Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Ekonom Soroti Pelonggaran Impor: Kenapa Negosiasi ke AS?

Di balik langkah negosiasi ini, terdapat kepentingan strategis yakni menjaga keberlangsungan ekspor Indonesia ke pasar AS.

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 11 April 2025 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Syahrianto
Ekonom Soroti Pelonggaran Impor: Kenapa Negosiasi ke AS? Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani dalam diskusi yang bertajuk Trump Trade War: Menyelamatkan Pasar Modal, Menyehatkan Ekonomi Indonesia, via daring pada Jumat, 11 April 2025. (Foto: Tangkapan layar Zoom)

KABARBURSA.COM - Pemerintah Indonesia resmi mengajukan proposal dagang kepada Amerika Serikat sebagai respons atas rencana penerapan tarif resiprokal oleh Presiden Donald Trump. Di balik langkah negosiasi ini, terdapat kepentingan strategis yakni menjaga keberlangsungan ekspor Indonesia ke pasar AS yang selama ini menjadi salah satu tujuan utama berbagai produk unggulan nasional.

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menegaskan bahwa ekspor ke AS memiliki peran penting dalam perdagangan luar negeri Indonesia. Karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah antisipatif melalui negosiasi dagang bilateral.

“Kenapa kita harus bernegosiasi? Karena kalau kita tidak bernegosiasi, akhirnya kita juga akan berat dari sisi ekspor ke Amerika yang kita sebenarnya cukup besar jumlahnya,” kata Aviliani dalam diskusi yang bertajuk Trump Trade War: Menyelamatkan Pasar Modal, Menyehatkan Ekonomi Indonesia, via daring pada Jumat, 11 April 2025.

Sebagai catatan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya menyebut bahwa kontribusi pasar AS terhadap total perdagangan Indonesia berada di angka 17 persen. Sementara 83 persen lainnya berasal dari negara-negara lain. Oleh karena itu, salah satu strategi yang disiapkan, menurut Aviliani, adalah mengalihkan sebagian porsi impor Indonesia dari negara lain ke AS, agar neraca dagang terlihat lebih berimbang. 

“Jadi akhirnya policy adalah salah satunya memindahkan impor yang dari negara lain sebagian dipindahkan ke Amerika,” lanjutnya.

Lebih jauh, Aviliani melihat bahwa kebijakan serupa juga dilakukan oleh negara-negara lain, menyusul kebijakan tarif tinggi dari AS. Karena itu, negosiasi dagang perlu dilakukan secara bilateral dan dengan pendekatan yang terukur.

“Menurut saya hampir semua negara akan memberlakukan hal yang sama, sehingga negosiasi terkait dengan dagang itu harus dilakukan secara bilateral dari satu negara dengan negara lain,” ujarnya.

Kendati demikian, rencana tarif resiprokal dari Trump mengalami penundaan. Pemerintah AS memberikan jeda selama 90 hari sebelum kebijakan tersebut diberlakukan. Menurut Aviliani hal itu dapat memberikan pemerintah Indonesia ruang untuk menyusun strategi lanjutan.

"Kita lihat kemarin ada perubahan, di mana ketika akan diberlakukan Mei, sekarang 90 hari lagi. Mungkin saja setelah 90 hari lagi bisa diperpanjang atau bisa tidak. Artinya apa? Manajemen risiko dari pemerintah maupun dunia usaha itu harus tahu, kalau itu tidak diberlakukan lagi, apa yang harus kita lakukan? Tapi kalau memang sudah diberlakukan 90 hari lagi, lalu apa yang harus dilakukan?” tutur Aviliani.

Ia pun menekankan dalam mengantisipasi ketidakpastian yang akan terjadi selama 90 hari ke depan, penting bagi pemerintah dan pelaku usaha untuk bersinergi. Tanpa kolaborasi yang kuat, dampaknya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat luas.

“Kita harus bersama-sama, tidak bisa membiarkan pemerintah berjalan sendiri, dunia usaha berjalan sendiri. Akibatnya nanti dampaknya kepada masyarakat,” pungkasnya.

Perluas Jangkauan Kemitraan dengan BRICS

Airlangga sebelumnya menyampaikan bahwa Indonesia juga memperluas jangkauan kemitraan melalui blok BRICS. Presiden Prabowo Subianto, kata Airlangga, telah memutuskan bahwa Indonesia akan bergabung dengan New Development Bank (NDB), lembaga keuangan milik BRICS.

“BRICS kemarin Bapak Presiden sudah putuskan bahwa Indonesia ikut dalam New Development Bank. Sehingga dengan demikian kita sudah punya aliansi berbagai negara secara multilateral,” jelasnya.

Sementara itu, untuk membuka akses ke pasar Rusia, Airlangga menyebut bahwa Indonesia akan mempercepat kerja sama ekonomi dengan kawasan Eurasia. 

“Dan yang terakhir Eurasia dengan Rusia. Tanggal 14 Deputi Prime Ministernya akan datang dan mudah-mudahan ini juga bisa kita akselerasi sehingga pasar Rusia pun akan terbuka,” ujarnya.

Di tengah ketidakpastian global, Airlangga optimistis bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap solid. Ia menyebut bahwa APBN dan pasar domestik telah berfungsi sebagai penyangga utama saat krisis seperti pandemi, dan mekanisme ini kembali akan dimanfaatkan dalam menghadapi guncangan ekonomi dunia.

“Daya saing bisa meningkat, rating kita relatif stabil, sektor keuangan baik, walaupun ketidakpastian semakin meningkat tetapi domestic market dan APBN kita berfungsi sebagai shock absorber, Bapak Presiden. Dan ini sudah pernah kita lakukan pada saat Covid-19,” tegasnya.

Ia juga menyebut posisi Indonesia dalam ASEAN semakin kuat. Prabowo disebut telah memainkan peran strategis dalam memperkuat koordinasi antarnegara ASEAN untuk menyikapi tantangan dari Amerika Serikat.

“Posisi kita di ASEAN kuat dan ASEAN tentunya perlu merespons karena ASEAN di Indo-Pasifik menjadi sangat penting dan kemarin kunjungan Bapak Presiden sangat berarti bagi Malaysia,” kata dia.

Lebih lanjut, Airlangga mengatakan bakal ada rapat lanjutan di tingkat Menteri Perdagangan ASEAN dijadwalkan akan digelar hari Kamis 10 April 2025 untuk merumuskan langkah bersama dalam menyikapi dinamika perdagangan global yang semakin kompleks.

“Akan ada rapat Menteri Perdagangan hari Kamis, sehingga tentu ini akan menyelesaikan langkah bersama ASEAN menghadapi Amerika,” ujarnya. (*)