Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Mengukur Peluang BI Pangkas Suku Bunga di Sisa 2024

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 08 August 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Mengukur Peluang BI Pangkas Suku Bunga di Sisa 2024

KABARBURSA.COM – Head of Macroeconomics & Financial Market Research Permata Bank, Faisal Rachman, menyebut ada ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga acuan (BI Rate) di sisa 2024. Adapun potensi turunnya BI Rate menyusul sinyal dovish dari The Fed yang berpeluang memangkas suku bunganya. Akan tetapi, kata Faisal, data ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukan pelemahan yang secara tidak langsung membentuk persepsi pasar akan terjadinya resesi di negara tersebut.

Ekspektasi pasar terkait pemangkasan suku bunga The Fed sendiri, tutur Faisal, tercatat sebesar 100 basis poin dengan rincian pada September sekitar 50 basis point, November di 25 basis point, dan Desember sekitar 25 basis poin.

Kendati begitu, Faisal meyakini ekonomi AS tidak selemah yang dipersepsikan pasar menyusul potensi terjadinya resesi. Berdasarkan data pasar tenaga kerja, diketahui tingkat pengangguran di AS masih berada di batas aman, di mana tingkat pengangguran AS telah melampaui batas yang telah ditetapkan The Fed melalui Federal Open Market Committee (FOMC) pada Juni lalu, yakni berada di kisaran level 4,0 persen.

Sementara, jika dilihat dari tingkat PCE inflation AS, berdasarkan data heatmap telah mencapai level 2,5 persen dengan core 2,8 persen. Berdasarkan data tersebut, Faisal menilai persepsi pasar akan terjadinya resesi di AS berangsur menurun.

Kondisi tersebut yang memungkinkan BI menurunkan suku bunganya di semester II dengan mempertimbangkan beberapa hal, yakni tingkat inflasi dalam negeri dan kondisi perekonomian global.

“Sebenarnya BI punya ruang (memangkas suku bunga) seperti yang saya jelaskan tadi, bahwa sebenarnya BI itu melihat tiga hal, yang pertama itu inflasi, yang kedua itu kondisi eksternal balance kita, dan yang ketiga itu kondisi global,” kata Faisal acara PIER Economic Review: Mid-Year 2024 yang diikuti secara daring, Kamis, 8 Agustus 2024.

Jika melihat kondisi ekonomi dalam negeri, Faisal menyebut tingkat inflasi dalam negeri sudah menunjukan perbaikan yang positif. Diketahui, tingkat inflasi Indonesia di level 2,13 persen pada Juli 2024.

Sementara dari sisi eksternal, tutur Faisal, risiko menyusutnya desiva masih sangat kecil, jauh di bawah rata-rata kondisi sebelum pandemi. Ditambah lagi dengan kondisi surplus perdagangan yang di tengah dinikmati Indonesia hingga akhir tahun meski terus mengalami penurunan.

“Dari dua hal tersebut saja sebenarnya sudah memberikan ruang bahwa memang BI itu masih bisa melakukan pemotongan suku bunga di tahun ini,” jelasnya.

Faisal menilai, pemangkasan BI Rate makin nyata seandainya sinyal dovish The Fed kembali terlihat seiring dengan membaiknya kondisi geopolitik global di Timur Tengah dan kontestasi Pemilihan Presiden (Pemilu) di AS tidak berdampak signifikan terhadap dinamika pasar.

Pada kondisi tersebut, Faisal menilai, ruang pemangkasan BI Rate bisa dilakukan dua kali di sisa tahun ini. “Sehingga BI bisa melakukan pemotongan suku bunga satu hingga dua kali di tahun ini,” tutupnya.

Potensi The Fed Pangkas Suku Bunga

Sementara itu, Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede menuturkan, tingkat pengangguran di AS masih berada di batas aman. Meski begitu, tingkat pengangguran di AS telah melampaui batas yang telah ditetapkan The Fed melalui Federal Open Market Committee (FOMC), yaituJuni lalu.

“Kalau kita melihat merifer pada forecast indikator ekonomi AS FOMC Juni lalu, tingkat pengangguran saat ini sebenarnya sudah melampaui dari target The Fed sendiri,” jelasnya.

Oleh karenanya, Josua menilai assessment inflation dari sisi pasar tenaga kerja di AS menjadi momentum untuk menurunkan suku bunga The Fed. Diketahui, berdasarkan FOMC Juni lalu, tingkat pengangguran AS berada di level 4,0 persen.

Josua menilai, level tersebut telah melampaui angka actual yang ditetapkan The Fed pada Juli sebesar 4,3 persen. Sementara jika dilihat dari tingkat PCE inflation AS, data heatmap telah mencapai level 2,5 persen dengan core 2,8 persen

“Sehingga ini pun juga sudah sesuai ataupun sudah melampaui dari target yang ditetapkan ataupun target dari asumsi dari Fed sendiri pada FMC Juni yang lalu,” jelasnya.

Berdasarkan indikator-indikator tersebut, Josua menilai The Fed memiliki banyak peluang untuk memangkas suku bunganya. Hingga 7 Agustus 2024 lalu, kata Josua, pelaku pasar berharap The Fed memangkas suku bunga sesuai dengan prediksi market.

Kendati demikian, Josua mengungkap hal tersebut masih sebatas prediksi. Dia meyakini The Fed akan mempertimbangkan dan melihat dinamika perkembangan ekonomi global seiring dengan pelambatan di Tiongkok dan memanasnya konflik di Timur Tengah.

“Ini kami melihat bahwa terdapat tren yang cukup dinamis dari sisi bagaimana market melihat peluang penurunan suku hubungan Fed di tahun ini,” tutupnya.(*)