KABARBURSA.COM - Mendirikan sebuah usaha atau berbisnis bukanlah hal yang mudah. Diperlukan tekad dan semangat yang kuat untuk bisa membangun sebuah bisnis.
Perencana Keuangan, Andy Nugroho, membeberkan cara jitu bagi pemula yang ingin membangun sebuah bisnis.
Ada beberapa strategi yang diungkapkan Andy dalam proses membangun sebuah bisnis, salah satunya adalah melakukan survei dan fokus kepada usaha yang ingin dibangun.
Dia berpandangan bahwa seseorang bisa mendirikan sebuah usaha sesuai dengan produk atau aktivitas yang disukainya.
“Alasannya adalah agar bila terjadi masalah atau kemacetan pada perjalanan usaha, maka kita akan tetap mau bertahan menjalankan usaha tersebut,” kata Andy kepada Kabar Bursa, Sabtu, 3 Agustus 2024.
Selanjutnya, cara lain yang perlu dilakukan seseorang adalah dengan memperhatikan atau melakukan riset sederhana jasa produk yang sekiranya dibutuhkan oleh orang banyak serta realistis untuk dilakukan.
Menurut Andy, calon wirausahawan harus memperhitungkan modal awal yang dimiliki agar bisa mematangkan jenis usaha yang bakal dibangun.
“Sekaligus juga berusaha mencari permodalan usahanya dari pihak lain jika ternyata dibutuhkan,” ujarnya.
Andy menyarankan, seseorang tidak perlu mengucurkan semua modal usahanya untuk dijadikan sebagai barang atau alat produksi. Kata dia, di awal menjalankan usaha, seseorang cukup mengeluarkan anggaran 50 persen dari total modal yang dimilikinya sambil mempelajari perkembangan usahanya.
Andy pun memaparkan bagaimana cara menyisihkan pendapatan untuk membangun sebuah usaha.
“Idealnya kita menyisihkan 10 sampai 25 persen dari penghasilan kita untuk dijadikan modal usaha. Demikian pula ketika kita menerima bonus kerja, sebaiknya paling tidak 50 persen dari bonus tersebut kita sisihkan untuk modal usaha,” jelas Andy.
Kata Andy, modal tersebut dapat dikumpulkan hingga kemudian dirasa cukup untuk menjalankan usaha yang diinginkan.
Nantinya uang yang disisihkan untuk modal tersebut, bisa mulai dicicil untuk membeli peralatan atau barang-barang yang dibutuhkan untuk menjalankan usahanya.
“Jadi kita tidak perlu menunggu sampai kondisi ideal modal yang dibutuhkan terkumpul semua,” pungkasnya.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mempublikasikan Indeks Bisnis UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Triwulan II 2024.
Dalam publikasi tersebut terlihat bahwa ekspansi bisnis UMKM mulai membaik, tercermin dari Indeks Bisnis UMKM pada Triwulan II 2024 tercatat di level 109,9, atau meningkat dari 102,9 pada kuartal sebelumnya.
Terkait dengan hal tersebut, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan bahwa ekspansi bisnis UMKM yang mulai membaik ditopang oleh empat faktor utama.
“Pertama, adanya Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang mendorong peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa-jasa serta didukung oleh adanya THR yang meningkatkan daya beli pekerja,” kata Supari dalam siaran persnya secara tertulis, Kamis, 1 Agustus 2024.
Faktor kedua yaitu kondisi El Nino mereda, adanya panen raya tanaman pangan dan harga beberapa komoditas perkebunan membaik yang berdampak pada peningkatan kinerja sektor pertanian serta memberikan spillover effects terhadap sektor lain.
Selanjutnya peningkatan sektor konstruksi seiring dengan mulai bergulirnya proyek-proyek pemerintah dan didukung oleh cuaca yang semakin kondusif. Dan terakhir libur HBKN dan sekolah memberikan dampak yang positif bagi sektor pariwisata dan sektor terkait.
Selain itu, lanjut Supari, kondisi likuiditas dan rentabilitas UMKM pada Triwulan II 2024 juga membaik, sejalan dengan membaiknya ekspansi bisnis UMKM karena faktor musiman.
Namun demikian, meskipun ekspansi bisnis UMKM mulai membaik, sebagian pelaku UMKM tetap mengeluhkan daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih, kenaikan harga barang input dan persaingan yang semakin ketat serta menilai ekspansi tersebut sebagian didorong oleh faktor musiman HKBN & panen raya.
“Oleh karena itu, seiring dengan berlalunya HBKN dan panen raya, ekspansi bisnis UMKM diperkirakan akan kembali mengalami normalisasi sebagaimana ditunjukkan oleh indeks ekspektasi bisnis UMKM yang menurun menjadi 126,4 pada Q2-2024 dari 129,9 pada kuartal sebelumnya. Namun, indeks ekspektasi tetap di atas 100 mengindikasikan bisnis UMKM masih prospektif,” ujar Supari.
Sejalan dengan kegiatan usaha yang mulai membaik, sentimen pebisnis UMKM juga turut membaik, terutama didorong oleh membaiknya penilaian pelaku UMKM terhadap kondisi terkini (Indeks Situasi Sekarang).
Peningkatan sentimen tersebut terjadi di hampir semua sektor usaha, dan untuk tiga bulan mendatang pelaku UMKM tetap optimis kondisi ekonomi secara umum, sektor usaha dan usahanya akan membaik.
“Kepercayaan pelaku UMKM terhadap kemampuan pemerintah menjalankan tugas-tugas utamanya tetap tinggi (IKP berada pada level 130,5, jauh diatas 100). Penilaian tertinggi diberikan untuk komponen yang menyatakan kemampuan pemerintah menciptakan rasa aman dan tenteram,” jelas Supari.
BRI hingga akhir Triwulan II 2024 masih menjadi penyalur kredit teritinggi kepada segmen UMKM di Indonesia. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.