Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Rupiah Jawara se-Asia, Tak Terkalahkan dalam Sepekan

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 08 August 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Rupiah Jawara se-Asia, Tak Terkalahkan dalam Sepekan

KABARBURSA.COM - Rupiah berhasil memperpanjang tren positifnya dengan menguat selama tujuh hari berturut-turut tanpa henti. Untuk pertama kalinya sejak 22 Mei, nilai tukar rupiah sukses menembus batas psikologis dan ditutup di bawah Rp16.000/USD.

Rupiah spot ditutup pada level Rp15.895/USD, menguat 0,88 persen dibanding hari sebelumnya. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), juga mencatat penguatan sebesar 0,92 persen, berakhir di level Rp15.962/USD.

Kekuatan rupiah ini didukung oleh aksi beli investor di pasar surat utang Indonesia. Berdasarkan data real-time, mayoritas yield Surat Berharga Negara (SBN) turun, terutama pada tenor 5 tahun yang turun 5,4 basis poin (bps) menjadi 6,603 persen. Tenor 1 tahun turun 3,3 bps menjadi 6,400 persen, sementara tenor 10 tahun terkikis 2,3 bps ke 6,775 persen.

Tenor 15 tahun dan 20 tahun juga diminati, dengan penurunan yield masing-masing sebesar 3,8 bps dan 3,6 bps, menjadi 6,896 persen dan 6,947 persen.

Namun, di sisi lain, pasar saham masih tertekan dengan IHSG yang ditutup melemah 0,24 persen.

Jawara Pekan Ini

Penguatan rupiah pada akhir perdagangan Kamis ini menandai kenaikan nilai selama tujuh hari berturut-turut, mendekati rekor penguatan terpanjang pada Juli lalu yang berlangsung selama delapan hari tanpa henti.

Keperkasaan rupiah mengungguli mata uang Asia lainnya. Selama pekan ini saja, nilai rupiah telah naik 1,89 persen week-to-date. Di belakangnya, peso Filipina menguat 1,32 persen, dolar Taiwan 0,77 persen, ringgit Malaysia 0,53 persen, dan rupee Sri Lanka 0,34 persen.

Namun, jika menghitung sejak awal Agustus, rupiah kalah dari ringgit yang menguat 2,57 persen month-to-date. Sepanjang bulan ini, rupiah mencatat kenaikan sebesar 2,25 persen.

Khusus hari ini, rupiah menjadi mata uang Asia dengan penguatan terbesar, bersaing ketat dengan dolar Taiwan yang naik 0,81 persen terhadap dolar AS.

Rupiah berhasil mengatasi volatilitas pasar yang meningkat sejak awal pekan ini, dengan mencatat reli penguatan selama tujuh hari berturut-turut. Di pekan di mana banyak investor melihat nilai portofolionya anjlok, rupiah justru melaju dengan penguatan stabil dari hari ke hari.

Bank Indonesia menyebutkan bahwa penguatan rupiah belakangan ini banyak didorong oleh sentimen positif terkait data pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat serta cadangan devisa yang melimpah. Masih ada ruang bagi rupiah untuk terus menguat.

"Kita harus tetap waspada terhadap potensi eskalasi geopolitik di Timur Tengah dan terus memantau perkembangan Pemilu AS," kata Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia, Edi Susianto.

Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini, Kamis, 8 Agustus 2024, akan mengalami penguatan. Kemarin, rupiah ditutup menguat sebesar 129 poin pada level Rp16.035 per dolar AS. Meski rupiah menunjukkan fluktuasi, penutupan hari ini diperkirakan berada dalam rentang Rp15.980 hingga Rp16.050, demikian analisis rutin Ibrahim.

Ibrahim mengungkapkan bahwa pedagang saat ini mengharapkan pemangkasan suku bunga The Fed sebanyak 110 basis poin tahun ini. Berdasarkan alat CME FedWatch, peluang pemangkasan sebesar 50 basis poin pada September mendatang hampir mencapai 70 persen, meskipun ini menurun dari 85 persen yang tercatat pada hari Senin lalu.

Para pembuat kebijakan di bank sentral AS pada hari Senin lalu menolak asumsi bahwa data pekerjaan Juli yang lebih rendah dari perkiraan menunjukkan ekonomi berada dalam resesi. Namun, mereka memperingatkan bahwa The Fed perlu melakukan pemangkasan suku bunga untuk mencegah dampak ekonomi negatif.

Sementara itu, Wakil Gubernur Bank of Japan (BoJ), Shinichi Uchida, mengindikasikan bahwa bank sentral Jepang tidak akan menaikkan suku bunga di tengah ketidakstabilan pasar. Pernyataan ini memicu optimisme bahwa suku bunga Jepang tidak akan naik secara tajam seperti yang diperkirakan sebelumnya. BoJ telah menaikkan suku bunga minggu lalu dan mengisyaratkan potensi kenaikan lebih lanjut di tahun ini.

Di sisi domestik, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2024 mencapai USD145,4 miliar, meningkat dibandingkan dengan akhir Juni 2024 yang sebesar USD140,2 miliar. Kenaikan ini terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa, menurut Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, dalam keterangan resmi pada Rabu, 7 Agustus 2024.

Posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadangan devisa ini juga melampaui standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Bank sentral menilai cadangan devisa tersebut cukup untuk mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan. Ke depan, BI percaya bahwa cadangan devisa yang ada akan terus memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal. (*)