KABARBURSA.COM – Bank Indonesia (BI) terus mendorong transformasi pengelolaan cadangan devisa di tengah meningkatnya ketidakpastian global, ketegangan geopolitik, dan dinamika ekonomi dunia. Gubernur BI Perry Warjiyo, menegaskan bahwa strategi pengelolaan cadangan devisa yang lebih agile dan fleksibel sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
“Transformasi ini berperan penting dalam meningkatkan efektivitas kebijakan moneter, memastikan kecukupan likuiditas, dan memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia terhadap guncangan eksternal,” ujar Perry dalam keterangan resminya, Rabu, 13 Maret 2025.
BI juga memperkuat digitalisasi proses bisnis dalam pemantauan pasar keuangan dan portofolio selama 24 jam, yang dilakukan melalui koordinasi kantor perdagangannya di Jakarta, New York, London, dan Singapura.
Dalam upaya memperkuat pengelolaan cadangan devisa, Bank Indonesia kembali meraih penghargaan “Reserve Manager of The Year 2025” dari Central Banking Award, berkat keberhasilannya dalam mengimplementasikan Transformasi Framework Pengelolaan Cadangan Devisa 4.0.
BI dinilai mampu meningkatkan fleksibilitas dan daya tanggap dalam menghadapi perubahan pasar global, memperkuat tata kelola cadangan devisa, serta mendorong strategi investasi berkelanjutan dan ESG (Environmental, Social, and Governance).
“Kami telah mengubah pendekatan pengelolaan cadangan dari sekadar optimalisasi imbal hasil menjadi strategi yang lebih tangkas dalam menghadapi ketidakpastian,” jelas Rahmatullah Sjamsudin, Direktur Eksekutif Pengelolaan Cadangan BI.
Sejak Federal Reserve mulai menaikkan suku bunga pada 2022, BI menerapkan pendekatan baru dengan lebih proaktif dalam penyesuaian alokasi aset strategis (SAA). Ini dilakukan untuk mengurangi risiko nilai tukar dan memastikan cadangan devisa tetap stabil meski terjadi guncangan pasar global.
Strategi Baru: Likuiditas dan Diversifikasi Cadangan Devisa
BI juga memperkenalkan tiga level kecukupan cadangan devisa, yakni Minimum Reserve Adequacy, Required Reserve Adequacy, Enhanced Reserve Adequacy (ERA).
Saat ini, posisi cadangan devisa BI berada di atas ERA, yang berarti ketahanan eksternal Indonesia masih cukup kuat untuk menghadapi potensi volatilitas pasar global.
Selain itu, BI memperluas diversifikasi aset dengan menambahkan instrumen sekuritas berbasis hipotek dan lebih banyak aset dalam denominasi dolar AS. Ini dilakukan untuk mengoptimalkan imbal hasil serta menjaga nilai cadangan devisa dari tekanan pasar.
“Dengan adanya fleksibilitas ini, kami bisa lebih cepat menyesuaikan strategi portofolio ketika pasar bergerak dinamis,” tambah Rahmatullah.
BI juga aktif melakukan repo aset, baik untuk likuiditas maupun untuk meningkatkan pengembalian investasi. Selain itu, BI juga menggunakan tolok ukur investasi yang lebih dinamis, dengan memperbaruinya secara berkala agar tetap relevan dengan kondisi pasar.
Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global, BI juga menerapkan pendekatan “conditional value-at-risk”, yang lebih fokus pada perlindungan nilai aset dibandingkan dengan strategi sebelumnya yang lebih mengejar optimalisasi imbal hasil.
“Dalam situasi ini, kita harus tangkas, bereaksi cepat, dan mengantisipasi perubahan pasar,” kata Rahmatullah.
Bank Indonesia, lanjut Rahmatullah, akan terus menyesuaikan strategi cadangan devisa agar tetap responsif terhadap perubahan ekonomi global, sekaligus memastikan stabilitas nilai tukar dan mendukung kebijakan moneter nasional.
Cadangan Devisa RI
Cadangan devisa Indonesia mengalami peningkatan pada akhir Januari 2025, mencapai USD156,1 miliar dibandingkan dengan USD155,7 miliar di akhir Desember 2024. Kenaikan ini mencerminkan penguatan sektor eksternal Indonesia dan menegaskan kepercayaan pasar terhadap kebijakan ekonomi pemerintah.
Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan cadangan devisa adalah penerbitan global bond oleh pemerintah. Langkah ini memberikan tambahan dana segar bagi kas negara dan menunjukkan tingginya minat investor terhadap instrumen keuangan Indonesia di pasar global.
Selain itu, penerimaan dari sektor pajak dan jasa juga berkontribusi terhadap peningkatan cadangan, yang mencerminkan stabilitas dalam penerimaan negara serta efektivitas kebijakan fiskal dalam menjaga keseimbangan anggaran.
Cadangan devisa memiliki peran strategis dalam menjaga stabilitas ekonomi. Dengan jumlah yang cukup besar, Indonesia memiliki likuiditas yang memadai untuk menghadapi potensi gejolak ekonomi global serta menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.
Cadangan ini juga berfungsi sebagai bantalan bagi sektor keuangan dalam menghadapi ketidakpastian eksternal, seperti fluktuasi harga komoditas atau tekanan dari pergerakan mata uang asing.
Lebih dari sekadar angka, posisi cadangan devisa yang kuat memberikan sinyal positif bagi investor dan pelaku pasar. Kepercayaan terhadap kebijakan ekonomi pemerintah semakin meningkat, yang dapat mendorong investasi lebih lanjut serta memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu, stabilitas makroekonomi yang terjaga berkontribusi terhadap sistem keuangan yang lebih solid, mengurangi risiko ketidakpastian yang dapat mengganggu stabilitas pasar.
Kenaikan cadangan devisa Indonesia di awal tahun ini menjadi indikator positif bagi ketahanan sektor eksternal negara. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, posisi cadangan devisa yang kuat dapat terus dipertahankan untuk menjaga stabilitas ekonomi serta memastikan keberlanjutan pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan.
Pergerakan Rupiah
Pada perdagangan Rabu sore, rupiah tercatat melemah 44 poin atau 0,27 persen, ditutup di level Rp16.452 per dolar AS. Dibandingkan dengan posisi sehari sebelumnya di Rp16.408 per dolar AS, pelemahan ini menunjukkan bahwa pasar masih mencermati dampak kebijakan perdagangan Trump terhadap perekonomian global.(*)