Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Kebijakan Trump Pacu Wall Street Terpuruk Sangat Dalam

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 14 March 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Yunila Wati
Kebijakan Trump Pacu Wall Street Terpuruk Sangat Dalam Ilustrasi Wall Street.

KABARBURSA.COM - Bursa saham Wall Street mengalami penurunan tajam pada perdagangan Kamis waktu setempat atau Jumat dinihari WIB, 14 Maret 2025. Hal ini menandai koreksi signifikan bagi indeks S&P 500 setelah serangkaian kebijakan tarif yang dikeluarkan Amerika Serikat memicu kekhawatiran pasar. 

Dow Jones Industrial Average jatuh 537,36 poin atau 1,30 persen menjadi 40.813,57, sementara S&P 500 merosot 77,78 poin atau 1,39 persen ke level 5.521,52. Nasdaq Composite mencatatkan penurunan terbesar, anjlok 345,44 poin atau 1,96 persen ke posisi 17.303,01.

Aksi jual besar-besaran ini dipicu oleh meningkatnya tensi perang dagang antara AS dan Uni Eropa. Pemerintahan Donald Trump kembali menerapkan tarif tinggi terhadap impor baja dan aluminium, yang langsung dibalas oleh Uni Eropa dengan mengenakan pajak 50.persen terhadap ekspor wiski Amerika. 

Ancaman Trump untuk mengenakan tarif 200 persen pada impor anggur dan minuman beralkohol dari Eropa semakin memperburuk sentimen pasar. Investor mulai khawatir bahwa kebijakan proteksionisme ini dapat memicu inflasi baru serta memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

Indeks S&P 500 kini telah turun lebih dari 10 persen dari level tertingginya pada 19 Februari, secara teknikal mengonfirmasi bahwa indeks tersebut mengalami koreksi. Nasdaq pun mengalami kondisi serupa setelah pada 6 Maret tercatat turun 10,4 persen dari puncaknya di 16 Desember. 

Bahkan, Indeks Transportasi Dow Jones, yang kerap dijadikan indikator utama kesehatan ekonomi AS, kini berada 18,9 persen di bawah rekor tertingginya pada 25 November. Jika penurunannya mencapai 20 persen atau lebih, indeks ini akan masuk ke dalam zona bear market.

Menurut Mike Dickson, Kepala Riset Horizon Investments, sentimen pasar saat ini dalam kondisi buruk. Ketidakpastian yang diakibatkan oleh kebijakan tarif membebani berbagai sektor, terutama saham-saham teknologi besar yang selama ini menjadi motor pertumbuhan pasar. 

Saham-saham yang tergabung dalam kelompok "Magnificent 7" mengalami tekanan besar, mencerminkan ketidakpastian yang menghantui investor. CEO Horizon Investment Services, Chuck Carlson, juga menegaskan bahwa selain tarif, masih banyak faktor lain yang meningkatkan ketidakpastian ekonomi, termasuk potensi perlambatan ekonomi yang lebih tajam dari perkiraan.

Sementara itu, data ekonomi yang dirilis pada hari yang sama menunjukkan bahwa inflasi tetap dalam tren menurun. Indeks Harga Produsen (PPI) yang dirilis Departemen Tenaga Kerja menunjukkan angka yang lebih dingin dari perkiraan, sejalan dengan data Indeks Harga Konsumen (CPI) yang diumumkan sehari sebelumnya. 

Hal ini memberikan sedikit kelegaan bahwa inflasi perlahan bergerak menuju target tahunan Federal Reserve sebesar 2 persen. Namun, hal ini masih belum cukup untuk mengembalikan optimisme pasar, terutama karena investor juga mengamati ketegangan politik di Capitol Hill terkait pembahasan anggaran guna menghindari potensi penutupan pemerintahan.

Hampir semua sektor utama di S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor jasa komunikasi dan consumer discretionary mengalami penurunan paling dalam. Dari sisi saham individu, Intel mencatatkan lonjakan hingga 14,6 persen setelah menunjuk Lip-Bu Tan, veteran industri semikonduktor, sebagai kepala eksekutif baru. 

Di sisi lain, Adobe anjlok 13,9 peraen setelah laporan keuangannya menunjukkan perkiraan pendapatan kuartalan yang sesuai ekspektasi, tetapi tidak cukup untuk memuaskan investor.

Saham ritel Dollar General mengalami lonjakan 6,8 persen setelah merilis laporan keuangan yang cukup solid meskipun penjualan same store mereka mengecewakan. Saham Verizon, Travelers, dan Merck & Co juga berhasil mencatatkan kenaikan di tengah tekanan pasar. 

Namun, beberapa saham unggulan lainnya seperti Home Depot, Salesforce, dan Apple mengalami tekanan besar, masing-masing turun 4,79 persen, 4,51 persen, dan 3,36 persen.

Di Nasdaq, saham-saham yang mencatatkan kenaikan luar biasa termasuk Professional Diversity yang melonjak lebih dari 1.000 persen, serta Regencell Bioscience Holdings dan LZ Tech Holdings yang masing-masing naik lebih dari 200 persen dan 59 persen. 

Sebaliknya, beberapa saham mengalami kejatuhan dramatis, seperti Creative Media Community Trust yang anjlok lebih dari 46 persen, Springview Holdings yang turun 43 persen, dan Aditx yang melemah 41 persen.

Secara keseluruhan, volume perdagangan di bursa Wall Street mencapai 15,11 miliar saham, masih di bawah rata-rata 16,60 miliar saham dalam 20 sesi perdagangan terakhir. Rasio jumlah saham yang turun dibandingkan dengan yang naik menunjukkan dominasi aksi jual, dengan rasio 2,54 banding 1 di NYSE dan 2,75 banding 1 di Nasdaq.

Dengan tekanan dari kebijakan perdagangan, kekhawatiran resesi, dan ketidakpastian politik, pasar saham AS masih berada dalam kondisi rentan. Para investor kini menanti langkah lebih lanjut dari The Fed serta perkembangan kebijakan ekonomi di Washington untuk mendapatkan kejelasan arah pasar dalam beberapa bulan mendatang.(*)