KABARBURSA.COM - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan bahwa pada tahun 2023, nilai ekspor besi dan baja Indonesia mencapai USD26,70 miliar. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan sebesar 261,49 persen dibandingkan dengan nilai ekspor pada tahun 2019.
Pertumbuhan ini mencerminkan perkembangan pesat industri besi dan baja Indonesia serta kemampuan negara dalam meningkatkan daya saing produknya di pasar global. Peningkatan ini juga menggambarkan peran penting sektor ini dalam mendukung perekonomian nasional melalui peningkatan devisa dan penciptaan lapangan kerja.
Zulkifli Hasan (Zulhas) menyebutkan bahwa Indonesia saat ini berada di peringkat keempat dalam daftar eksportir besi dan baja terbesar di dunia. Pada tahun 2019, Indonesia berada di posisi ke-17 dalam daftar tersebut. Dan, pada tahun 2023, Indonesia berhasil naik ke posisi keempat.
Peningkatan yang signifikan ini mencerminkan keberhasilan industri besi dan baja Indonesia dalam meningkatkan produksinya serta memperluas pasar ekspornya di kancah global. Hal ini juga menunjukkan kemampuan negara dalam bersaing dengan negara-negara besar lainnya dalam industri ini.
Zulkifli Hasan pun mengutip data dari Trade Map, katanya, pada tahun 2023 Indonesia menguasai 5,61 persen dari total ekspor besi dan baja dunia. Posisi Indonesia berada di bawah Jepang, yang memiliki pangsa pasar sebesar 6,42 persen, dan Jerman dengan 6,95 persen.
“China menduduki peringkat teratas dengan pangsa pasar sebesar 14,57 persen,” kata Zulkifli Hasan dalam Seminar Nasional dan Pameran Rantai Pasok Konstruksi Baja yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta, pada Rabu, 10 Juli 2024.
Data ini, lanjut Zulkifli, menunjukkan bahwa meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan yang signifikan, masih ada ruang untuk pertumbuhan lebih lanjut dalam meningkatkan pangsa pasar globalnya di sektor besi dan baja.
Zulkifli Hasan menjelaskan bahwa pada tahun 2023, ekspor besi dan baja Indonesia mencapai USD26,7 miliar. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 261,49 persen dibandingkan dengan tahun 2019.
Di sisi lain, impor besi dan baja Indonesia pada tahun 2023 tercatat sebesar USD11,38 miliar. Data ini menunjukkan bahwa meskipun impor tetap signifikan, ekspor besi dan baja Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa, memperkuat posisi negara sebagai salah satu pemain utama di pasar global.
Kemudian, neraca perdagangan besi dan baja Indonesia pada tahun 2023 mencatat surplus sebesar USD15,32 miliar. Ia menambahkan, dari total surplus perdagangan Indonesia yang sebesar USD36 miliar pada tahun 2023, sebanyak USD15 miliar berasal dari industri besi dan baja.
“Ini kan luar biasa. Ini menunjukkan betapa besar kontribusi sektor besi dan baja terhadap surplus perdagangan negara, mempertegas pentingnya industri ini dalam perekonomian Indonesia,” ujarnya.
Oleh karena itu, Zulhas memandang bahwa industri besi dan baja harus dilindungi, dijaga, dan didukung dengan baik.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) disebutnya telah melakukan pengawasan yang ketat terhadap impor baja dari luar negeri. Zulhas mengatakan bahwa dirinya memeriksa produk impor baja yang masuk ke Indonesia setiap dua pekan. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa industri besi dan baja dalam negeri tidak terganggu oleh produk-produk impor yang dapat merugikan produsen lokal, serta untuk menjaga keberlanjutan dan pertumbuhan sektor ini.
Ia mengaku, baru-baru ini menemukan produk baja impor yang tidak memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI).
“Setiap dua minggu saya melakukan pemeriksaan. Kemarin saya menemukan di salah satu lapangan bola di Tangerang yang penuh dengan barang-barang tersebut. Karena tidak sesuai SNI, kita melakukan penertiban untuk mendukung industri baja. Barang-barang yang tidak sesuai SNI kita tertibkan, atur, kendalikan, dan tata,” ujarnya.
Sejalan dengan pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Indonesia, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendukung peningkatan kualitas dan penggunaan konstruksi baja di dalam negeri. Baja memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan sektor konstruksi nasional.
Direktur Jenderal Bina Konstruksi Abdul Muis mengungkapkan bahwa Kementerian PUPR mengelola anggaran tahun 2024 sebesar Rp162,39 triliun. Dana ini terbagi ke dalam sektor-sektor seperti Sumber Daya Air (SDA), Bina Marga, Cipta Karya, dan Perumahan.
Abdul Muis juga menyoroti estimasi kebutuhan material dan peralatan konstruksi, terutama baja konstruksi, yang mencapai sekitar 1,1 juta ton untuk tahun 2024.
“Selama pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), diperkirakan kebutuhan baja konstruksi mencapai 331,2 ribu ton untuk periode 2023-2024,” katanya saat berbicara di acara Seminar Nasional dan Pameran Rantai Pasok Konstruksi Baja 2024 yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta, pada Rabu, 10 Juli 2024.
Mengacu pada data South East Asia Iron and Steel Institute (SEASI), konsumsi baja nasional diperkirakan tumbuh rata-rata 5,5 persen per tahun selama periode 2024-2030, sementara produksi baja nasional tumbuh sekitar 3 persen per tahun.
Abdul Muis menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur yang profesional untuk menjaga kualitas bukan hanya dari segi kuantitas. Hal ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan industri konstruksi, khususnya dalam meningkatkan penggunaan dan kualitas konstruksi baja nasional. (yog/*)