KABARBURSA.COM - Indonesia memasuki babak baru dalam pengelolaan kekayaan negara melalui peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
Sebagai sovereign wealth fund (SWF) kedua di Indonesia setelah Indonesia Investment Authority (INA), Danantara dibentuk dengan tujuan mengelola aset negara secara lebih profesional dan berkelanjutan. Dengan total aset yang diperkirakan mencapai sekitar Rp14.670 triliun (sekitar USD900 miliar), Danantara memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu SWF terbesar di dunia.
Peluncuran Danantara pada 24 Februari 2025 resmi menandai dimulainya era baru dalam pengelolaan kekayaan negara, dengan tujuan untuk memperkuat perekonomian Indonesia dan mengoptimalkan pengelolaan aset negara.
Danantara mengelola aset dari tujuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) besar, yang sebelumnya berada di bawah naungan Kementerian BUMN. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain Bank Mandiri, BRI, BNI, Pertamina, PLN, Telkom Indonesia, dan MIND ID. Dengan total aset yang cukup besar, Danantara diperkirakan akan memainkan peran kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Danantara dipimpin oleh Rosan P. Roeslani sebagai CEO, dengan Pandu Patria Sjahrir dan Dony Oskaria masing-masing menjabat sebagai Chief Investment Officer (CIO) dan Chief Operating Officer (COO). Dengan struktur organisasi yang jelas dan kepemimpinan yang kuat, Danantara diharapkan dapat mengelola aset negara dengan transparansi dan tata kelola yang baik, menciptakan peluang ekonomi jangka panjang bagi Indonesia.
Pada Senin, 28 April 2025, Presiden Prabowo Subianto memberikan arahan kepada 1.500 pimpinan BUMN dalam acara Town Hall Danantara Indonesia 2025 yang bertema “Memperkuat Kolaborasi dan Arah Baru BUMN bersama Danantara Indonesia”.
Dalam arahannya, Prabowo menekankan pentingnya pengelolaan Danantara Indonesia sebagai kekayaan bangsa yang harus dijaga dengan prinsip transparansi dan tata kelola yang ketat. Kepala Negara menyampaikan optimisme bahwa Danantara, sebagai lembaga pengelola kekayaan negara, memiliki potensi besar untuk mendorong kebangkitan ekonomi Indonesia.
“Danantara ini adalah kekayaan bangsa Indonesia, harus dikelola dengan sebaik-baiknya, dijaga, dirawat dengan sistem yang transparan dan sangat ketat. Karena ini adalah kekayaan yang luar biasa dan bisa mendorong kebangkitan kita,” tegas Presiden dalam keterangannya kepada awak media usai acara.
Prabowo juga mengungkapkan bahwa kekayaan Danantara berpotensi menembus USD 1 triliun jika dikelola secara optimal. Presiden menekankan bahwa pengelolaan aset negara harus menghasilkan manfaat nyata bagi rakyat Indonesia.
“Kita kelola dengan baik, kita hitung aset-aset kita ternyata kita kaya, mungkin sebentar lagi kekayaan Danantara akan tembus USD 1 triliun. Dan kalau dikelola dengan baik, ini bisa menghasilkan dana yang besar untuk bangsa kita,” ujar Presiden.
Lebih lanjut, Presiden meminta seluruh jajaran direksi BUMN untuk meninggalkan praktik-praktik lama yang tidak efisien maupun yang menyimpang. Ia menegaskan bahwa evaluasi kinerja direksi harus dilakukan secara menyeluruh, termasuk penilaian terhadap integritas dan profesionalisme.
“Saya minta atas nama bangsa dan rakyat, saya minta semua direksi berbuat yang terbaik, tinggalkan praktik-praktik zaman dulu mungkin yang kurang efisien. Atau ada praktik-praktik yang tidak benar, harus ditinggalkan. Dan saya serahkan kepada manajemen untuk mengevaluasi semua direksi, dievaluasi kinerjanya, dan wataknya, akhlaknya, dan prestasinya,” ucap Presiden.
Prabowo juga menegaskan bahwa pergantian direksi harus dilakukan bila terbukti tidak berprestasi atau melakukan penyalahgunaan wewenang. Meski demikian, pergantian direksi harus tetap mengedepankan promosi dari internal atau merekrut profesional yang kompeten tanpa diskriminasi.
“Saya bilang jangan memilih atas dasar suku, agama, ras, latar belakang, atau atas dasar partai politik. Tidak, ini harus anak-anak Indonesia yang bekerja sebesar-besarnya untuk rakyat Indonesia,” tutur Prabowo.
Acara Town Hall Danantara Indonesia 2025 ini menjadi momentum penting bagi Presiden Prabowo untuk menegaskan arah baru BUMN yang lebih profesional, transparan, dan berorientasi pada kepentingan rakyat Indonesia, sejalan dengan visi besar pengelolaan kekayaan negara melalui Danantara Indonesia.
Danantara memperoleh kekayaannya melalui konsolidasi aset BUMN yang dikelola secara langsung oleh lembaga ini. Tujuh BUMN besar yang menjadi bagian dari pengelolaan Danantara, seperti Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Pertamina, Perusahaan Listrik Negara (PLN), Telkom Indonesia, dan MIND ID, merupakan sumber utama kekayaan yang dikelola.
Dengan adanya pengalihan pengelolaan aset BUMN kepada Danantara, total aset yang dikelola diperkirakan mencapai Rp14.670 triliun (sekitar USD900 miliar). Modal awal yang digunakan oleh Danantara berasal dari dividen yang disetorkan oleh BUMN, yang kini dikelola langsung oleh Danantara. Sebagai langkah awal, Danantara memperoleh modal sebesar USD20 miliar (sekitar Rp327 triliun) dari dividen tahunan BUMN dan pemangkasan anggaran belanja negara.
Dividen BUMN yang disetorkan oleh perusahaan-perusahaan negara ini memberikan Danantara dana yang signifikan untuk membiayai proyek-proyek strategis nasional. Dana tersebut direncanakan untuk digunakan dalam membiayai sekitar 20 proyek besar, termasuk hilirisasi industri, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan sektor-sektor produktif lainnya. Danantara, melalui investasi strategis ini, bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar global.
Sebagai tanggapan mengenai transparansi dan progres Danantara, Ibrahim Assuaibi, analis pasar uang, menyatakan bahwa meskipun banyak yang mengharapkan hasil cepat, pengelolaan aset ini memerlukan waktu yang lebih panjang untuk terlihat hasilnya. "Seperti yang disampaikan Pak Prabowo, dampak Danantara itu bukan sekarang, bisa 5 sampai 10 tahun lagi baru terasa. Saat ini baru tahap 'omong-omong' saja," katanya. Menurutnya, proses penyusunan struktur dan penyelesaian pembentukan komisaris serta direksi adalah tahap penting yang harus selesai agar Danantara dapat bekerja efektif.
Pengelolaan aset oleh Danantara memiliki dampak signifikan bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam hal penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing industri, dan penguatan posisi Indonesia di pasar global. Dengan total aset yang dikelola mencapai sekitar 60 pe dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, Danantara memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun, meskipun dampak jangka panjang dari pengelolaan aset ini sangat besar, proses konsolidasi internal dan penyusunan struktur organisasi Danantara masih dalam tahap awal.
Ibrahim Assuaibi mencatat bahwa tahap penyusunan ini membutuhkan waktu, dan keberhasilan Danantara bergantung pada kesempurnaan struktur organisasinya. "Kalau internal sudah selesai, baru bicara ke luar. Investor harus sabar," jelasnya.
Sementara itu, meskipun ada ketidakjelasan mengenai alokasi dana investasi dari komitmen Qatar sebesar USD4 miliar, Surya Rianto, analis pasar modal dari MikirDuit, melihat hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah besar. "Skema pengelolaan ini bukan soal mencari dana dulu, tapi ada dana dan mulai menggarap proyek yang dituju," ujarnya.
Surya menekankan pentingnya transparansi dalam memberikan pembaruan berkala tentang portofolio investasi kepada pasar, yang akan membantu menjaga kepercayaan investor.
Bagi investor domestik, terutama yang memiliki portofolio saham BUMN seperti Bank Mandiri, BRI, BNI, Pertamina, PLN, Telkom, dan MIND ID, konsolidasi aset ke Danantara dapat memengaruhi likuiditas dan valuasi saham-saham tersebut. Proses pengalihan saham ke Danantara menimbulkan ketidakpastian jangka pendek terkait harga dan struktur kepemilikan.
Meskipun demikian, jika Danantara berhasil meningkatkan efisiensi dan kinerja BUMN, potensi pertumbuhan jangka panjang dapat memberikan manfaat besar bagi investor yang tetap bertahan.
Di sisi lain, investor global melihat Danantara sebagai peluang besar, terutama di sektor-sektor yang menjadi fokus seperti energi terbarukan dan infrastruktur digital. Keberadaan Danantara dapat meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai destinasi investasi, terutama dalam situasi ekonomi global yang tidak pasti. Namun, kekhawatiran mengenai tata kelola yang baik dan transparansi dalam pengelolaan dana tetap menjadi faktor yang perlu diperhatikan oleh investor asing. (*)