KABARBURSA.COM - PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) terus memperkuat rantai pasok batu bara ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dalam grup PLN guna memastikan keandalan pasokan listrik. Kebijakan ini sejalan dengan mandat Domestic Market Obligation (DMO) dari pemerintah yang berlaku untuk seluruh pembangkit listrik.
Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara menjelaskan bahwa PLN EPI memiliki tugas utama menjaga kelancaran rantai pasok batu bara ke pembangkit-pembangkit tersebut.
Keberhasilan transformasi bisnis yang dilakukan PLN EPI sebagai subholding PT PLN (Persero) dapat dilihat dari realisasi hari operasi (HOP) setiap pembangkit yang rata-rata berada di atas 20 HOP. Digitalisasi sistem dan integrasi monitoring menjadi kunci utama keberhasilan ini.
"PLN EPI memastikan pasokan energi primer terjamin dengan monitoring yang terintegrasi dengan Minerba Online Monitoring System (MOMS) milik Ditjen Minerba, serta perbaikan infrastruktur. Hal ini penting untuk menjamin keandalan pasokan listrik bagi seluruh masyarakat," ujar Iwan. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa 6 Agustus 2024.
Pasokan batu bara untuk kelistrikan umum periode 2024-2026 telah dipenuhi melalui penugasan kepada sumber tambang sesuai dengan Surat Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Nomor: B-1839/MB.05/DBB.OP/2023, tanggal 2 Desember 2023.
DMO menetapkan harga batu bara untuk pembangkit PLN sebesar 70 dolar AS per metrik ton, yang sangat penting untuk menjaga tarif listrik tetap terjangkau.
Untuk memastikan jaminan pasokan, PLN EPI juga telah melakukan pembaruan kontrak. Kontrak jangka pendek yang sebelumnya digunakan kini diperpanjang menjadi kontrak jangka panjang dengan penambang langsung. Strategi ini bertujuan untuk mendapatkan kepastian pasokan batu bara ke pembangkit-pembangkit PLN.
"Kami terus berupaya agar pasokan batu bara ke pembangkit terjamin dengan melakukan berbagai pembaruan kontrak secara langsung dengan penambang," kata Iwan.
PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), sebagai subholding PT PLN (Persero), siap menjadi salah satu offtaker utama dari produksi gas alam dalam negeri.
PLN saat ini mengimplementasikan skema Accelerated Renewable Development, di mana kebutuhan gas untuk pembangkit listrik menjadi salah satu tulang punggung kelistrikan selama masa transisi energi ini. PLN EPI mendukung penuh dan siap menjadi offtaker untuk pengembangan lapangan migas di Indonesia, ujar Direktur Gas dan BBM PLN EPI, Rakhmad Dewanto, dalam pernyataannya di Jakarta, Rabu 22 Mei 2024.
Rakhmad menegaskan bahwa PLN EPI mendukung langkah pemerintah serta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas untuk meningkatkan produksi gas, mengingat meningkatnya kebutuhan gas oleh pembangkit listrik guna mendukung konsumsi listrik di masa transisi energi.
Menurutnya, total kebutuhan gas untuk pembangkit listrik hingga tahun 2040 akan terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh pembangkit gas yang merupakan energi transisi dengan emisi lebih rendah dalam rangka mencapai target Net Zero Emission (NZE).
Rakhmad merinci bahwa kebutuhan gas untuk pembangkit pada tahun ini mencapai 1.213 MMBTU, dan pada tahun depan bisa mencapai 1.706 MMBTU jika konsumsi listrik tumbuh signifikan.
Tahun ini, PLN EPI telah memetakan potensi sumber gas seperti 532 MMSCFD dari gas pipa terkontrak dan 488 MMSCFD dari gas pipa potensial. Untuk LNG, 115 BBTUD berasal dari Bontang.
Rakhmad juga menyatakan dukungan penuh PLN terhadap pengembangan Blok Andaman, yang merupakan lapangan dengan potensi gas besar dan bisa memenuhi kebutuhan gas untuk pembangkit PLN.
Untuk memanfaatkan potensi gas dari Lapangan Andaman, PLN siap berkolaborasi dalam penyediaan infrastruktur pipa gas untuk memastikan produksi dari lapangan tersebut dimanfaatkan sepenuhnya untuk kebutuhan domestik.
Ia menyebut bahwa kebutuhan gas dalam negeri pada 2031 diproyeksikan mencapai 300 BBTUD. Dengan sebaran pembangkit gas di Jawa dan Sumatera, PLN siap berkolaborasi dalam pembangunan jaringan pipa.
PLN EPI tertarik bekerja sama untuk investasi bersama dalam pembangunan pipa transmisi gas dari Lapangan Andaman ke Pulau Jawa, tambah Rakhmad saat berbicara di Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention & Exhibition 2024.
Untuk pemanfaatan ruas pipa yang ada, diperlukan investasi tambahan sebesar 1,26 miliar dolar AS untuk menghubungkan dan memperluas kapasitas pipa sepanjang 513 kilometer dari Sumatera ke Jawa.
Rakhmad menambahkan bahwa kebutuhan gas untuk LNG dipastikan akan meningkat. Selain penurunan produksi dari sisi hulu, pembangkit listrik yang membutuhkan gas juga akan bertambah dengan adanya program gasifikasi pembangkit listrik.
Agresivitas PLN dalam mencari alokasi gas memang wajar mengingat proyeksi yang menunjukkan peningkatan kebutuhan LNG di tahun mendatang. Tahun ini saja, porsi penggunaan LNG dari total penyerapan gas PLN mencapai 53 persen dan diproyeksikan terus meningkat hingga 68 persen pada tahun 2030.
PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) targetkan jumlah pasokan biomassa sebesar 10,20 juta ton untuk sebanyak 52 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik holding PLN tahun 2025. Angka tersebut meningkat 10 kali lipat dari realisasi tahun 2023 sebesar 1 juta.
Target tersebut terbilang cukup meningkat dan dari tahun 2023 hingga target 2025. Pada tahun 2023 jumlah biomassa yang dihasilkan PLN EPI sebesar 1,00 juta ton, sedangkan tahun 2024 ditargetkan sebesar 2,21 juta ton atau meningkat 220 persen dibandingkan tahun 2023.
Sedangkan tahun 2025, PLN EPI memasang target sebesar 10,20 juta ton biomassa, angka tersebut sangat terbilang fantastis.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.