Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Fundamental Ekonomi RI Diyakini Masih Kuat, ini Buktinya

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 15 July 2024 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
Fundamental Ekonomi RI Diyakini Masih Kuat, ini Buktinya

KABARBURSA.COM - Fundamental ekonomi Indonesia dinilai masih kokoh. Hal ini dibuktikan dengan masuknya aliran modal asing masuk bersih di pasar keuangan domestik sebesar Rp5,59 triliun selama periode 8-11 Juli 2024.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengakui para investor menyambut baik kabar ini karena stabilitas fundamental makro ekonomi domestik yang infklusif.

"Sebenarnya para pelaku investor mengapresiasi peran pemerintah dalam menjaga stabilitas fundamental makro ekonomi domestik yg infklusif dan berkesinambungan," ujar Nafan kepada Kabar Bursa, Senin, 15 Juli 2024.

Nafan menjelaskan, kondisi ini membuat keyakinan investor terhadap fundamental makro ekonomi domestik  masih tinggi.

Di sisi lain, dia juga melihat stabilitas perekonomian Indonesia masih bagus. Dari segi inflasi pun Nafan memandang masih relatif stabil.

"Ini juga tujuannya untuk pengelolaan keuangan negara, masih relatif sehat dan bagus. Dari sisi APBN pun juga masih defisitnya tidak terlalu melebar signifikan," tuturnya.

Kemudian dari sisi mikro, kata Nafan, para emiten melaksanakan buyback  yang bisa mempengaruhi penguatan daripada IHSG. Selain itu, menurut dia, hal ini juga bisa mempengaruhi kinerja indeks.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan adanya aliran modal asing masuk bersih di pasar keuangan domestik mencapai Rp5,59 triliun selama periode 8-11 Juli 2024.

Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, menjelaskan bahwa jumlah tersebut terdiri dari modal asing masuk bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp3 triliun, pasar saham sebesar Rp0,32 triliun, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp2,27 triliun.

Dengan perkembangan ini, sejak awal 2024 hingga 11 Juli 2024, aliran modal asing keluar bersih di pasar SBN mencapai Rp28,82 triliun dan di pasar saham Rp6,75 triliun, sementara modal asing masuk bersih di SRBI sebesar Rp153,20 triliun.

Erwin juga menyebutkan bahwa premi risiko investasi atau premi credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun pada 11 Juli 2024 sebesar 69,03 basis poin (bps), turun dari 72,98 bps pada 5 Juli 2024.

Selain itu, imbal hasil SBN Indonesia tenor 10 tahun turun menjadi 6,88 persen, dan imbal hasil US Treasury Note tenor 10 tahun juga turun ke level 4,21 persen.

SRBI Lebih Dilirik daripada SBN

Instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk menarik aliran modal, lebih diminati oleh investor dibandingkan dengan Surat Berharga Negara (SBN) milik pemerintah. Hal ini disebabkan oleh imbal hasil atau yield yang ditawarkan SRBI lebih tinggi, mencapai hingga 7 persen.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Suminto, mengatakan bahwa dirinya tidak melihat kondisi ini sebagai persaingan imbal hasil yang menyebabkan efek crowding out. Ia menekankan bahwa pemerintah lebih cenderung mengendalikan imbal hasil SBN itu sendiri.

"Yield SBN itu kan terbentuk di market, karena kan dia instrumen yang tradable, maka aktivitas di secondary market itulah yang akan membentuk yield SBN," kata dia di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa, 9 Juli 2024.

Ia juga tidak menyatakan bahwa pemerintah berencana segera menaikkan imbal hasil SBN untuk menarik lebih banyak investor. Menurutnya, yang lebih penting adalah mengendalikan yield SBN sesuai dengan kemampuan keuangan negara melalui pengelolaan penerbitannya. Pasalnya, yield SBN terbentuk berdasarkan mekanisme pasar.

"Tentu pemerintah berkepentingan bahwa yield SBN itu rasional, sehingga di situ kan misalnya pemerintah tentu dalam penerbitan SBN memiliki strategi penerbitan. Misalnya untuk mengelola sisi supply, sehingga sisi supply risk nya dapat terjaga, sehingga yieldnya dapat terkendali," ungkapnya.

Ketika ditanya tentang dampak yield SRBI yang tinggi terhadap arus masuk SBN, ia menjelaskan bahwa meskipun yield SBN cukup terkendali bahkan dalam dinamika global, pemerintah tetap menjaga kredibilitas dan kinerja perekonomian sehingga memberikan confidence kepada investor.

Suminto menekankan bahwa imbal hasil SBN sejauh ini masih sesuai dengan ekspektasi pemerintah. Sebagai contoh, imbal hasil SBN tenor 10 tahun mencapai 7,04 persen, naik dari posisi Januari 2024 yang berada di kisaran 6 persen.

"Kinerja perekonomian yang terjaga dengan baik memberikan kepercayaan kepada investor. Jadi, kita akan terus menjaga stabilitas pasar SBN dan yield yang terkendali," ujarnya.

Suminto menegaskan bahwa tidak akan ada strategi khusus untuk merespons kekalahan saing SBN dari SRBI. Meski begitu, pemerintah sedang mengurangi penerbitan SBN untuk membiayai defisit APBN, dengan proyeksi penurunan sebesar Rp214,6 triliun dari pagu tahun ini.

"Dengan outlook di Laporan Semester itu target penerbitan SBN justru akan lebih rendah dibandingkan dengan target awal tahun sesuai APBN asli. Karena kita memanfaatkan berbagai instrumen. Jadi kalau tadi pertanyaannya apakah SBN menarik, dengan issuance kita yang sejauh ini incoming bidsnya cukup kuat, level yield terjaga cukup terkendali, ini kan menggambarkan kinerja pasar SBN kita cukup baik,” ujar Suminto. (yog/*)