Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Tembus USD670 Miliar, Vietnam Kepincut Pasar Indonesia

Indonesia disebut sebagai market besar yang memberikan kontribusi domestik mencapai 52 persen dari total PDB dengan nilai mencapai USD670 miliar.

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 14 March 2025 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Yunila Wati
Tembus USD670 Miliar, Vietnam Kepincut Pasar Indonesia Menko Airlangga Hartarto saat berdiskusi bersama perwakilan Vietnam. (Foto: Istimewa)

KABARBURSA.COM - Pasar domestik Indonesia yang bernilai USD670 miliar, menjadi magnet bagi Vietnam. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, Vietnam yang unggul dalam hal ekspor, melirik Indonesia sebagai pasar strategis.

"Indonesia ini adalah market besar. Kemarin, pada saat Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam datang ke Indonesia, kami beri kesempatan dalam round table berbicara dari segi ekspor, Vietnam lebih menang dari Indonesia," ujar Airlangga dalam pembukaan program Belanja di Indonesia Aja (BINA) Lebaran, Jumat 14 Maret 2025.

Vietnam tercatat memiliki hubungan dagang yang kuat dengan negara-negara besar. Perdagangan dengan Amerika saja mencatatkan hampir 100 billion dollars, sementara dengan Eropa tercatat sebesar 50 billion dollars dan sebagian besar adalah produk-produk yang mempunyai nilai tambah tinggi elektronik.

Namun, yang menarik, Vietnam tetap tertarik untuk masuk ke Indonesia. 

"Saya tanya kenapa? Dia mengatakan Indonesia punya domestik, pasar domestik," kata Airlangga.

Ya, pasar domestik Indonesia memang besar, dengan nilai ekonomi mencapai USD1,3 triliun dan kontribusi domestik mencapai 52 persen dari total PDB. 

"Kontribusi 52 persen itu nilainya USD670 miliar, sehingga inilah pasar yang harus terus dijaga daya belinya," tegasnya.

Untuk diketahui, Indonesia terus memperdalam kerja sama dengan Vietnam dalam bidang ekonomi dan investasi sebagai bagian dari upaya mewujudkan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. 

Komitmen ini semakin ditegaskan dalam pertemuan tingkat tinggi bertajuk High Level Business Dialogue “Vietnam and Indonesia: A Partnership for Progress and Prosperity” yang berlangsung di Jakarta, pada Senin, 10 Maret 2025. Acara ini juga menjadi peringatan 70 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara yang semakin erat dalam berbagai sektor.

“Saya percaya, acara ini akan memberikan peluang berharga untuk menjajaki kerja sama yang lebih dalam antara Indonesia dan Vietnam, khususnya di bidang ekonomi dan investasi,” ujar Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulisnya.

Dengan jumlah penduduk gabungan yang hampir mencapai 400 juta jiwa, Indonesia dan Vietnam memiliki potensi besar dalam memperluas kerja sama ekonomi, terutama di sektor perdagangan dan investasi. Tahun 2025 diproyeksikan menjadi tahun yang penting bagi hubungan dagang kedua negara, dengan total nilai perdagangan yang diperkirakan mencapai 15 miliar dolar AS. 

Tak hanya perdagangan, peningkatan investasi juga terus mengalir ke berbagai sektor strategis, mulai dari pertanian hingga infrastruktur dan teknologi. Salah satu proyek yang menjadi sorotan adalah rencana pembangunan pabrik kendaraan listrik VinFast di Subang, Jawa Barat, yang diharapkan dapat mempercepat transisi menuju industri ramah lingkungan di Indonesia.

Di sektor pariwisata, Indonesia dan Vietnam juga berupaya mempererat kerja sama demi meningkatkan jumlah wisatawan yang bepergian di antara kedua negara. Vietnam Airlines dan Garuda Indonesia telah menjalin kemitraan strategis untuk mempermudah akses penerbangan serta menarik lebih banyak wisatawan. Menko Airlangga menekankan bahwa sinergi dalam sektor ini akan memberikan manfaat luas bagi perekonomian dan membuka peluang baru bagi industri kreatif dan pelaku usaha di kedua negara.

Upaya untuk memperkuat hubungan ekonomi tak hanya berhenti di perdagangan dan pariwisata. Pemerintah Indonesia juga mendorong optimalisasi Perjanjian Perdagangan ASEAN (ATIGA) agar lebih banyak komoditas yang mendapat tarif nol persen, sehingga arus barang dan jasa dapat berjalan lebih lancar. 

Selain itu, transformasi digital juga menjadi perhatian utama, dengan fokus pada penguatan transaksi digital lintas negara dan pemanfaatan teknologi untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar lebih kompetitif di pasar global.

Meski kerja sama terus berkembang, tantangan tetap ada. Salah satu isu yang disoroti dalam pertemuan ini adalah penerapan kebijakan Non-Tariff Measures (NTM) yang dinilai dapat menjadi hambatan dalam perdagangan antara kedua negara. 

Mengingat Indonesia dan Vietnam memiliki banyak komoditas unggulan yang serupa, terutama di sektor pertanian, diskusi lebih lanjut diperlukan agar kebijakan tersebut tidak menghambat pertumbuhan ekonomi kedua negara.

“Peningkatan kerja sama dalam rantai pasokan akan menguntungkan kedua negara,” ujar Airlangga.

Di tengah pesatnya perkembangan ekonomi digital, Indonesia dan Vietnam melihat peluang besar untuk bertransformasi menjadi pusat ekonomi digital di kawasan ASEAN. 

Dengan populasi muda yang tinggi dan tingkat literasi teknologi yang terus meningkat, kedua negara menyadari pentingnya membangun ekosistem digital yang kuat. Langkah konkret telah diambil melalui penandatanganan Letter of Intent untuk memperkuat kerja sama dalam bidang teknik dan digitalisasi ekonomi, yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas insinyur dan talenta di bidang teknologi serta mempercepat inovasi di sektor ekonomi digital.

Melalui pertemuan ini, Menko Airlangga optimistis bahwa hubungan Indonesia dan Vietnam akan semakin erat serta membawa manfaat bagi kedua negara dan komunitas global.

“Saya berharap kita dapat semakin memperkuat kemitraan ini dan mengeksplorasi peluang lebih lanjut untuk kolaborasi antara Indonesia dan Vietnam,” tambahnya.

Kerja Sama dengan Bank Indonesia

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) dan State Bank of Vietnam (SBV) resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk memperkuat kerja sama di bidang kebanksentralan. Kesepakatan ini ditandatangani oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dan Gubernur SBV Nguyen Thi Hong, pada 7 Maret 2025, dengan masa berlaku lima tahun ke depan.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, menegaskan bahwa kesepakatan ini merupakan bagian dari hasil pertemuan antara Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Sekretaris Jenderal Republik Sosialis Vietnam To Lam pada 10 Maret 2025.

“Nota Kesepahaman ini mencerminkan komitmen bersama dalam memperkuat kolaborasi di berbagai bidang strategis kebanksentralan, mulai dari kebijakan moneter, makroprudensial, stabilitas keuangan, hingga inovasi digital,” kata Ramdan dalam keterangan resminya kepada Kabarbursa.com, Selasa, 11 Maret 2025.

Kerja sama ini akan diwujudkan dalam bentuk dialog kebijakan mengenai isu strategis, pertukaran pengalaman dan studi bersama, pengembangan kapasitas, serta pertukaran data dan informasi.

Gubernur Perry menekankan bahwa MoU ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat hubungan bilateral antara kedua bank sentral.

“Kemitraan yang semakin solid ini akan memberikan manfaat bagi kedua negara, terutama dalam menjaga stabilitas keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry.

Sementara itu, Gubernur Nguyen Thi Hong menyatakan bahwa kesepakatan ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan ketahanan ekonomi dan sistem keuangan antara Indonesia dan Vietnam.

“Kolaborasi ini akan mempercepat integrasi sistem keuangan dan meningkatkan peran strategis kedua bank sentral dalam menjaga stabilitas ekonomi di kawasan,” katanya.(*)