Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Prospek Cuan Besar, RI Optimalkan Rantai Pasok Bisnis Rotan

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 28 July 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Prospek Cuan Besar, RI Optimalkan Rantai Pasok Bisnis Rotan

KABARBURSA.COM – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong perbaikan rantai pasok industri furnitur, khususnya yang berbahan baku rotan dan kayu. Dalam rangka memastikan ketersediaan bahan baku, Kemenperin berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok rotan siap pakai.

Sementara saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara asal ekspor olahan rotan terbesar di dunia dengan nilai USD158,5 juta atau sekitar 42,2 persen dari nilai ekspor dunia dengan jumlah total USD375,6 juta.

Sedangkan industri furnitur dalam negeri, berdasarkan data Kemenperin bisnis tersebut memiliki sumbangsih di triwulan I tahun 2024 sebesar 1,16 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas. Adapun jumlah IKM furnitur di dalam negeri sebanyak 291,6 ribu unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja hingga 819,8 ribu orang.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menuturkan, pihaknya telah menggagas program prioritas untuk menjamin ketersediaan rotan siap pakai di sektor furnitur. Dia mengaku, Kemenperin telah mengembangkan pusat logistik di beberapa wilayah tanah air.

“Kami mengembangkan pusat logistik bahan baku kayu dan rotan khususnya di kawasan industri furnitur dan kerajinan seperti di Jawa Barat (Cirebon), Jawa Tengah (Jepara, Solo, Semarang) dan Jawa Timur (Surabaya, Pasuruan) serta di wilayah sumber bahan baku seperti di Palu dan Katingan dan wilayah Sumatera,” kata Putu dalam keterangannya, dikutip Minggu, 28 Juli 2024.

Sejalan dengan hal tersebut, Kemenperin melalui Dirjen Argo juga menyalurkan  bantuan permesinan pengolahan rotan yang diberikan kepada UPT Rotan Hampangen. Adapun bantuan tersebut menjadi inisiatif pemerintah yang dinilai penting untuk meningkatkan kapasitas produksi serta kualitas bahan baku rotan siap pakai bagi industri di wilayah Katingan dan sekitarnya serta mendorong munculnya investasi baru.

“Penyediaan bahan baku siap pakai memungkinkan industri untuk mendapatkan bahan baku sesuai jenis, kualitas, ukuran, dan jumlah yang dibutuhkan serta harga yang jelas secara tepat waktu, sehingga mereka dapat lebih fokus pada penyelesaian pesanan dari pembeli. Dengan demikian, industri dapat mengoptimalkan penggunaan modal kerja dan meningkatkan efisiensi dalam persiapan stok bahan baku,” ungkap Putu.

Bantuan mesin yang diberikan terdiri atas 13 unit mesin yang terbagi dalam empat jenis, yaitu tiga unit mesin pembelah rotan (Splitting Machine) tipe sembilan pasang roller, tujuh unit mesin penipis rotan (Trimming Machine), satu unit mesin poles  ganda (Double Polishing Machine), dan satu unit mesin dowel.

Sejalan dengan hadirnya pihak swasta sebagai off taker untuk membangun pabrik pengolahan rotan dan kerajinan di Wilayah Katingan, peran UPT Hampangen perlu ditingkatkan sebagai penyedia bahan baku.

“Tidak hanya untuk wilayan Katingan, UPT Hampangen juga diharapkan berkembang menjadi Pusat Logistik bahan baku rotan yang melayani indutri furnitur dan kerajinan di wilayah lain seperti Cirebon, Solo serta di Jawa Tengah dan Jawa Timur,” jelasnya.

Pihak swasta  sebagai mitra Dinas Perindustrian Transmigrasi dan Tenaga Kerja di Kabupaten Katingan diharapkan dapat secara proaktif menggali dan memanfaatkan potensi berbagai jenis rotan dan bahan alam lainnya di Kabupaten Katingan dan wilayah sekitar Katingan sebagai produk industri sehingga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan perekonomian Kabupaten Katingan secara keseluruhan.

“Kami berharap mesin-mesin yang diberikan ini dapat dipelihara dan dimanfaatkan dengan maksimal untuk mendukung penyediaan bahan baku rotan siap pakai untuk industri furnitur dan kerajinan di wilayah Katingan khususnya dan industri furnitur dan kerajinan nasional pada umumnya,” kata Putu.

Putu juga menyampaikan, perbaikan rantai pasok industri furnitur yang dilakukan oleh Kemenperin melibatkan beberapa tahap, yaitu kondisi pola rantai pasok bahan baku industri eksisting, analisis kelebihan dan kelemahan pola rantai pasok bahan baku industri furnitur eksisting.

Di sisi lain, perbaikan terhadap pola pasok bahan baku industri furnitur, pola rantai pasok bahan baku industri furnitur yang ideal dengan biaya minimal, waktu produksi yang singkat, dan kualitas bahan baku juga menjadi tahapan unuk memperbaiki rantai produksi.

Perbaikan Rantai Pasok Furnitur

Perbaikan rantai pasok bahan baku industri furnitur, khususnya rotan dilakukan dengan memperhatikan empat aspek, yaitu aspek pemasok, aspek konsumen, jaringan distribusi, serta aspek proses produksi.

Perbaikan dari aspek pemasok dilakukan dengan melakukan pemetaan pemasok bahan baku dan pembuatan platform untuk informasi ketersediaan rotan setengah jadi siap pakai, termasuk jenis, jumlah, kualitas, dan harga, termasuk penyiapan rotan yang memiliki sertifikasi keberlanjutan dan kebertelusuran baik untuk komoditi rotan maupun pengrajinnya.

Untuk aspek konsumen, perbaikan dilakukan dengan memetakan offtaker dan konsumen rotan setengah jadi, serta membangun pusat logistik rotan berskala besar di kawasan sentra industri rotan. Hal ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan waktu lama untuk mendapatkan bahan baku dan harus mencarinya sendiri ke pelaku pemungut dan pedagang rotan di hulu.

Perbaikan aspek jaringan distribusi dilakukan melalui perbaikan manajemen distribusi terpusat di pusat logistik rotan dan menciptakan pola distribusi yang efisien dengan membuat sistem platform tracking untuk kontrol alur distribusi secara real-time.

“Saat ini, terlalu banyak pedagang perantara yang mengendalikan distribusi dan harga, yang dapat merugikan pencari rotan di hulu,” jelas Putu.

Rotan Setengah Jadi

Sedangkan perbaikan pada aspek proses produksi dilakukan melalui penyediaan rotan setengah jadi berkualitas sesuai kebutuhan yang dikoordinasikan oleh pusat logistik bahan baku industri furnitur. Selain itu, perlu dukungan berupa bantuan permesinan untuk pusat logistik dan industri.

Selain itu, untuk aspek kualitas produk, perlu memastikan bahan baku memenuhi standar dan adanya bagian Quality Control (QC) yang berpedoman pada dokumen Grading Rule Rotan.

Pengembangan Pusat Logistik rotan merupakan replikasi pengembangan Pusat Logistik kayu yang telah lebih dahulu diinisiasi di Kawasan Industri Kalijambe, Sragen dalam rangka menjamin ketersediaan bahan baku kayu untuk industri furnitur di wilayah Solo Raya.

“Di saat yang bersamaan, juga tengah dilakukan penjajakan pengembangan pusat logistik bahan baku kayu di wilayah industri furnitur Jepara,” tutup Putu. (*)