Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Chandra Asri Resmi Akuisisi Shell Singapore Pte. Ltd. (SSPL)

Mengurangi ketergantungan negara terhadap impor serta memastikan ketersediaan pasokan energi yang lebih stabil.

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 03 April 2025 | Penulis: Cicilia Ocha | Editor: Pramirvan Datu
Chandra Asri Resmi Akuisisi Shell Singapore Pte. Ltd. (SSPL) PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), sebagai perusahaan solusi kimia dan infrastruktur terkemuka di Indonesia. Foto: Chandra Asri

KABARBURSA.COM — PT Chandra Asri Pacific Tbk (Chandra Asri Group) dan Glencore secara resmi mengumumkan penyelesaian akuisisi Shell Singapore Pte. Ltd. (SSPL) yang beroperasi di Shell Energy and Chemicals Park (SECP), Singapura. Setelah akuisisi tersebut, SECP kini berganti nama menjadi Aster Energy and Chemicals Park.

Akuisisi ini dilakukan melalui CAPGC Pte. Ltd., sebuah usaha patungan antara Chandra Asri Capital Pte. Ltd., anak perusahaan dari Chandra Asri Group, dan Glencore Asian Holdings Pte. Ltd., anak perusahaan dari Glencore. Adapun, perjanjian ini diselesaikan melalui pembelian saham di Aster Chemicals and Energy Pte. Ltd. (Aster), anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Shell Singapore Pte. Ltd.

Presiden Direktur dan CEO Chandra Asri Group, Erwin Ciputra, menegaskan bahwa akuisisi ini merupakan sebuah pencapaian besar bagi Chandra Asri Group. Langkah strategis ini diambil untuk memperkuat ketahanan energi Indonesia, yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan negara terhadap impor serta memastikan ketersediaan pasokan energi yang lebih stabil. Selain itu, akuisisi ini juga memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan industri kimia nasional, dengan menghadirkan sumber daya dan teknologi yang lebih maju untuk meningkatkan kapasitas produksi serta daya saing sektor petrokimia.

“Dengan memperluas jejak strategis kami melalui Aster, kami mengamankan sumber daya penting bagi negara serta berkontribusi pada stabilitas ekonomi jangka panjang dan daya saing global Indonesia. Sebagai mitra pertumbuhan, kami menantikan kolaborasi erat dengan mitra kami untuk mendorong inovasi, keunggulan operasional, dan pertumbuhan berkelanjutan di masa depan,” ujar Erwin melalui keterangannya di Jakarta, Rabu, 2 April 2025.

Adapun, Taman Energi dan Kimia ini mencakup kilang dengan kapasitas pemrosesan 237.000 barel minyak mentah per hari, sebuah cracker etilena berkapasitas 1,1 juta metrik ton per tahun di Pulau Bukom, serta aset kimia hilir di Pulau Jurong. Erwin mengharapkan Akuisisi ini menjadi langkah besar dalam memperluas jejak strategis Chandra Asri Group di industri energi, kimia, dan infrastruktur regional. Fasilitas tersebut akan terus beroperasi di bawah Aster Chemicals and Energy Pte. Ltd., dengan para karyawan tetap bekerja di bawah kepemilikan baru.

"Akuisisi CAPGC sejalan dengan strategi kami untuk berinvestasi dalam aset berpotensi tinggi dan memperluas kehadiran kami di pasar utama. Kami tetap berkomitmen untuk mendorong inovasi, keberlanjutan, dan keunggulan operasional dalam seluruh aktivitas bisnis kami,” tambah Managing Director Glencore Singapore, Quek Chin Thean.

Ketahanan Energi Nasional

Akuisisi Aster semakin memperkokoh komitmen Chandra Asri Group dalam memperkuat ketahanan energi Indonesia serta menjawab permintaan bahan kimia yang terus meningkat. Aster akan berperan sebagai pemasok utama produk kilang dan petrokimia, memastikan ketersediaan bahan baku industri dalam negeri.  

Dengan mengoptimalkan kilang dan pusat perdagangan berstandar global milik Aster, Chandra Asri Group berupaya menjamin pasokan minyak bumi yang krusial serta menutup celah dalam kebutuhan bahan kimia esensial seperti MEG, poliol, dan berbagai monomer. Langkah ini tidak hanya memperkuat keamanan energi nasional, tetapi juga mengurangi ketergantungan terhadap impor.  

Selain itu, optimalisasi perdagangan antara Indonesia dan Singapura akan menjadi elemen kunci dalam strategi sinergi ini. Melalui kolaborasi dalam rantai pasokan—mulai dari pengadaan bahan baku seperti nafta hingga distribusi lintas pasar produk kilang (Pygas & MTBE) dan petrokimia (Etilena, Propilena, dan Raff-1)—efisiensi dan keandalan pasokan dapat ditingkatkan secara signifikan, memberikan manfaat bagi kedua negara.

Kendati demikian, Erwin berharap Akuisisi ini dapat berdampak positif pada ekonomi Indonesia, dengan keuntungan yang dihasilkan dari Aster akan dipulangkan dan diinvestasikan kembali untuk mendukung pengembangan Chandra Asri Group. Selain itu, ekspansi ini akan melahirkan 200 lapangan pekerjaan baru di Indonesia, melalui pendirian perusahaan untuk mengelola operasi back-end Aster.

Lebih lanjut, perluasan bisnis Chandra Asri Group di kawasan ASEAN juga diproyeksikan dapat meningkatkan efisiensi ekonomi dengan memanfaatkan pertumbuhan yang sedang berkembang di wilayah tersebut. Kerja sama ini, yang melibatkan kolaborasi dengan Glencore, bertujuan untuk mendorong inovasi, berbagi wawasan, serta melakukan transfer teknologi guna memperkuat posisi kedua perusahaan.

Catatan Laba Bersih

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) meraih catatan positif sepanjang 2024 (FY24) di semua tiga segmen bisnis utama (properti, konstruksi, dan perhotelan).

Dalam keterangan resmi disebutkan, pendapatan bersih SSIA sepanjang tahun lalu meningkat sebesar 32,6 persen year on year (YoY) menjadi Rp234,2 miliar dari Rp176,6 miliar di FY23. 

"Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan bersih properti sebesar 154,8 persen YoY," ujar VP of Investor Relations & Corporate Communications SSIA, Erlin Budiman dalam keterangan tertulis dikutip pada Selasa, 1 April 2025.

Laba kotor SSIA pada FY24 meningkat sebesar 32,5 persen YoY menjadi Rp1.759,0 miliar, naik dari Rp1.327,2 miliar di FY23. Erlin menjelaskan, peningkatan ini didorong oleh kenaikan laba kotor properti sebesar 70,7 persen (Rp330,9 miliar). 

"Kenaikan laba kotor konstruksi sebesar 20,7 persen (Rp65,7 miliar), dan kenaikan laba kotor perhotelan sebesar 5,8 persen (Rp33,7 miliar)," jelasnya. 

Sementara itu, EBITDA SSIA sepanjang 2024 meningkat sebesar 44,9 persen YoY menjadi Rp1.051,7 miliar dari Rp726,0 miliar di tahun lalu.

Catatan tersebut sebagai hasil dari peningkatan EBITDA properti sebesar 76,3 persen (Rp281,7 miliar) dan  EBITDA konstruksi sebesar 26,7 persen (Rp54,7 miliar).

"SSIA mencapai laba bersih konsolidasi sebesar Rp234,2 miliar di FY24 dari laba bersih Rp176,6 miliar di FY23," ungkap Erlin. 

Adapun posisi kas SSIA di 2024 adalah Rp2.633,8 miliar, meningkat sebesar 116,1 persen dari Rp1.219,0 miliar di FY23. Sedangkan, utang yang dikenakan bunga sebesar Rp796,5 miliar di FY24, turun sebesar 68,5 persen dari Rp2.526,4 miliar pada tahun sebelumnya. 

"Di FY24 rasio utang/modal (gearing) adalah 10,0 persen," kata Erlin. 

Unit properti SSIA, yang mencakup pendapatan dari kawasan industri, biaya pemeliharaan, sewa komersial, dan residensial, memperoleh pendapatan sebesar Rp2.263,2 miliar di FY24, meningkat 165,0 persen dari Rp854,0 miliar di FY23.

Erlin menjelaskan, PT Suryacipta Swadaya (SCS), bisnis utama Perusahaan, meraih hasil posisi di sektor properti. Dia bilang, sepanjang 2024 SCS menutup penjualan pemasaran seluas 162,4 hektar (Rp2.001,7 miliar) dari inventaris tanah Suryacipta Karawang dan Subang Smartpolitan. 

"Meningkat 704,2 persen dari penjualan FY23 seluas 20,2 hektar (Rp390,8 miliar)," ujar Erlin. 

SCS sendiri melaporkan pendapatan sebesar Rp2.193,6 miliar di FY24, naik 220,4 persen dari Rp684,8 miliar di FY23. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan 384,2 persen dalam penjualan tanah  yang tercatat (Rp1.868,4 miliar di FY24 dibandingkan dengan Rp385,8 miliar di FY23).

Di sisi lain, unit bisnis konstruksi SSIA yakni PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), mengamankan kontrak baru senilai Rp3.707,5 miliar di FY24, meningkat 26,8 persen dari Rp2.924,7 miliar di FY23. 

"Sehingga, total order book NRCA mencapai Rp3.432,8 miliar pada akhir tahun 2024," tutur Herlin. (*)