KABARBURSA.COM - Pasar modal syariah di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan positif, didorong oleh meningkatnya minat investor, khususnya dari kalangan generasi muda.
Dalam acara "Nyantri Saham bareng Kabar Bursa" yang digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 15 Maret 2025, Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI) Irwan Abdalloh, mengungkapkan bahwa jumlah investor syariah naik 21 persen, mencapai 180 ribu investor, dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kalau kita bicara pasar modal syariah Indonesia 1997 kita sudah punya angka nggak jauh beda sama Internasional," kata Irwan, saat memberikan materi tentang Investasi Syariah Jalan Cerdas menuju Kemakmuran Umat, di acara Nyantri Saham Bareng Kabar Bursa, VIP Al Malik Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu, 15 Maret 2025.
Irwan memaparkan, pasar modal syariah di Indonesia dulu tertinggal dari negara lain. Perkembangan signifikan sejak pertama kali diperkenalkan pada awal 2000-an banyak tantangan yang harus dilewati terutama melawan penilaian masyarakat bahwa pasar modal adalah judi.
Kemudian pada 2010, saat masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, perkembangan psar modal mulai diperhatikan.
"Akhirnya alhamdulillah, kami identifikasi pasar modal di kebangkitan. Ada 26 fatwa tentang pasar modal syariah," ucap dia.
Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap investasi berbasis prinsip Islam, Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong pertumbuhan instrumen syariah dan meningkatkan inklusi keuangan di sektor ini.
Ia menjelaskan hingga saat ini kapitalisasi pasar saham syariah saat ini telah mencapai Rp6.825 triliun atau sekitar 55,3 persen dari total kapitalisasi pasar modal Indonesia.
Perkembangan ini tidak terlepas dari meningkatnya dukungan regulasi dan inovasi produk syariah di pasar modal, seperti reksa dana syariah, sukuk korporasi, serta instrumen berbasis syariah lainnya. Pemerintah juga aktif menerbitkan Sukuk Negara untuk membiayai proyek infrastruktur sekaligus memberikan pilihan investasi yang lebih luas bagi masyarakat.
Namun, tantangan masih dihadapi dalam meningkatkan literasi dan pemahaman masyarakat terhadap pasar modal syariah. Irwan menyoroti pentingnya edukasi yang lebih masif serta peningkatan akses informasi agar semakin banyak masyarakat yang memahami keuntungan dan prinsip investasi syariah.
Dengan berbagai inisiatif yang terus dilakukan, pasar modal syariah Indonesia diprediksi akan terus bertumbuh dan semakin menarik bagi investor, baik dari dalam maupun luar negeri.
Target 13.000 Investor Syariah
Pada tahun 2025, pasar modal syariah di Indonesia diprediksi akan mengalami pertumbuhan signifikan, didorong oleh berbagai faktor positif seperti pertumbuhan ekonomi yang stabil, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap investasi syariah, serta dukungan penuh dari pemerintah.
Tren ini membuka peluang besar bagi lebih banyak individu untuk berinvestasi di pasar saham syariah, yang menjadi pilihan cerdas bagi mereka yang ingin berinvestasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif menjadi salah satu pendorong utama untuk perkembangan pasar modal syariah. Ketika perekonomian tumbuh, kebutuhan masyarakat untuk berinvestasi dan mengelola kekayaan mereka pun meningkat.
Dalam konteks ini, pasar modal syariah menawarkan alternatif investasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam, seperti larangan terhadap riba dan aktivitas yang dianggap haram lainnya.
Selain itu, sektor ini juga menawarkan potensi keuntungan yang menarik, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi investor.
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menetapkan target ambisius untuk menambah 13.000 investor saham syariah pada tahun 2025. Target ini menunjukkan optimisme pasar modal syariah di Indonesia, di mana semakin banyak individu yang menyadari pentingnya berinvestasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah untuk memastikan keberkahan dalam kehidupan finansial mereka.
Kesadaran masyarakat ini dipengaruhi oleh meningkatnya edukasi mengenai investasi syariah yang didorong oleh berbagai lembaga, termasuk pemerintah dan media.
Namun, meskipun prospek pasar modal syariah di Indonesia cerah, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah rendahnya literasi keuangan masyarakat, khususnya terkait dengan instrumen pasar modal syariah. Banyak masyarakat masih kurang memahami bagaimana cara berinvestasi secara syariah, serta manfaat dan risiko yang terkait.
Oleh karena itu, pendidikan keuangan menjadi kunci untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pasar modal syariah. Hal ini perlu mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak, termasuk lembaga keuangan, pemerintah, dan media massa.
Tantangan lainnya adalah integrasi ekosistem keuangan syariah yang belum sepenuhnya optimal. Meskipun pasar modal syariah di Indonesia terus berkembang, belum ada sistem yang sepenuhnya terintegrasi antara pasar modal syariah dan sektor keuangan syariah lainnya, seperti perbankan syariah dan asuransi syariah.
Keterbatasan ini dapat membatasi potensi pertumbuhan pasar modal syariah di Indonesia jika tidak diatasi dengan baik.
Di sisi lain, pasar modal syariah Indonesia menawarkan berbagai instrumen investasi yang menarik bagi para investor. Saham syariah, yang merupakan saham dari perusahaan yang memenuhi kriteria syariah, menjadi pilihan utama. Perusahaan-perusahaan ini tidak terlibat dalam kegiatan yang dilarang dalam Islam, seperti riba, perjudian, dan produksi barang haram.
Selain itu, reksa dana syariah, sukuk (obligasi syariah), dan Exchange Traded Fund (ETF) syariah juga memberikan pilihan investasi yang beragam dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Selain instrumen investasi tersebut, ada pula efek beragun aset (EBA) syariah yang diterbitkan dengan agunan aset syariah, serta Dana Investasi Real Estat (DIRE) syariah yang berfokus pada investasi properti sesuai dengan prinsip syariah. Instrumen-instrumen ini menawarkan peluang bagi investor untuk mendapatkan keuntungan dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam, sekaligus berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang lebih inklusif.
Di tengah perkembangan pasar modal syariah, beberapa indeks saham syariah seperti Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jakarta Islamic Index (JII), dan Jakarta Islamic Index 70 (JII70) menjadi indikator penting bagi investor yang ingin berfokus pada saham-saham yang memenuhi standar syariah.
Indeks-indeks ini menyediakan referensi yang jelas bagi investor dalam memilih saham yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, sekaligus memberikan gambaran tentang kinerja pasar modal syariah secara keseluruhan.
Kesadaran yang semakin tinggi terhadap manfaat berinvestasi di pasar modal syariah, serta keberagaman instrumen yang ditawarkan, membuat pasar modal syariah semakin relevan di tengah kebutuhan masyarakat akan investasi yang aman, berkelanjutan, dan sesuai dengan nilai-nilai agama.
Dengan dukungan pemerintah yang terus berlanjut dan semakin berkembangnya ekosistem keuangan syariah, pasar modal syariah Indonesia diprediksi akan terus tumbuh dan menarik lebih banyak investor, menjadikannya sebagai salah satu sektor yang menjanjikan bagi masa depan keuangan Indonesia.
Nyantri Saham Bareng Kabar Bursa terselenggara berkat kerja sama dengan Badan Pengelola Masjid Istiqlal. Disponsori oleh Telkom Indonesia, AlamTri Resources Indonesia, dan Pupuk Indonesia Persero.
Hadir dalam acara tersebut, Menteri Agama Nasaruddin Umar dan mantan Menparekraf Sandiaga Uno. Acara ini menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya masing-masing, yaitu Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI Irwan Abdalloh, Ekonom Senior Indef Aviliani, Konsultan dan Investor Pasar Modal Global Dr Muhammad Asmi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku PUJK Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi, dan Pendiri Komunitas Syariah Saham sekaligus penulis buku Investor Syariah Aktif Asep Muhammad Saepul Islam.(*)