Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Potensi Tiga Juta Lapangan Kerja dari Program MBG

Program MBG diperkirakan dapat menciptakan hingga tiga juta lapangan kerja, tersebar di sektor pangan, logistik, hingga jasa pendukung lainnya.

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 10 April 2025 | Penulis: Cicilia Ocha | Editor: Syahrianto
Potensi Tiga Juta Lapangan Kerja dari Program MBG Siswa di salah satu sekolah menerima makanan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG). (Foto: Kabarbursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COMBadan Gizi Nasional (BGN) bersama Kantor Komunikasi Kepresidenan menyatakan bahwa salah satu program prioritas presiden Prabowo Subianto, yakni Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya bertujuan memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, tetapi juga berpotensi menjadi motor penggerak ekonomi nasional dengan membuka jutaan lapangan kerja baru.

"Anak Generasi Emas tercipta, lapangan kerja terbuka," tulis akun resmi Kantor Komunikasi Kepresidenan melalui Instagram pada Rabu, 9 April 2025.

Dalam keterangan tersebut dijelaskan bahwa pelaksanaan MBG diperkirakan dapat menciptakan hingga tiga juta lapangan kerja, tersebar di sektor pangan, logistik, hingga jasa pendukung lainnya. 

“Persiapan dan distribusi MBG membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar dimulai dari petani, peternak, pengolah makanan, hingga pengantar makanan dan manajemen logistik. Mari dukung program ini sebagai penggerak roda ekonomi lokal dan nasional,” tulis akun tersebut.

Adapun pemerintah juga mengajak masyarakat untuk mendukung program ini sebagai salah satu upaya menggerakkan roda ekonomi lokal dan nasional.

Berdasarkan data Badan Gizi Nasional 2025, dalam satu Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG), program ini menciptakan lapangan kerja baru yang cukup signifikan. Setiap unit program akan memunculkan sekitar 11 pengusaha baru.

Untuk kebutuhan operasional dapur, dibutuhkan 54 pekerja tetap, yang terdiri dari satu kepala dapur, 31 tukang masak, satu ahli gizi, satu admin, satu koordinator lapangan, 15 tukang cuci, serta satu pengemudi. Selain itu, dari sektor pemasok pihak ketiga, sebanyak 27 orang terlibat, yang meliputi lima produsen sayur dan buah, serta 22 petani.

Dengan menciptakan jutaan lapangan kerja baru dan melibatkan berbagai sektor dari hulu hingga hilir, program ini memperlihatkan potensi besar sebagai motor penggerak ekonomi nasional yang menyasar langsung kesejahteraan masyarakat bawah. 

Potensi besar inilah yang kemudian mendorong berbagai pihak untuk mulai menghitung dampak ekonomi konkret dari program MBG. Tak hanya berhenti di janji kampanye atau slogan gizi, MBG kini dilihat sebagai instrumen strategis pembangunan ekonomi. Dengan basis data yang semakin lengkap, analisis pun mulai diarahkan untuk mengukur kontribusi program ini terhadap penciptaan lapangan kerja, pendapatan masyarakat, dan geliat ekonomi lokal. Maka, bagaimana sesungguhnya proyeksi ekonomi dari program ambisius ini? 

Menghitung Potensi Ekonomi MBG 

Program MBG yang digagas oleh Prabowo Subianto berpotensi menciptakan sekitar 3 juta lapangan kerja di berbagai sektor. Lapangan kerja ini akan tersebar dari sektor pangan (petani dan peternak), pengolahan makanan (koki dan ahli gizi), logistik (pengemudi, manajer distribusi), hingga administrasi dan manajemen. 

Dampak ekonomi dari program ini bisa sangat signifikan, karena tidak hanya meningkatkan gizi anak-anak tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional dengan mendorong konsumsi domestik dan menciptakan lapangan pekerjaan.

Jika melihat simulasi dari data BGN, sektor pangan, yang melibatkan petani dan peternak, akan menyerap sekitar 900.000 pekerja dengan gaji rata-rata sekitar Rp3 juta per bulan. Pekerja di sektor pengolahan makanan dan logistik, seperti koki, ahli gizi, serta pengemudi, diperkirakan akan menerima gaji yang lebih tinggi, sekitar Rp4 juta per bulan. Dengan total 3 juta pekerja, program ini bisa menghasilkan pendapatan bulanan sebesar Rp13,9 triliun, yang jika dihitung tahunan dapat mencapai sekitar Rp166,8 triliun.

Tidak hanya itu, setiap unit Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) berpotensi menciptakan 11 pengusaha baru. Jika program ini diperluas ke 1.000 unit SPPG, maka jumlah pengusaha baru yang tercipta akan mencapai 11.000 orang, dengan total 81.000 pekerja terlibat dalam operasional dapur dan distribusi pangan. Asumsi pendapatan pengusaha sekitar Rp10 juta per bulan akan menghasilkan pendapatan bulanan dari sektor wirausaha sekitar Rp515 miliar, dan tahunan sekitar Rp6,18 triliun.

Dengan skala yang luas, program MBG dapat memberikan dampak positif yang besar pada ekonomi Indonesia. Selain meningkatkan kualitas gizi anak-anak, program ini juga akan membuka peluang usaha, menciptakan lapangan kerja, dan menggerakkan perekonomian lokal dan nasional, menjadikannya sebagai motor penggerak ekonomi jangka panjang.

Dari simulasi yang ada, MBG berpotensi menyuntikkan ratusan triliun rupiah ke ekonomi nasional melalui penciptaan pekerjaan dan peluang wirausaha. Dengan gaji yang layak dan jumlah tenaga kerja yang besar, program ini berkontribusi bukan hanya pada peningkatan gizi, tapi juga pertumbuhan konsumsi domestik dan lahirnya pengusaha-pengusaha baru yang bisa memperkuat ekonomi lokal secara berkelanjutan. 

Namun, seberapa besar dampak program ini terhadap kondisi ketenagakerjaan nasional tentu tak bisa dilepaskan dari konteks pasar tenaga kerja saat ini. Untuk benar-benar memahami signifikansi program MBG dalam menyerap tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi, kita perlu melihat dulu gambaran besar ketenagakerjaan Indonesia di tahun 2024. 

Data Ketenagakerjaan 2024

Pada 2024, Indonesia mencatatkan jumlah penduduk usia kerja mencapai 215,37 juta orang, dengan 152,11 juta di antaranya masuk dalam angkatan kerja. Dari jumlah tersebut, sekitar 144,64 juta orang bekerja, sementara 7,47 juta orang menganggur. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia pada Agustus 2024 tercatat sebesar 4,91 persen, mengalami penurunan dari 5,32 persen pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan dalam penyerapan tenaga kerja, meskipun tantangan pengangguran tetap ada.

Sektor pekerjaan di Indonesia juga menunjukkan pola yang menarik, dengan 31,94 persen dari angkatan kerja tercatat sebagai pekerja tidak penuh waktu, yang menggambarkan adanya ketidakseimbangan dalam distribusi pekerjaan. Selain itu, jumlah peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan yang tercatat mencapai 60,64 juta orang pada Januari 2024, mencakup sekitar 67,58 persen dari angkatan kerja yang terdaftar. Angka ini mengindikasikan adanya upaya yang signifikan untuk melibatkan lebih banyak tenaga kerja dalam sistem jaminan sosial ketenagakerjaan.

Angkatan kerja Indonesia terus berkembang, dengan diperkirakan ada sekitar 4,4 juta jiwa yang masuk ke dalam angkatan kerja pada tahun 2024. Meskipun angkatan kerja terus meningkat, pemerintah tetap menghadapi tantangan dalam menciptakan lapangan kerja yang memadai untuk menampung pertumbuhan tersebut. 

Meskipun tingkat pengangguran menunjukkan tren penurunan, tantangan ketenagakerjaan di Indonesia tetap nyata, terutama dalam menyediakan pekerjaan penuh waktu dan merata. Dengan masuknya jutaan angkatan kerja baru setiap tahun, program seperti MBG bisa menjadi salah satu solusi konkret dalam memperluas kesempatan kerja, mengurangi pengangguran, dan meningkatkan keterlibatan dalam sistem perlindungan sosial tenaga kerja. (*)