi, saya akui terdepresiasi terhadap dolar, tapi setidaknya masih bisa ditekan depresiasinya ke rupiah tersebut, karena BI sendiri juga berkomitmen untuk menerapkan triple intervention,” katanya.

Selain itu, Nafan juga mengatakanBank Indonesia (BI) tetap berfokus pada kebijakan yang berkaitan dengan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, dalam rangka menentukan suku bunga acuan. “Diprediksikan akan masih relatif memaintenance suku bunga cuan di level yang sama,” kata Nafan.

Pidato Jokowi yang optimistis ini sejalan dengan langkah-langkah pemerintah untuk menjaga kestabilan ekonomi nasional di tengah tantangan global. Jokowi menegaskan pemerintah akan terus memperkokoh fondasi ekonomi melalui kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan, dengan fokus pada penguatan daya beli masyarakat, peningkatan investasi, serta transformasi ekonomi yang mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi di masa depan.