Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Ironi Garuda Indonesia, Gaji Jumbo Hingga Ajudan Istri Dirut

Garuda Indonesia kembali jadi sorotan DPR. Mulai dari isu gaji jumbo tenaga ahli hingga fasilitas ajudan untuk istri Dirut yang dianggap tak peka terhadap kondisi keuangan maskapai.

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 07 May 2025 | Penulis: Dian Finka | Editor: Moh. Alpin Pulungan
Ironi Garuda Indonesia, Gaji Jumbo Hingga Ajudan Istri Dirut Dirut Garuda Indonesia, Wamildan Tsani. DPR menyoroti Garuda Indonesia soal gaji jumbo tenaga ahli dan ajudan istri Dirut. Foto: Tangkapan layar Channel YouTube Komisi VI DPR RI.

KABARBURSA.COM – Garuda Indonesia kembali dihantam isu negatif. Komisi VI DPR RI menyoroti kebijakan manajemen perusahaan BUMN ini yang dinilai janggal, mulai dari gaji jumbo tenaga ahli hingga fasilitas ajudan untuk istri Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani.

Sorotan itu mencuat dalam rapat bersama Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu 7 Mei 2025. Anggota DPR Mufti Anam mengungkap sederet isu yang belakangan ramai dibicarakan, termasuk dugaan pemboyongan eks karyawan Lion Air ke tubuh Garuda Indonesia.

Mufti menyebut dirinya menerima laporan dari berbagai sumber yang mengabarkan ada sembilan tenaga ahli di Garuda Indonesia bergaji ratusan juta rupiah per bulan. Padahal, posisi keuangan maskapai pelat merah itu masih megap-megap dengan ekuitas yang belum pulih dari zona negatif. “Kami ingin dengar klarifikasinya. Kalau informasi itu tidak benar, sampaikan di sini. Tapi kalau benar, tentu sangat disayangkan,” kata Mufti Anam.

Tak hanya soal gaji jumbo, rapat yang dipimpin politikus Partai Gerindra Andre Rosiade itu juga menyoroti fasilitas ajudan bagi istri Dirut Garuda Indonesia yang disebut menerima gaji Rp25 juta per orang. Mufti menyebut praktik semacam ini sangat sensitif. Apalagi, kata dia, banyak BUMN lain yang sudah untung pun tak berani menganggarkan pos seperti ini.

“Teman-teman di BUMN lain bisik-bisik, mereka untung saja tidak seberani itu. Garuda yang masih berdarah-darah kok bisa punya bujet untuk ajudan istri Dirut?” cetusnya.

Isu Eks Lion Air bikin DPR Curiga


Selain anggaran jumbo, DPR juga mendesak penjelasan soal kabar pemboyongan eks karyawan Lion Air ke tubuh Garuda Indonesia. Isu ini ramai dibicarakan sejak Maret 2025 dan memunculkan tanya soal netralitas dan tata kelola SDM di maskapai pelat merah itu. “Ini menimbulkan tanda tanya. Apakah tidak ada SDM unggul di internal Garuda sampai harus memboyong dari luar?” ucap Mufti.

Politikus PDI Perjuangan itu lantas mengingatkan bahwa Garuda Indonesia masih dalam proses pemulihan pasca-restrukturisasi utang jumbo. Sebagai perusahaan negara, Garuda punya beban moral untuk memulihkan kepercayaan publik.

“Jangan sampai publik merasa dikhianati. Kita ingin Garuda pulih, tapi caranya harus benar. Jangan sampai citra perusahaan kembali rusak karena manajemen yang tidak peka terhadap kondisi keuangan,” kata Mufti.

Mufti meminta Garuda Indonesia segera mengevaluasi total kebijakan SDM dan penggunaan anggaran. Transparansi kepada publik dianggap wajib untuk meredam spekulasi.

“Presiden sudah kasih kepercayaan, rakyat juga berharap banyak. Jangan biarkan isu seperti ini jadi bola liar. Garuda butuh pemimpin yang bukan hanya kompeten, tapi juga peka dan transparan,” ujarnya.

Dari semua pertanyaan yang dilontarkan Mufti, tak satu pun ditanggapi langsung oleh Wamildan. Sepanjang rapat, Wamildan lebih banyak menanggapi isu lain yang diajukan anggota DPR soal kesiapan Garuda Indonesia menghadapi musim haji.

Kinerja Fundamental Garuda Indonesia

Laporan keuangan terbaru PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menunjukkan bahwa maskapai pelat merah ini masih menghadapi tantangan besar untuk lepas landas dari tekanan keuangan yang menghimpit. Per kuartal I 2025, Garuda mencatat rugi bersih Rp1,25 triliun, sedikit membaik dibandingkan rugi Rp1,36 triliun pada periode yang sama tahun lalu, namun tetap menandakan bahwa kondisi bisnis belum sepenuhnya pulih. Jika melihat secara tahunan (annualised), kerugian GIAA diperkirakan mencapai sekitar Rp5 triliun—angka yang jelas mencemaskan.

Dari sisi valuasi, Garuda juga belum bisa menunjukkan performa yang menggembirakan. Rasio price to earnings (PE) masih negatif, yakni -3,40 untuk trailing twelve months (TTM), menandakan perusahaan masih merugi dalam setahun terakhir. Bahkan untuk PE annualised, angkanya tercatat -0,68, semakin menegaskan betapa berat beban kinerja Garuda di mata investor.

Indikator price to sales (P/S) GIAA ada di 0,06, yang artinya saham ini dihargai sangat murah jika hanya mengacu pada pendapatan. Namun, muramnya kondisi neraca perusahaan bikin angka ini tidak serta-merta menjadi sinyal positif. Price to book value (PBV) Garuda bahkan minus, yakni -0,15, mencerminkan bahwa nilai buku perusahaan masih negatif—indikasi ekuitas yang belum pulih usai restrukturisasi besar-besaran.

Cashflow memang mulai memperlihatkan tanda-tanda stabilisasi. Price to cashflow tercatat di level 0,31, sementara price to free cashflow ada di 0,41. Ini menandakan setidaknya ada aliran kas masuk, meski belum cukup kuat untuk mengubah wajah kinerja keuangan secara drastis.

Dari sisi pasar, saham GIAA sendiri terus berjuang di level harga terendah. Per 7 Mei 2025, saham ini bertengger di Rp37 per lembar, turun 2,63 persen dari hari sebelumnya. Kapitalisasi pasarnya pun hanya Rp3,38 triliun dengan jumlah saham beredar mencapai 91,48 miliar lembar. Angka ini memperlihatkan bahwa Garuda masih berada di zona “murah meriah,” tetapi murah yang penuh risiko karena fundamentalnya belum sepenuhnya pulih.

Intinya, Garuda Indonesia masih dalam fase pemulihan yang panjang. Meski restrukturisasi telah dilakukan dan ada optimisme dari segi operasional seperti kesiapan menghadapi musim haji, dari sisi fundamental, emiten ini belum benar-benar siap terbang tinggi.

Investor yang masuk ke saham GIAA saat ini harus menyadari bahwa perjalanan ini masih penuh turbulensi dengan prospek yang sangat bergantung pada keberhasilan transformasi bisnis dan efisiensi biaya dalam jangka panjang.(*)