Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Cadev Tembus Rekor: Modal Kuat Tekan Rupiah ke Level Ideal?

Komoditas dunia bergejolak dan menyebabkan defisit transaksi berjalan Indonesia melebar.

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 15 April 2025 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Pramirvan Datu
Cadev Tembus Rekor: Modal Kuat Tekan Rupiah ke Level Ideal? Ilustrasi cadangan devisa Indonesia. (Gambar dibuatkan oleh AI untuk KabarBursa.com)

KABARBURSA.COM – Indonesia mencatatkan rekor tertinggi cadangan devisa pada Maret 2025, yakni sebesar USD157,1 miliar. Angka ini melampaui konsensus pasar sebesar USD155 miliar, bahkan menembus estimasi sejumlah ekonom yang memproyeksikan cadangan devisa hanya mencapai USD154 miliar. Lonjakan ini terjadi di tengah tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang bergerak di kisaran IDR 16.800 hingga 17.000 per dolar AS.

Ekonom senior Fithra Faisal Hastiadi menilai bahwa kenaikan cadangan devisa ini merupakan buah dari masuknya dana penerimaan pajak, pendapatan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri. Menurutnya, ini menjadi bantalan yang kuat untuk menghadapi gejolak pasar keuangan global.

“Berkat masuknya dana dari penerimaan pajak, pendapatan jasa, dan penarikan pinjaman luar negeri, cadangan devisa Indonesia pada Maret 2025 melonjak ke rekor tertinggi sebesar USD157,1 miliar (Februari: USD154,5 miliar), melampaui konsensus pasar sebesar USD155 miliar dan estimasi kami sebesar USD154 miliar. Kenaikan ini memberikan bantalan terhadap volatilitas di pasar keuangan global,” ungkap Fithra dalam keterangannya di Jakarta, Selasa 15 April 2025.

Ia juga menyoroti keluwesan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang dinilai berhasil menjaga stabilitas nilai tukar sambil memastikan likuiditas yang cukup. Cadangan saat ini, lanjutnya, setara dengan lebih dari 6,9 bulan kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri, jauh di atas batas kecukupan internasional.

“Berkat keluwesan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar sambil memastikan ketersediaan likuiditas yang memadai untuk melindungi perekonomian dari guncangan eksternal, tingkat cadangan saat ini setara dengan lebih dari 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri resmi, jauh di atas ambang batas kecukupan internasional,” jelas Fithra.

Namun, di balik catatan positif tersebut, tekanan terhadap rupiah belum mereda. Untuk itu, Fithra mengusulkan langkah intervensi moneter yang lebih strategis dan terarah, guna mendorong penguatan rupiah ke level ideal IDR 16.400 per dolar AS.

“Rekor tertinggi cadangan devisa ini menjadi modal kuat untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, yang saat ini berada di bawah tekanan di kisaran IDR 16.800 hingga 17.000 per USD. Kami mengusulkan intervensi moneter yang terarah dengan tujuan menurunkan nilai tukar ke level IDR 16.400,” kata Fithra.

Berdasarkan analisis impulse response function (IRF), setiap suntikan USD 1 miliar ke pasar valuta asing dapat menguatkan rupiah sekitar 100 poin. Dengan demikian, diperlukan injeksi USD 4 miliar untuk mendorong rupiah ke level target. Strategi ini dibagi dalam dua tahap.

“Pada tahap pertama (April), injeksi segera sebesar USD 2 miliar akan berfungsi sebagai sinyal kuat ke pasar, menetapkan ekspektasi, dan mengurangi tekanan spekulatif. Tahap kedua (Mei) akan berupa injeksi lanjutan sebesar USD 2 miliar, bergantung pada perkembangan pasar, indikator makroekonomi, dan perilaku aliran modal,” terang Fithra.

Namun ia juga mengingatkan bahwa jika tren pengetatan kebijakan keuangan global berlangsung lebih lama, risiko depresiasi rupiah akan semakin besar. Apalagi jika harga komoditas dunia bergejolak dan menyebabkan defisit transaksi berjalan Indonesia melebar.

“Jika pengetatan kebijakan keuangan global berlangsung lama, tekanan depresiasi terhadap rupiah berlanjut, dan volatilitas harga komoditas menyebabkan defisit transaksi berjalan Indonesia melebar, maka diperlukan intervensi yang lebih agresif, yang dapat memperlambat akumulasi cadangan devisa ke depan,” tutupnya.

Penerimaan Pajak Dan Jasa

Bank Indonesia atau BI melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia. Dalam catatannya. per akhir Maret 2025 cadangan devisa mencapai USD157,1, naik USD154,5 miliar dari posisi Februari 2025.

Dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin, 14 April 2025, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso mengatakan, naiknya cadangan devisa berasal dari penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. Di saat yang sama, BI tetap menjalankan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk merespons dinamika pasar keuangan global yang masih penuh ketidakpastian.

“Posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2025 setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” ujar Ramdan.

Menurut dia, besaran cadangan devisa ini mencerminkan ketahanan eksternal Indonesia yang tetap terjaga. Kondisi ini juga memperkuat keyakinan pasar terhadap stabilitas makroekonomi nasional serta mendukung kelangsungan sistem keuangan secara menyeluruh.

Bank Indonesia optimistis bahwa cadangan devisa yang cukup akan terus memperkuat fundamental ekonomi Indonesia, terutama di tengah proyeksi ekspor yang masih solid dan ekspektasi surplus pada neraca transaksi modal dan finansial.

“Bank Indonesia terus meningkatkan sinergi dengan pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal guna menjaga stabilitas perekonomian untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tutup Ramdan.(*)