KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia mengalami tekanan signifikan pada perdagangan Kamis, di tengah meningkatnya kekhawatiran ekonomi makro dan ketegangan perdagangan global yang mengancam permintaan energi.
Minyak mentah berjangka Brent, yang menjadi acuan internasional, turun 1,5 persen atau USD1,07, menutup perdagangan di level USD69,88 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi patokan harga di Amerika Serikat melemah 1,7 persen atau USD1,13, menjadi USD66,55 per barel.
Salah satu faktor utama yang membebani pasar minyak adalah ketidakpastian yang muncul dari ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan beberapa negara mitranya. Presiden AS Donald Trump mengancam akan menerapkan tarif 200 persen terhadap berbagai produk alkohol impor dari Eropa, termasuk anggur dan cognac.
Kebijakan ini memicu ketakutan investor akan perang dagang yang lebih luas, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global dan menekan permintaan minyak.
Di sisi lain, pasar energi juga mencermati perkembangan geopolitik terkait konflik Rusia-Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kesediaannya untuk mempertimbangkan usulan gencatan senjata dari Amerika Serikat, namun menekankan bahwa solusi jangka panjang harus mengatasi akar permasalahan konflik.
Meskipun ada kemungkinan penghentian sementara pertempuran, analis tetap skeptis bahwa ini akan berdampak besar pada ketersediaan minyak Rusia di pasar global.
Laporan terbaru dari Badan Energi Internasional (IEA) menambah tekanan terhadap harga minyak, dengan proyeksi bahwa pasokan global tahun ini dapat melebihi permintaan sekitar 600.000 barel per hari. Permintaan minyak dunia kini diperkirakan hanya akan meningkat sebesar 1,03 juta barel per hari, lebih rendah 70.000 barel dibandingkan perkiraan bulan sebelumnya.
Penurunan ini mencerminkan melemahnya pertumbuhan ekonomi global serta ketegangan perdagangan yang menekan aktivitas industri dan konsumsi energi.
Sementara itu, pergerakan harga minyak juga terpengaruh oleh kebijakan negara-negara penghasil minyak utama. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) melaporkan bahwa Kazakhstan memimpin peningkatan produksi minyak mentah pada bulan Februari, sementara kelompok OPEC+ masih berusaha menegakkan kepatuhan terhadap target produksi yang telah disepakati.
Meskipun beberapa negara anggota telah menunjukkan komitmen untuk mempertahankan pengurangan produksi, ada indikasi bahwa kebijakan pemangkasan output dapat dihentikan dalam waktu dekat.
Di tengah sentimen negatif yang mendominasi pasar, prospek harga minyak pada paruh kedua tahun 2025 masih menjadi perdebatan. Beberapa analis memperkirakan harga Brent akan berada di kisaran USD60 per barel, sejalan dengan kebijakan Trump yang cenderung mengarah pada harga minyak yang lebih rendah.
Namun, ada juga faktor yang dapat mendukung harga minyak, seperti lonjakan permintaan global yang dilaporkan mencapai rata-rata 102,2 juta barel per hari pada 11 Maret, meningkat 1,7 juta barel dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain faktor-faktor tersebut, permintaan bahan bakar jet yang melambat juga turut membebani pasar minyak. Data dari Badan Keamanan Transportasi AS menunjukkan bahwa volume penumpang pada Maret mengalami penurunan 5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, setelah mengalami stagnasi pada Februari.
Pelemahan ini mencerminkan ketidakpastian dalam pemulihan sektor penerbangan, yang selama ini menjadi salah satu pilar utama dalam konsumsi bahan bakar global.
Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi pasar minyak, investor kini berada dalam kondisi tarik-ulur antara fundamental pasokan dan permintaan yang masih cukup kuat, serta ketidakpastian kebijakan perdagangan dan geopolitik yang terus berkembang. Ke depan, pergerakan harga minyak akan sangat bergantung pada perkembangan tensi perdagangan global, kebijakan produksi OPEC+, serta potensi langkah lanjutan dalam diplomasi Rusia-Ukraina.
Ada Tawaran Dividen Menarik dari ELSA
Meskipun harga minyak dunia mengalami pelemahan dan pergerakan saham PT Elnusa Tbk atau ELSA stabil di level Rp392 per lembar, tapi ada tawaran menarik yang perlu diperhatikan para investor.
Menurut catatan analis Stockbit Sekuritas Hendriko Gani, pada 3 Februari 2025, ada potensi dividen yang datang dari prediksi kinerja positif ELSA sepanjang 2025.
Ada peningkatan investasi di sektor hulu minyak dan gas (migas) yang diyakini akan memperkuat kinerja keuangan perusahaan. Hendriko memproyeksikan laba inti (core profit) ELSA akan tumbuh sebesar 23,8 persen pada tahun ini. Hal ini melanjutkan tren positif setelah sebelumnya mencatat kenaikan 23,4 persen pada tahun lalu.
Pertumbuhan ini didukung oleh beberapa faktor kunci, termasuk peningkatan investasi dan aktivitas di sektor hulu migas.
Sektor hulu migas ELSA, yang terdiri dari jasa hulu migas dan jasa penunjang migas, diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pendapatan sebesar 10,3 persen tahun ini, meskipun sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan 12,8 persen yang dicapai pada tahun sebelumnya.
Selain itu, pertumbuhan laba juga akan didukung oleh penurunan beban bunga seiring dengan penurunan suku bunga dan pelunasan utang sukuk. Di sisi lain, pemulihan sektor otomotif dan ekspansi organik di segmen distribusi bahan bakar minyak (BBM) serta peningkatan volume distribusi di segmen industrial marine turut berkontribusi pada pertumbuhan pendapatan.
Segmen distribusi dan logistik energi ELSA diprediksi akan tumbuh 22 persen tahun ini, setelah mengalami koreksi sebesar 3 persen pada tahun 2023.
Hendriko menekankan bahwa bisnis ELSA memiliki karakteristik yang lebih stabil dibandingkan dengan produsen migas lainnya, yang laba bersihnya cenderung fluktuatif mengikuti harga minyak.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.