KABARBURSA.COM - Dolar AS mengalami pergerakan yang beragam pada perdagangan Rabu waktu setempat atau Kamis dinihari WIB, 20 Maret 2025, seiring keputusan Federal Reserve mempertahankan suku bunga seperti yang diperkirakan sebelumnya. Namun, pernyataan dari bank sentral AS mengindikasikan bahwa pemangkasan suku bunga sebesar setengah poin persentase dapat terjadi sebelum akhir tahun ini.
Meskipun proyeksi pemangkasan suku bunga tetap sama dengan perkiraan tiga bulan sebelumnya—yakni dua kali pemotongan masing-masing seperempat poin—The Fed kini memperkirakan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya. Ketua The Fed Jerome Powell, menegaskan bahwa ketidakpastian ekonomi saat ini masih sangat tinggi, terutama dengan kebijakan perdagangan baru yang diterapkan oleh pemerintahan Trump.
Di tengah meningkatnya tensi ekonomi, pejabat The Fed menaikkan proyeksi inflasi untuk tahun ini menjadi 2,7 persen, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 2,5 persen. Meskipun target inflasi The Fed tetap di 2 persen, kenaikan ini menunjukkan kekhawatiran terhadap dampak tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump terhadap harga barang dan jasa.
Selain itu, bank sentral AS juga mengumumkan akan memperlambat proses penarikan likuiditas dari pasar, yang dikenal sebagai kebijakan pengetatan kuantitatif.
Di pasar valuta asing, reaksi terhadap keputusan The Fed relatif tenang. Dolar awalnya menguat terhadap euro, tetapi kemudian memangkas kenaikannya. Euro turun 0,3 perseb terhadap dolar ke level USD1,0912 setelah sempat menyentuh level terendah USD1,0860 di awal sesi perdagangan.
Seiring dengan itu, kontrak berjangka suku bunga federal memperhitungkan peluang penurunan suku bunga sebesar 64 basis poin sepanjang tahun ini, yang sejalan dengan proyeksi The Fed.
Dolar AS juga mendapat dukungan dari lonjakan volatilitas di pasar keuangan Turki setelah otoritas menahan saingan politik utama Presiden Recep Tayyip Erdogan. Kejadian tersebut membuat mata uang lira Turki anjlok hingga 12 persen ke rekor terendah.
Walikota Istanbul Ekrem Imamoglu, ditahan atas tuduhan korupsi dan membantu kelompok teroris, yang oleh partai oposisi disebut sebagai "kudeta terhadap presiden berikutnya." Akibatnya, dolar melesat 3,6 persen terhadap lira ke level 37,97, setelah sebelumnya sempat menyentuh rekor tertinggi di angka 42.
Sementara itu, dolar melemah 0,3 persen terhadap yen Jepang ke level 148,85 setelah Bank of Japan (BOJ) mempertahankan suku bunga tanpa perubahan. Keputusan BOJ ini mencerminkan kehati-hatian bank sentral Jepang dalam merespons potensi dampak ekonomi global dari kebijakan tarif AS.
Para analis memperkirakan BOJ tidak akan mengambil langkah kebijakan baru setidaknya hingga pertengahan tahun.
Secara keseluruhan, pasar keuangan masih menghadapi ketidakpastian yang tinggi, baik dari sisi kebijakan moneter AS maupun dari perkembangan politik global. Para pelaku pasar kini menantikan data pertumbuhan ekonomi AS kuartal pertama sebagai petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan The Fed serta dampaknya terhadap pergerakan dolar dalam beberapa bulan mendatang.
Rupiah Sedikit Melemah
Hal serupa terjadi pada kurs rupiah yang mengalami penurunan usai Bank Indonesia memutuskan menahan suku bunga acuan atau BI Rate dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dilaksanakan Rabu siang, 19 Maret 2025.
Rupiah mengalami pelemahan signifikan dalam perdagangan terbaru, mencatatkan penurunan terbesar di antara mata uang pasar negara berkembang (EM) Asia. Dengan depresiasi sebesar 0,61 persen dalam sehari dan mencapai total penurunan 2,60 persen sejak awal tahun, rupiah semakin tertekan oleh gejolak pasar keuangan global serta aksi jual besar-besaran di pasar saham Indonesia.
Upaya Bank Indonesia untuk meredam volatilitas rupiah melalui intervensi pasar belum mampu membawa mata uang ini kembali ke zona positif. Tekanan terhadap rupiah semakin kuat setelah aksi jual saham yang terjadi pada perdagangan Selasa kemarin, yang mencerminkan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi domestik dan global.
Dalam rapat kebijakan moneter hari ini, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya, sejalan dengan ekspektasi pasar. Keputusan ini diambil di tengah kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi serta strategi fiskal pemerintah dalam menghadapi ketidakpastian global. BI tetap optimistis terhadap prospek pertumbuhan Indonesia pada tahun 2025, dengan proyeksi di kisaran 4,7 pesen hingga 5,5 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam konferensi pers siang tadi menegaskan bahwa bank sentral akan terus memantau dinamika inflasi dan pertumbuhan ekonomi untuk menentukan langkah kebijakan selanjutnya. Ia juga menyebutkan bahwa peluang penurunan suku bunga acuan masih terbuka, namun keputusan tersebut akan tetap mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah dan kondisi pasar keuangan global.(*)