KABARBURSA.COM – Harga emas dunia terkini mengalami koreksi tipis pada perdagangan Rabu, 30 April 2025, namun tetap berada dalam tren penguatan bulanan yang solid. Data ekonomi Amerika Serikat yang lemah memicu ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve, dan mendorong investor kembali melirik emas sebagai aset lindung nilai.
Harga emas spot tercatat turun 0,2 persen ke USD3.308,32 per ons, setelah sempat anjlok lebih dari satu persen di awal sesi. Namun, logam mulia ini tetap mencatat kenaikan harga emas bulanan keempat secara berturut-turut, dengan penguatan harga emas April 2025 hampir mencapai 6 persen. Di sisi lain, harga emas berjangka AS juga melemah 0,4 persen ke USD3.319,10 per ons.
Pelemahan harga emas sebagian besar dipicu oleh data PDB AS kuartal pertama 2025 yang mencatat kontraksi tahunan sebesar 0,3 persen. Kontraksi ini terjadi karena perusahaan di AS meningkatkan impor untuk mengantisipasi tarif dagang baru dari pemerintahan Trump. Situasi ini memicu spekulasi pemangkasan suku bunga the Fed yang lebih agresif, yang secara historis menguntungkan investasi emas jangka panjang.
Menurut analis logam mulia Tai Wong, harga emas tetap berada dalam fase bull market. Ia menambahkan bahwa jika data ekonomi pada Juni mendatang menunjukkan pelemahan lebih lanjut, maka pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dapat mencapai 1 persen secara kumulatif hingga akhir tahun.
Sementara itu, harga emas tertinggi sepanjang sejarah masih berada di level USD3.500,05 per ons yang dicapai pada 22 April lalu. Dengan suku bunga yang rendah, emas batangan yang tidak memberikan hasil menjadi semakin menarik sebagai aset safe haven.
Dari sisi inflasi, indeks harga PCE AS stagnan pada Maret 2025, setelah naik 0,4 persen di bulan sebelumnya. Namun, PCE inti kuartalan mencatat akselerasi menjadi 3,5 persen, naik dari 2,6 persen sebelumnya, menandakan tekanan harga yang masih ada meskipun pertumbuhan ekonomi melambat.
Pelaku pasar kini menantikan laporan ketenagakerjaan AS April 2025 yang akan dirilis Jumat ini, sebagai penentu arah kebijakan suku bunga Federal Reserve berikutnya.
Di pasar Asia, aktivitas perdagangan emas akan sedikit mereda karena libur Hari Buruh di China dari 1 hingga 5 Mei. China merupakan salah satu konsumen emas terbesar dunia, sehingga penutupan pasar berpotensi menurunkan volume transaksi dalam jangka pendek.
Untuk logam mulia lainnya, harga perak dunia turun 1 persen menjadi USD32,64 per ons, sementara harga platinum melemah 1,2 persen ke USD965,30 per ons. Sebaliknya, harga paladium naik 0,3 persen menjadi USD937,75 per ons, mencerminkan respons pasar yang beragam terhadap situasi ekonomi global.
Dengan data makro ekonomi Amerika yang cenderung negatif dan suku bunga yang berpotensi turun, pasar emas berada dalam posisi yang menarik bagi investor yang mencari peluang investasi emas 2025. Sementara konsolidasi jangka pendek masih mungkin terjadi, tren jangka menengah tetap menunjukkan arah naik bagi harga emas internasional.
Harga emas dunia terkoreksi setelah mencatat rekor tertinggi sepanjang masa pada April 2025. Berdasarkan data perdagangan hari Rabu, 30 April 2025, harga emas spot tercatat turun sebesar 0,2 persen ke level USD 3.308,32 per ons. Sementara itu, harga emas berjangka Amerika Serikat ditutup melemah 0,4 persen ke posisi USD 3.319,10 per ons.
Meski sempat mengalami penurunan dalam sesi perdagangan, emas tetap mencatat kenaikan harga bulanan keempat secara berturut-turut. Sepanjang April 2025, harga emas global telah naik hampir 6 persen. Hal ini memperkuat posisi emas sebagai salah satu aset safe haven paling dicari di tengah gejolak ekonomi dunia.
Beberapa faktor yang terus mendorong daya tarik emas antara lain ketegangan geopolitik global, inflasi yang belum terkendali di berbagai negara, serta inisiatif dedolarisasi yang semakin gencar dilakukan oleh kelompok negara BRICS.
Di pasar domestik, prospek investasi emas juga tetap menarik. Beberapa emiten emas di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan performa yang mengesankan.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyampaikan optimisme terhadap bisnis emas di tahun 2025, didukung oleh permintaan global yang relatif stabil meski ekonomi global masih diliputi ketidakpastian. Di sisi lain, PT United Tractors Tbk (UNTR), yang juga memiliki lini bisnis pertambangan emas melalui anak usahanya, mencatatkan laba bersih sebesar Rp 15,59 triliun hingga kuartal ketiga 2024, mencerminkan pertumbuhan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara fundamental, meskipun harga emas sempat terkoreksi dalam jangka pendek, tren jangka panjang logam mulia ini tetap positif. Potensi penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat menjadi katalis penting yang dapat mendukung kenaikan harga emas ke depan.
Oleh karena itu, bagi investor yang tengah mempertimbangkan diversifikasi portofolio, instrumen emas—baik dalam bentuk logam fisik maupun saham emiten emas seperti ANTM dan UNTR—masih menjadi pilihan investasi yang relevan dan prospektif di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.