KABARBURSA.COM - Harga emas kembali mengalami kenaikan signifikan pada perdagangan Rabu waktu setempat atau Kamis dini hari WIB, 13 Maret 2025, didorong oleh ketidakpastian kebijakan tarif serta laporan inflasi Amerika Serikat yang menunjukkan perlambatan.
Emas spot tercatat naik 0,7.persen menjadi USD2.935,59 per ons, sementara emas berjangka di Amerika Serikat meningkat 0,9 persen menjadi USD2.946,80.
Pergerakan harga emas yang menguat ini tidak terlepas dari ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter Federal Reserve. Inflasi yang lebih rendah memberikan ruang bagi bank sentral AS untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
Data terbaru menunjukkan indeks harga konsumen AS hanya naik 0,2 persen pada Februari, setelah sebelumnya meningkat 0,5 persen di bulan Januari. Meskipun demikian, dampak dari tarif impor yang lebih agresif diperkirakan akan mendorong kenaikan biaya barang dalam beberapa bulan ke depan.
Menurut Bart Melek, Head of Commodity Strategies TD Securities, adanya kekhawatiran mengenai kebijakan tarif dapat berdampak terhadap inflasi dalam jangka panjang. Namun, saat ini, inflasi yang lebih rendah justru memberikan fleksibilitas bagi The Fed untuk melanjutkan kebijakan pemangkasan suku bunga yang sebelumnya sempat terhenti pada Januari.
Tahun lalu, bank sentral AS telah memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin, dan pasar memperkirakan bahwa kebijakan pelonggaran moneter akan berlanjut pada pertemuan bulan Juni mendatang.
Dalam kondisi suku bunga yang rendah, emas menjadi semakin menarik sebagai aset lindung nilai karena tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi. Selain itu, logam mulia ini juga kerap menjadi pilihan investasi aman di tengah ketidakpastian ekonomi dan ketegangan geopolitik.
Selain emas, pergerakan harga juga terlihat pada logam lainnya. Perak melonjak 1,1 persen menjadi USD33,31 per ons, dengan analis UBS menyatakan bahwa logam ini berpotensi mengungguli emas jika aktivitas manufaktur mengalami pemulihan moderat. Sementara itu, platinum mencatat kenaikan 1,3 persen ke level USD987,40 per ons, sedangkan paladium mengalami kenaikan tipis 0,2 persen ke USD947,50 per ons.
Di sisi kebijakan perdagangan, keputusan Presiden Donald Trump untuk menerapkan tarif tambahan terhadap impor baja dan aluminium mulai berlaku pada hari Rabu. Langkah ini bertujuan untuk merombak sistem perdagangan global demi kepentingan Amerika Serikat, meskipun berisiko memicu tindakan balasan dari negara lain, terutama Eropa.
Fokus pasar kini tertuju pada data ekonomi AS yang akan dirilis dalam waktu dekat, termasuk indeks harga produsen (PPI) dan laporan klaim pengangguran mingguan. Data ini akan menjadi indikator penting bagi investor dalam memperkirakan arah kebijakan moneter The Fed dan dampaknya terhadap harga emas dan aset lainnya.
HRTA, ARCI dan ANTM Bersaing
Pada saham lokal yang berbasis pertambangan dan pengolahan emas, pergerakan harga emas global yang naik signifikan memberikan pengaruh atau sentimen positif. Misalnya saja untuk saham HRTA, ARCI, dan ANTM.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu sore, 12 Maret 2025, pasar saham mencatat saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) mengalami koreksi 2,07 persen ke level Rp472 per lembar saham. Harga sahamnya dibuka di Rp484 dan sempat menyentuh titik tertinggi di Rp490 sebelum akhirnya melemah ke level terendah hari ini di Rp472.
Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp2,17 triliun, HRTA masih berada dalam tekanan di tengah volatilitas harga emas yang mempengaruhi emiten perhiasan dan logam mulia.
Di sisi lain, saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) justru menunjukkan penguatan tipis sebesar 0,80 persen ke level Rp252 per saham. Dibuka di Rp256, saham ini bergerak dalam rentang Rp248 hingga Rp256 sepanjang perdagangan.
Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp6,26 triliun, emiten yang bergerak di sektor pertambangan emas ini masih menarik perhatian investor, terutama di tengah tren kenaikan harga emas global yang dapat mendorong profitabilitasnya.
Sementara itu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatat kenaikan lebih signifikan sebesar 1,64 persen ke level Rp1.545 per saham. Saham ANTM dibuka pada harga yang sama dan sempat menyentuh level tertinggi di Rp1.585 sebelum mengalami sedikit koreksi.
Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp37,13 triliun, emiten ini terus menunjukkan daya tarik di tengah meningkatnya permintaan terhadap komoditas logam, terutama nikel dan emas yang menjadi andalan bisnisnya.
Sentimen pasar terhadap sektor logam saat ini masih dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, termasuk pergerakan harga emas dunia, kebijakan suku bunga The Fed, serta dinamika perdagangan global. Investor terus mencermati potensi keuntungan dari emiten berbasis komoditas ini, terutama dalam menghadapi volatilitas yang masih tinggi di pasar modal.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.