Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Emas dalam Tren Bullish Kuat usai The Fed Tahan Suku Bunga

Harga emas akan terus naik seiring meningkatnya ketidakpastian di pasar aset dan kekhawatiran terhadap inflasi yang masih membayangi ekonomi global.

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 20 March 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Yunila Wati
Emas dalam Tren Bullish Kuat usai The Fed Tahan Suku Bunga Seorang karyawan tengah memperlihatkan sebuah emas perhiasan di salah satu toko emas di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu, 19 Maret 2025. (Foto: Kabarbursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - Harga emas terus menunjukkan penguatan yang signifikan, mendekati rekor tertingginya di tengah kebijakan moneter yang tetap dovish dari Federal Reserve. 

Pada perdagangan Rabu waktu setempat, atau Kamis dinihari WIB, 20 Maret 2025, emas spot naik 0,2 persen ke level USD3.039,09 per ons, setelah sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di USD3.045,24 di awal sesi. Sementara itu, harga emas berjangka AS sebagian besar ditutup stabil di USD3.041,20 per ons.

Kenaikan harga emas ini dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian pasar setelah The Fed mempertahankan suku bunga kebijakan di kisaran 4,25-4,50%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun, yang menarik perhatian investor adalah sinyal bervariasi yang disampaikan dalam pernyataan resmi dan proyeksi ekonomi bank sentral AS tersebut. 

The Fed memperkirakan inflasi akan tetap tinggi dalam waktu lebih lama, sementara prospek pertumbuhan ekonomi diturunkan. Hak ini mencerminkan kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi yang lebih menantang di masa mendatang.

Tai Wong, seorang trader logam independen, menilai bahwa emas saat ini berada dalam tren bullish yang kuat setelah berhasil menembus level psikologis USD3.000. Ia memperkirakan harga emas akan terus naik seiring meningkatnya ketidakpastian di pasar aset dan kekhawatiran terhadap inflasi yang masih membayangi ekonomi global.

Keputusan Federal Reserve untuk tidak mengubah suku bunga, tetapi tetap membuka peluang pemotongan suku bunga hingga setengah poin persentase pada akhir tahun ini, semakin mendorong minat investor terhadap emas. 

Berdasarkan data kontrak berjangka suku bunga The Fed (Fed fund futures), peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan Juni kini meningkat menjadi 62,1 persen, dari sebelumnya 57 persen. Emas menjadi lebih menarik dalam lingkungan suku bunga rendah karena merupakan aset yang tidak memberikan imbal hasil, sehingga investor cenderung beralih ke logam mulia sebagai aset lindung nilai.

Ketegangan Rusia-Ukraina dan Anjloknya Logam Mulia Lain

Di sisi lain, kondisi geopolitik juga turut menjadi faktor pendorong bagi emas sebagai safe haven. Ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali meningkat setelah kedua negara saling menuduh melanggar perjanjian untuk tidak menyerang infrastruktur energi. Situasi ini semakin memanas setelah mantan Presiden AS Donald Trump berbicara melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menambah spekulasi di pasar mengenai kemungkinan eskalasi konflik lebih lanjut.

Selain emas, harga logam mulia lainnya justru mengalami tekanan. Harga perak spot turun 1,2 persen menjadi USD33,63 per ons, sementara platinum melemah 0,4 persen ke USD993,35, dan paladium turun 0,7 persen menjadi USD960,23 per ons.

Sepanjang tahun ini, emas telah mengalami lonjakan lebih dari 15 persen, mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Para investor kini menantikan pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter ke depan.

Penjualan Emas Sokong Naiknya Pendapatan ANTM

Merujuk data kinerja keuangan Antam untuk periode sembilan bulan tahun 2024, tampak kontribusi segmen emas yang signifikan dari pendapatan dan laba bersihnya. 

Antam mencatatkan pendapatan sebesar Rp43,2 triliun, naik sekitar 39,81 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp2,2 triliun, turun 22,72 persen dari Rp2,8 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Segmen emas memberikan kontribusi yang sangat signifikan, yakni sebesar 83 persen dari total penjualan. Nilai penjualan emas mencapai Rp35,7 triliun, yang juga naik 85 persen dibandingkan dengan capaian pada periode sembilan bulan 2023 (Rp19,29 triliun).

Selain itu, secara operasional ANTM menghasilkan 743 kg emas (setara dengan 23.888 troy ounce) dan volume penjualan emas meningkat 47 persen yoy, dari 19.460 kg menjadi 28.567 kg.

Beberapa analis (misalnya, dari RHB Sekuritas dan JP Morgan) memproyeksikan bahwa, didorong oleh permintaan domestik yang kuat dan kontrak offtake baru, seperti kerja sama dengan Freeport yang membantu mengurangi ketergantungan impor, ANTM berpotensi mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang lebih baik di 2025. 

Proyeksi ini berkisar pada peningkatan laba sekitar 6 persen dan target harga saham yang mendekati kisaran Rp1.700–Rp2.100 per saham, serta yield dividen sekitar 4 persen untuk tahun depan.

“Kenaikan harga emas global telah memberikan dorongan positif yang signifikan bagi segmen emas ANTM. Hal ini menjadi pilar utama pendapatan perusahaan dan membuka peluang perbaikan margin ke depan,” kata analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer kepada Kabarbursa.com.(*)