Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

KPI Gandeng Bea dan Cukai: Garap Port Management Bundling

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 15 August 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
KPI Gandeng Bea dan Cukai: Garap Port Management Bundling

KABARBURSA.COM - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) bersama Kantor Bea dan Cukai menggelar sosialisasi mengenai perjanjian kerja sama port management bundling dan AEO di Kilang Plaju, Palembang, Sumatera Selatan.

Kegiatan ini dipimpin oleh VP Supply & Logistic Optimization PT KPI, Woody Boemara, dengan didampingi sejumlah pejabat Bea Cukai. Acara penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) tersebut berlangsung di Kilang Plaju, Palembang.

Menurut Woody Boemara, sosialisasi terkait port management bundling dan AEO merupakan bagian dari komitmen Kilang Pertamina untuk meningkatkan standar operasional pelabuhan di area kilang.

“Kami terus memperkuat kerja sama Port Management Bundling dan Authorized Economic Operator (AEO) sebagai wujud komitmen perusahaan dalam meningkatkan efisiensi dan keamanan logistik serta operasional pelabuhan,” jelasnya.

Port management bundling dan unbundling adalah strategi yang mengintegrasikan berbagai layanan pelabuhan menjadi satu kesatuan yang lebih efisien. Pendekatan ini bertujuan meningkatkan produktivitas sekaligus menekan biaya operasional, serta menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran di seluruh fasilitas pelabuhan milik PT Pertamina.

Program AEO sendiri merupakan skema kepatuhan yang diakui secara global oleh World Customs Organization (WCO), memberikan status khusus bagi pelaku usaha yang memenuhi standar keamanan dan kepatuhan tertentu.

“Kami berharap dengan implementasi logistik ini, prosesnya dapat berjalan lancar mengingat urgensinya. Untuk menjamin kelancaran proses logistik yang krusial, dibutuhkan kolaborasi yang solid antar fungsi di KPI,” pungkasnya.

Inovasi Riset Teknologi

PT Pertamina (Persero) mencatat kinerja cemerlang sepanjang 2023 berkat transformasi digital dan inovasi riset teknologi.

Melalui inovasi ini, Pertamina berhasil mencetak kinerja positif di hampir semua lini bisnis.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menekankan bahwa digitalisasi dan riset teknologi merupakan kunci utama peningkatan kinerja Pertamina.

Dengan digitalisasi, Pertamina dapat mengelola bisnis dari hulu ke hilir secara terpadu.

“Kami telah mulai menggunakan AI (kecerdasan buatan) untuk mengolah dan menganalisis data dengan lebih cepat sehingga keputusan bisa diambil dengan akurat,” ujar Nicke dalam pernyataannya di Jakarta, Senin 24 Juni 2024.

Pertamina juga terus mengembangkan riset dan teknologi untuk meningkatkan produk bernilai tinggi. Pertamina menguasai 24 persen sektor hulu dengan kontribusi terhadap produksi minyak sebesar 69 persen dan gas 34 persen. Ribuan sumur juga dikelola dengan digitalisasi yang sudah terhubung hingga ke hilir.

Pada 2023, Subholding Upstream Pertamina berhasil meningkatkan produksi migas sebesar 8 persen. Selain itu, Pertamina terus menambah cadangan migas baru baik dari blok migas eksisting maupun baru.

“Ini luar biasa, untuk meningkatkan produksi migas, Pertamina melakukan pengeboran sekitar 800 sumur baru. Karena itu, 62 persen investasi Pertamina dialokasikan ke hulu,” jelas Nicke.

Sektor pengolahan juga menunjukkan kinerja positif. Subholding Refining & Petrochemical Pertamina terus menjaga produktivitas kilang dengan kapasitas 1,025 juta barel per hari. Sepanjang 2023, operasional kilang berjalan tanpa pemberhentian yang tidak direncanakan.

“Ini bukan hasil yang instan, tapi proses lima tahun di mana Pertamina telah melakukan revamping kilang,” katanya.

Pertamina juga telah melaksanakan sembilan proyek peningkatan produktivitas, efisiensi energi, dan penambahan kapasitas kilang.

Di hilir, lanjut Nicke, digitalisasi Subholding Commercial & Trading Pertamina berhasil mengendalikan kuota BBM dan elpiji bersubsidi serta meningkatkan penjualan BBM non-subsidi sebesar 2 persen, yang sebagian besar diserap industri.

“Artinya, ini mendorong industri untuk tumbuh lebih baik,” tutur Nicke.

Dalam bisnis pengangkutan, Integrated Marine & Logistic Subholding Pertamina mengoperasikan 760 kapal dan terus melakukan ekspansi bisnis internasional. Saat ini, melalui Pertamina International Shipping (PIS), Pertamina telah memiliki 50 rute pelayaran internasional.

Pada 2023, volume yang diangkut mencapai 161 juta kiloliter (KL), naik 3 persen dibandingkan 2022.

Kinerja bisnis Gas Subholding juga menunjukkan hasil positif. Pada 2023, volume penjualan gas mencapai 337 ribu BBTU, meningkat 3 persen dari sebelumnya, yaitu 327 ribu BBTU.

Nicke menekankan bahwa gas menjadi andalan Pertamina dalam transisi energi dan pembangunan infrastruktur gas akan mempercepat transisi energi di Indonesia.

“Kunci transisi energi ada di gas karena menjadi perantara dari bahan bakar menuju energi terbarukan,” ujar Nicke.

Melalui Power & NRE Subholding, Pertamina berhasil meningkatkan produksi energi bersih sebesar 17 persen menjadi 5.452 gigawatt hour (GWh) dari sebelumnya 4.659 GWh.

“Tahun lalu, PNRE berhasil menyelesaikan proyek gas yang diintegrasikan dengan regasifikasi terbesar di Asia Tenggara, yakni PLTGU Jawa 1 sebanyak dua unit dengan kapasitas masing-masing 880 megawatt (MW),” katanya.(*)