Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

DPR Usulkan 6 Jurus Selamatkan Garuda Indonesia

Anggota Komisi VI DPR Amin Ak mengusulkan enam langkah strategis untuk mempercepat transformasi Garuda Indonesia agar lebih efisien, transparan, dan berkelanjutan.

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 08 May 2025 | Penulis: Dian Finka | Editor: Moh. Alpin Pulungan
DPR Usulkan 6 Jurus Selamatkan Garuda Indonesia DPR usulkan 6 jurus strategis untuk selamatkan Garuda Indonesia, dari restrukturisasi armada hingga transformasi model bisnis. Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

KABARBURSA.COM – Kondisi keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang kembali merugi sepanjang 2024 memantik sorotan tajam dari Anggota Komisi VI DPR RI, Amin AK. Ia mendesak manajemen Garuda segera bergerak cepat dengan langkah transformasi yang konkret agar maskapai pelat merah ini benar-benar pulih dan mampu berperan sebagai tulang punggung mobilitas nasional.

“Restrukturisasi sudah dilalui. Tapi kalau model bisnis dan efisiensinya tidak dibenahi secara mendasar, restrukturisasi itu hanya akan jadi jeda sebelum Garuda kembali jatuh,” kata Amin dalam keterangan tertulis, Kamis, 8 Mei 2025.

Amin membeberkan enam langkah strategis yang menurutnya harus segera dijalankan Garuda bersama pemegang saham utama agar kinerja membaik secara berkelanjutan:

1. Restrukturisasi Armada dan Sewa Pesawat

Amin menekankan pentingnya negosiasi ulang dengan lessor asing guna menekan biaya sewa pesawat. Selain itu, pesawat tua yang tidak lagi efisien perlu segera dipensiunkan demi menekan beban operasional.

2. Diversifikasi Pendapatan Non-Tiket

“Garuda tak boleh lagi terlalu bergantung pada penjualan tiket,” kata Amin. Ia mendorong penguatan lini bisnis kargo, perawatan pesawat melalui GMF AeroAsia, dan ekspansi kerja sama strategis seperti codeshare internasional yang bisa menambah pundi-pundi pendapatan.

3. Digitalisasi dan Efisiensi Operasional

Amin menilai otomasi dan teknologi wajib jadi prioritas. “Penggunaan AI untuk perencanaan rute dan bahan bakar bisa memangkas biaya tanpa menurunkan kualitas layanan,” katanya.

4. Penataan Ulang Rute Penerbangan

Menurutnya, Garuda perlu mengevaluasi rute yang tidak produktif. Ia juga menyarankan agar anak usaha Citilink mengambil alih rute-rute pendek atau regional agar lebih efisien.

5. Kemitraan Strategis dengan Pemerintah dan Swasta

Amin mendorong pemerintah agar memberikan insentif terbatas, sementara manajemen Garuda perlu membuka pintu lebih lebar bagi investasi berbasis proyek dari mitra strategis.

6. Transformasi ke Model Hybrid Service

“Segmentasi pasar sudah berubah sejak pandemi. Garuda harus menyesuaikan diri tanpa kehilangan citra premium, terutama untuk rute utama,” kata Amin.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera itu juga menekankan transformasi Garuda tak boleh sekadar bersifat tambal sulam atau solusi jangka pendek. Ia meminta Kementerian BUMN untuk lebih aktif mengawasi pelaksanaan rencana pemulihan yang telah disepakati selama proses restrukturisasi.

“Garuda Indonesia adalah simbol kedaulatan udara kita. Tapi simbol ini harus dikelola secara efisien, transparan, dan berdikari agar tidak terus-terusan disuntik modal,” kata Amin.

Kinerja Fundamental Garuda Indonesia

Laporan keuangan terbaru PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menunjukkan bahwa maskapai pelat merah ini masih menghadapi tantangan besar untuk lepas landas dari tekanan keuangan yang menghimpit. Per kuartal I 2025, Garuda mencatat rugi bersih Rp1,25 triliun, sedikit membaik dibandingkan rugi Rp1,36 triliun pada periode yang sama tahun lalu, namun tetap menandakan bahwa kondisi bisnis belum sepenuhnya pulih. Jika melihat secara tahunan (annualised), kerugian GIAA diperkirakan mencapai sekitar Rp5 triliun—angka yang jelas mencemaskan.

Dari sisi valuasi, Garuda juga belum bisa menunjukkan performa yang menggembirakan. Rasio price to earnings (PE) masih negatif, yakni -3,40 untuk trailing twelve months (TTM), menandakan perusahaan masih merugi dalam setahun terakhir. Bahkan untuk PE annualised, angkanya tercatat -0,68, semakin menegaskan betapa berat beban kinerja Garuda di mata investor.

Indikator price to sales (P/S) GIAA ada di 0,06, yang artinya saham ini dihargai sangat murah jika hanya mengacu pada pendapatan. Namun, muramnya kondisi neraca perusahaan bikin angka ini tidak serta-merta menjadi sinyal positif. Price to book value (PBV) Garuda bahkan minus, yakni -0,15, mencerminkan bahwa nilai buku perusahaan masih negatif—indikasi ekuitas yang belum pulih usai restrukturisasi besar-besaran.

Cashflow memang mulai memperlihatkan tanda-tanda stabilisasi. Price to cashflow tercatat di level 0,31, sementara price to free cashflow ada di 0,41. Ini menandakan setidaknya ada aliran kas masuk, meski belum cukup kuat untuk mengubah wajah kinerja keuangan secara drastis.

Dari sisi pasar, saham GIAA sendiri terus berjuang di level harga terendah. Per 7 Mei 2025, saham ini bertengger di Rp37 per lembar, turun 2,63 persen dari hari sebelumnya. Kapitalisasi pasarnya pun hanya Rp3,38 triliun dengan jumlah saham beredar mencapai 91,48 miliar lembar. Angka ini memperlihatkan bahwa Garuda masih berada di zona “murah meriah,” tetapi murah yang penuh risiko karena fundamentalnya belum sepenuhnya pulih.

Intinya, Garuda Indonesia masih dalam fase pemulihan yang panjang. Meski restrukturisasi telah dilakukan dan ada optimisme dari segi operasional seperti kesiapan menghadapi musim haji, dari sisi fundamental, emiten ini belum benar-benar siap terbang tinggi.

Investor yang masuk ke saham GIAA saat ini harus menyadari bahwa perjalanan ini masih penuh turbulensi dengan prospek yang sangat bergantung pada keberhasilan transformasi bisnis dan efisiensi biaya dalam jangka panjang.(*)