Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Lemhannas: BRICS dan Hilirisasi Kunci Hadapi Trump

Lemhannas menekankan pentingnya kerja sama BRICS dan hilirisasi industri sebagai tameng menghadapi tarif tinggi dari Amerika Serikat.

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 06 April 2025 | Penulis: Dian Finka | Editor: Moh. Alpin Pulungan
Lemhannas: BRICS dan Hilirisasi Kunci Hadapi Trump Gubernur Lemhannas Ace Hasan Syadzili (kenya dari kanan). Foto: Instagram: @ace.hasan.syadzily.

KABARBURSA.COM – Gubernur Lemhannas RI, TB Ace Hasan Syadzily, mengatakan pemerintah Indonesia tidak boleh tinggal diam menghadapi kebijakan tarif agresif dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Ia mengingatkan langkah antisipatif sudah harus disiapkan secara komprehensif, baik dari sisi geopolitik maupun strategi ekonomi jangka panjang.

“Saya kira pemerintah sudah mempersiapkan langkah antisipatif untuk menyikapi kebijakan tarif Presiden Trump,” ujar Ace kepada awak media di Jakarta, Minggu 6 April 2025.

Menurutnya, respons pertama yang perlu diperkuat adalah diplomasi ekonomi lintas kawasan. Ia mendorong agar pemerintah mengakselerasi kerja sama strategis dengan negara-negara mitra di luar orbit dagang tradisional, termasuk BRICS dan OECD.

“Kerjasama dengan BRICS—Brazil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan—harus ditingkatkan. Jangan hanya menjadi relasi simbolik, tapi harus konkret dalam bentuk ekspansi perdagangan dan investasi,” jelas Ace.

Ace mengatakan transformasi industri dalam negeri menjadi langkah penting untuk menghadapi tekanan eksternal. Salah satu yang ia dukung adalah program hilirisasi dan reindustrialisasi yang tengah dijalankan pemerintahan Prabowo Subianto.

Menurutnya, hilirisasi merupakan kunci untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia tidak seharusnya terus bergantung pada ekspor bahan mentah, melainkan sudah saatnya membangun kekuatan industri dari dalam negeri.

Ace pun mengingatkan dampak dari kebijakan proteksionisme Donald Trump bisa menjalar ke sektor keuangan Indonesia, baik moneter maupun fiskal.

“Pemerintah dan otoritas keuangan harus waspada. Ketegangan perdagangan global ini bisa menekan nilai tukar, memperbesar defisit, bahkan menurunkan kepercayaan investor. Antisipasi harus dilakukan sejak dini,” ujarnya.

Ia menekankan, langkah Indonesia ke depan tidak boleh hanya bersifat reaktif, tetapi proaktif dalam membentuk ekosistem perdagangan global baru yang lebih adil dan saling menguntungkan.

“Tarif sepihak dari AS harus dijawab dengan penguatan kerja sama multilateral yang berbasis kepentingan nasional,” katanya.

RI Percepat Reformasi dan Deregulasi Upaya Pemerintah

Menteri Luar Negeri Sugiono mengatakan Prabowo telah memberikan instruksi langsung kepada Kabinet Merah Putih untuk segera menjalankan reformasi struktural dan kebijakan deregulasi secara menyeluruh terkait kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat terhadap produk ekspor Indonesia dengan menyiapkan berbagai langkah strategis. 

“Presiden Prabowo telah menginstruksikan Kabinet Merah Putih untuk melakukan langkah strategis dan perbaikan struktural serta kebijakan Deregulasi yaitu penyederhaan regulasi dan penghapusan regulasi yang menghambat, khususnya terkait dengan Non-Tariff Barrier,” ujar Sugiono.

Kebijakan deregulasi ini disebut sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan daya saing nasional, memperkuat kepercayaan pelaku pasar, serta menarik lebih banyak investasi asing. Pemerintah meyakini, reformasi kebijakan ini akan menjadi fondasi penting dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ke depan.

Selain itu, Sugiono juga menyampaikan bahwa pemerintah sedang menyiapkan langkah-langkah lanjutan untuk menciptakan iklim investasi yang lebih sehat dan kondusif, serta mempercepat penciptaan lapangan kerja berkualitas.

“Langkah kebijakan strategis lainnya akan ditempuh oleh Pemerintah Indonesia untuk terus memperbaiki iklim invetasi dan peningkatan pertumbuhan ekonomi serta penciptaan lapangan kerja yang luas,” jelasnya.

Dalam menghadapi dampak luas dari kebijakan proteksionis AS, Indonesia juga telah berkomunikasi dengan Malaysia sebagai Ketua ASEAN. Sugiono menyebut, koordinasi intensif tengah dilakukan untuk merespons tantangan bersama yang kini dihadapi oleh seluruh negara anggota ASEAN.

“Indonesia telah berkomunikasi dengan Malaysia selaku pemegang Keketuaan ASEAN untuk mengambil langkah bersama mengingat 10 negara ASEAN seluruhnya terdampak pengenaan tarif AS,” kata Sugiono.

Peta Negara Sasaran Tarif Trump

Donald Trump sebelumnya merilis daftar tarif baru yang diumumkan langsung dari Rose Garden di Gedung Putih. Dalam kebijakan terbarunya, puluhan negara masuk dalam daftar target tarif dagang resiprokal.

Trump menyebut kebijakan tersebut sebagai langkah untuk mengembalikan keseimbangan dalam perdagangan internasional. “Negara kita telah dijarah, dirampok, bahkan diperkosa dalam sistem perdagangan dunia yang timpang,” ujarnya lantang di hadapan para pendukung yang memberi tepuk tangan, meski pernyataan ini juga menuai kecaman dari sejumlah ekonom dan politisi.

Melalui unggahan di akun Instagram resminya @potus, Gedung Putih merinci besaran tarif berdasarkan defisit perdagangan bilateral masing-masing negara terhadap AS. China, sebagai eksportir terbesar ke Negeri Paman Sam, dijatuhi tarif sebesar 34 persen. Vietnam dikenai beban lebih besar lagi, yakni 46 persen. Indonesia pun ikut masuk radar, dengan tarif baru sebesar 32 persen—jauh lebih tinggi dari tarif normal yang biasanya di bawah 5 persen.

Dalam daftar tarif resiprokal tersebut, tidak semua negara dikenai bea masuk tinggi. Sejumlah negara seperti Inggris, Australia, dan Brasil justru tergolong dalam kelompok dengan tarif paling ringan. Ketiganya hanya dikenai tarif tambahan 10 persen sebagai bentuk penyesuaian atas surplus dagang bilateral, yang ditambah dengan tarif dasar 10 persen sehingga total bea masuk menjadi 20 persen.

Tarif ini tidak asal tetapkan. Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) mengklaim telah menyusun formula khusus untuk menghitung besaran tarif resiprokal. Rumus yang digunakan adalah:

Δτᵢ = (xᵢ - mᵢ) / (ε * φ * mᵢ)

Dengan kata lain, perubahan tarif dihitung berdasarkan selisih ekspor dan impor tiap negara terhadap AS, kemudian dibagi oleh dua variabel: elastisitas permintaan impor (ε) dan seberapa besar tarif memengaruhi harga (φ). Negara dengan surplus besar dinilai terlalu banyak mengambil keuntungan dari pasar AS, sehingga dikenai tarif yang lebih tinggi.

Dalam dokumen ringkasan USTR, nilai elastisitas (ε) ditetapkan 4, sementara tingkat pengaruh harga (φ) sebesar 0,25. Data perdagangan yang digunakan berasal dari tahun 2024. Dengan formula ini, tarif resiprokal yang dikenakan AS berkisar antara 10 persen hingga 99 persen. Jika dihitung berdasarkan bobot volume impor, rata-rata tarif global yang dikenakan berada di angka 41 persen.(*)