Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Trump Ancam Bea Masuk 200 Persen untuk Wine Eropa

Perang tarif Trump vs Uni Eropa makin memanas. Produsen minuman hingga industri otomotif ikut terancam. Akankah bisnis global berani menantang kebijakan perdagangan Trump yang mengguncang pasar?

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 14 March 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Moh. Alpin Pulungan
Trump Ancam Bea Masuk 200 Persen untuk Wine Eropa Presiden AS Donald Trump. Foto:

KABARBURSA.COM - Presiden Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif impor sebesar 200 persen terhadap wine, sampanye, dan minuman beralkohol dari Eropa jika Uni Eropa (UE) tetap menerapkan pajak 50 persen pada whiskey asal Amerika Serikat.

Pajak impor dari UE ini merupakan respons atas kebijakan tarif baja dan aluminium yang diberlakukan AS sebelumnya. Rencana tarif tersebut dijadwalkan berlaku mulai 1 April, mendahului langkah balasan AS yang juga akan mengenakan tarif serupa terhadap produk Eropa.

Namun, melalui unggahan di media sosial pada Kamis pagi, Trump menegaskan bahwa jika pajak itu tidak segera dicabut, AS akan segera menerapkan bea masuk 200 persen terhadap seluruh wine, sampanye, dan produk beralkohol dari Prancis serta negara UE lainnya.

“Ini akan menjadi kabar baik bagi industri wine dan sampanye di AS,” tulis Trump, dikutip dari AP di Jakarta, Jumat, 14 Maret 2025.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengonfirmasi bahwa Komisioner Perdagangan UE akan berbicara dengan mitranya dari AS melalui sambungan telepon pada Jumat. “Kami tidak menyukai tarif karena tarif adalah pajak, dan pajak buruk bagi bisnis serta konsumen,” ujarnya. “Namun, kami juga akan tetap membela kepentingan kami. Kami telah mengatakannya dan membuktikannya. Di sisi lain, kami tetap terbuka untuk negosiasi.”

Trump menjadikan kebijakan tarif sebagai salah satu kebijakan utama sejak awal masa kepresidenannya. Ia berpendapat meskipun pajak impor bisa menimbulkan dampak ekonomi jangka pendek, kebijakan ini pada akhirnya akan meningkatkan produksi dalam negeri dan memperkuat posisi AS di dunia.

Namun, efek langsung dari ketegangan ini mulai terasa. Indeks S&P 500 turun 1,4 persen pada Kamis, sementara saham-saham perusahaan alkohol Eropa juga mengalami pelemahan.

Harga Wine Bisa Naik Drastis

Jika ancaman Trump benar-benar terealisasi, dampaknya akan langsung terasa bagi pelaku industri dan konsumen. Harga sebotol Prosecco Italia yang sebelumnya tidak dikenakan tarif bisa melonjak dari USD15 (Rp245 ribu) menjadi USD45 (Rp735 ribu). Begitu juga dengan bourbon Amerika yang dijual di Paris, yang sebelumnya seharga 30 euro (Rp525 ribu) bisa naik menjadi 45 euro (Rp787 ribu).

Holly Seidewand, pemilik toko First Fill Spirits di New York, mengatakan bahwa bahkan sebelum ancaman tarif terbaru ini, industri minuman keras di AS sudah mengalami tekanan akibat pemutusan hubungan kerja di sektor bourbon Kentucky dan rencana tarif UE terhadap minuman beralkohol Amerika.

“Perang tarif ini bukan hanya merugikan importir—tetapi juga melemahkan merek dalam negeri, mengganggu distributor, serta menekan pengecer yang mengandalkan variasi produk global,” kata Seidewand. “Pada akhirnya, konsumen yang akan menanggung akibatnya.”

Gabriel Picard, Ketua Federasi Eksportir Wine dan Minuman Beralkohol Prancis, menilai tarif 200 persen ini akan menjadi “pukulan telak” bagi industri mereka. Pasar AS bernilai sekitar 4 miliar euro (Rp70 triliun) per tahun bagi eksportir wine dan minuman keras Prancis.

“Jika tarif 200 persen diberlakukan, tidak akan ada lagi ekspor ke AS. Ini akan menjadi penghentian total, benar-benar total,” ujar Picard kepada Associated Press.

Prancis dan Uni Eropa Tak Akan Mundur

Sejauh ini, UE tampaknya tak berniat mengalah. Menteri Perdagangan Luar Negeri Prancis, Laurent Saint-Martin, menegaskan bahwa Prancis, bersama Komisi Eropa dan mitra lainnya, siap untuk melawan ancaman Trump.

“Trump sedang meningkatkan eskalasi perang dagang yang dia pilih sendiri,” tulis Saint-Martin di media sosial X. “Prancis, bersama Komisi Eropa dan mitra kami, bertekad untuk melawan. Kami tidak akan tunduk pada ancaman dan akan selalu melindungi industri kami.”

Dengan ketegangan yang terus meningkat, belum jelas apakah kedua pihak akan menemukan jalan tengah atau justru semakin memperdalam krisis perdagangan yang dapat mengguncang pasar global.

Sekutunya Sendiri Bisa Jadi Korban

Ancaman tarif baru yang dilontarkan Donald Trump tak hanya menargetkan Uni Eropa, tetapi juga bisa merugikan perusahaan yang selama ini mendukungnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan: akankah komunitas bisnis mulai menantang kebijakan perdagangan Trump yang telah mengguncang pasar saham dan meningkatkan ketidakpastian ekonomi?

Salah satu yang berisiko terkena dampaknya adalah Bernard Arnault, CEO perusahaan barang mewah asal Prancis, LVMH. Perusahaannya menaungi merek minuman beralkohol terkenal seperti Moët & Chandon, Krug, Veuve Clicquot, dan Hennessy—semuanya berpotensi terkena tarif balasan yang sedang dirancang AS. Perusahaan asal Italia, Campari Group, juga bisa terdampak, meskipun sebelumnya mendapat sorotan positif dari Gedung Putih karena berencana membuka pabrik di AS.

Namun, Trump merasa dirugikan oleh Uni Eropa. Ia mengeluhkan minimnya penjualan mobil AS di pasar Eropa serta berbagai denda yang dikenakan terhadap perusahaan teknologi raksasa AS seperti Google dan Meta.

“Mereka menggugat perusahaan-perusahaan ini dan mengambil miliaran dolar dari perusahaan Amerika,” kata Trump. “Saya rasa mereka menggunakannya untuk membiayai Eropa atau semacamnya.”(*)