KABARBURSA.COM - Bursa saham Eropa mengalami tekanan hebat pada perdagangan Rabu wa tu setempat atau Kamis, 10 April 2025. Tekanan disebabkan meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang kembali memanas.
Lonjakan tajam tarif impor menjadi pemicu utama kejatuhan tajam pasar, sementara investor semakin khawatir bahwa dampak lanjutan dari perang dagang bisa menggiring ekonomi global ke jurang resesi.
Indeks STOXX 600, yang mewakili saham-saham unggulan di seluruh kawasan Eropa, ditutup anjlok 3,5 persen atau kehilangan 17,02 poin ke posisi 469,89. Penurunan ini menghapus hampir seluruh reli yang terjadi pada sesi sebelumnya.
Ketegangan meningkat setelah China memutuskan menaikkan tarif terhadap produk-produk Amerika menjadi 84 persen, melampaui pengumuman awal yang hanya 34 persen, sebagai respons terhadap tarif 104 persen dari AS yang resmi diberlakukan pada Rabu kemarin.
Sektor kesehatan menjadi korban utama dengan penurunan 5,8 persen dan mencatat posisi terendah sejak Oktober 2022. Tekanan besar muncul setelah Presiden AS Donald Trump menegaskan rencananya untuk menerapkan tarif tinggi terhadap semua produk farmasi impor.
Beberapa perusahaan besar seperti Roche, Novartis, Novo Nordisk, dan AstraZeneca ikut terpukul, masing-masing terjun antara 5,8 persen hingga 6,9 persen.
Tak hanya sektor kesehatan, saham energi ikut tergelincir 5 persen seiring harga minyak jatuh ke level terendah dalam empat tahun terakhir. Sektor pertambangan juga terseret 3,7 persen karena kekhawatiran melambatnya permintaan logam dari China sebagai konsumen utama.
Saham perbankan, yang biasanya sensitif terhadap perubahan suku bunga, ikut melemah 3,1 persen di tengah spekulasi penurunan suku bunga dari Bank Sentral Eropa (ECB) pada pertemuan pekan depan. ECB sendiri telah menyatakan kesiapannya untuk menjaga stabilitas keuangan jika gejolak pasar semakin meluas, seraya menyoroti meningkatnya risiko perlambatan pertumbuhan di kawasan euro.
Pasar juga tertekan oleh kebijakan balasan dari Uni Eropa yang menyatakan akan mengenakan tarif 25 persen pada berbagai produk asal AS. Hal ini semakin memperkuat kekhawatiran akan memburuknya hubungan dagang global.
Ketidakpastian meningkat setelah negosiasi antara AS dan negara-negara mitra belum menunjukkan kemajuan berarti. Analis menilai kecil kemungkinan China akan mundur dari posisinya, sehingga konflik ini bisa berlangsung lebih lama dan berdampak lebih luas.
Di bursa saham utama, indeks DAX Jerman terkoreksi 3 persen atau turun 609,38 poin menjadi 19.670,88. Indeks FTSE 100 Inggris jatuh 2,92 persen atau kehilangan 231,05 poin ke level 7.679,48, dan CAC 40 Prancis merosot 3,34 persen atau 237,40 poin ke posisi 6.863,02.
Dengan kondisi ini, STOXX 600 kini tercatat lebih dari 16 persen di bawah rekor penutupan tertinggi sepanjang masanya pada bulan Maret lalu, mendekati zona "bear market" yang secara teknikal ditandai oleh penurunan 20 persen dari puncaknya.
Sementara itu, kabar politik di Eropa hanya menjadi latar belakang yang nyaris diabaikan pasar. Kesepakatan koalisi yang akhirnya dicapai antara partai konservatif Jerman dan Partai Sosial Demokrat belum cukup mampu menopang sentimen pasar, meskipun rencana kebijakan fiskal telah dirancang untuk membangkitkan kembali pertumbuhan ekonomi yang lesu.
Ketegangan geopolitik, aksi saling balas tarif, serta bayang-bayang resesi global kini menjadi kombinasi berbahaya yang terus membayangi pasar finansial dunia. Para investor pun cenderung menarik diri dari aset-aset berisiko dan bersiap menghadapi kemungkinan skenario terburuk dalam waktu dekat.
Bursa Asia Merana, IHSG Tersungkur
Pada perdagangan Rabu, 9 April 2025, bursa saham Asia mengalami tekanan signifikan akibat eskalasi ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Indeks Hang Seng di Hong Kong memimpin penurunan dengan anjlok 13,22 persen ke posisi 19.828,30, sementara indeks teknologi Hang Seng merosot 17,16 persen ke 4.401,51.
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,47 persen, turun 28,15 poin ke level 5.967,98. Sepanjang sesi, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 6.092,41 dan terendah di 5.949,60. Sebanyak 307 saham mengalami penurunan, 298 saham menguat, dan 188 saham stagnan.
Pelemahan IHSG sejalan dengan tren negatif yang melanda bursa Asia lainnya, dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap dampak perang dagang AS-China yang semakin memanas. Kondisi ini mendorong aksi jual di berbagai sektor, mencerminkan sentimen pasar yang cenderung menghindari risiko di tengah ketidakpastian global.
Jadi, saat ini bursa saham Eropa mengalami tekanan hebat pada Rabu, 9 April 2025, akibat memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China. China menaikkan tarif impor barang AS menjadi 84 persen, sebagai balasan atas tarif 104 persen dari AS. Ketegangan ini mendorong kejatuhan indeks STOXX 600 sebesar 3,5 persen dan memicu aksi jual di berbagai sektor, terutama kesehatan, energi, dan pertambangan.
Sektor kesehatan memimpin penurunan setelah Presiden AS Donald Trump mengancam tarif tinggi pada semua produk farmasi. Saham-saham besar seperti Roche dan AstraZeneca terjun tajam. Sementara itu, Uni Eropa juga mengumumkan tarif balasan terhadap produk AS.
Di sisi lain, pasar Asia ikut merana. Indeks Hang Seng anjlok 13,22 persen, dan indeks teknologi Hang Seng turun lebih dari 17 persen. IHSG di Indonesia melemah 0,47 persen ke 5.967,98, tertekan oleh kekhawatiran terhadap dampak perang dagang terhadap ekonomi global dan ketidakpastian pasar.
Secara keseluruhan, investor global kini semakin cemas terhadap potensi resesi dan lebih memilih keluar dari aset berisiko.(*)