KABARBURSA.COM – Bank Indonesia (BI) melaporkan, modal asing yang masuk ke pasar saham Indonesia mencapai Rp20,12 triliun, mencerminkan minat investor global terhadap pasar keuangan domestik di tengah dinamika ekonomi global.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa berdasarkan data setelmen hingga 6 Maret 2025, selain aliran masuk di pasar saham, investor nonresiden juga mencatatkan pembelian neto sebesar Rp19,01 triliun di Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp6,11 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
“Berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini, Bank Indonesia terus memantau perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah untuk memastikan ketahanan sektor keuangan nasional,” ujar Ramdan dalam keterangan persnya, Jumat 7 Maret 2025.
Pada akhir perdagangan Kamis 6 Maret 2025, nilai tukar Rupiah ditutup pada level Rp16.325 per dolar AS, menguat dibandingkan sesi sebelumnya. Sementara itu, yield SBN tenor 10 tahun turun ke 6,85 persen, mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap obligasi pemerintah Indonesia.
Di sisi lain, Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur pergerakan dolar terhadap enam mata uang utama dunia melemah ke level 104,06, sedangkan yield US Treasury (UST) 10 tahun naik ke 4,278 persen.
Pada Jumat pagi 7 Maret 2025, Rupiah kembali dibuka menguat di level Rp16.320 per dolar AS, sementara yield SBN 10 tahun naik ke 6,87 persen, menunjukkan adanya penyesuaian di pasar obligasi.
Selama pekan keempat Februari 2025, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahunberada di angka 76,28 basis poin (bps), menurun dibandingkan 77,79 bps pada 28 Februari 2025. Penurunan ini menandakan risiko kredit Indonesia di mata investor global semakin mereda.
Berdasarkan data transaksi 3 – 6 Maret 2025, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp8,99 triliun, terdiri dari:
• Beli neto Rp0,34 triliun di pasar saham,
• Beli neto Rp9,53 triliun di pasar SBN,
• Jual neto Rp0,88 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Melalui strategi bauran kebijakan, BI berkomitmen untuk memastikan bahwa aliran modal asing yang masuk dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian, sekaligus menjaga daya saing pasar keuangan Indonesia di tingkat global.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” pungkasnya.
Stabilitas Nilai Rupiah Awal Ramadan
Bank Indonesia (BI) melaporkan perkembangan terbaru indikator stabilitas nilai rupiah di awal Ramadan 2025, di tengah dinamika ekonomi global dan domestik.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, menyampaikan bahwa kondisi pasar keuangan menunjukkan volatilitas, yang tercermin dari pergerakan nilai tukar rupiah, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN), serta aliran modal asing.
“Rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.445 per dolar AS pada Kamis, 27 Februari 2025. Sementara itu, yield SBN tenor 10 tahun naik ke 6,88 persen,” ujar Ramdan dalam siaran persnya, Minggu, 2 Maret 2025.
Lebih lanjut, Indeks Dolar AS (DXY), yang mencerminkan pergerakan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, menguat ke level 107,24. Sementara itu, yield US Treasury (UST) 10 tahun turun ke 4,260 persen, mencerminkan sentimen investor terhadap aset-aset berisiko.
Pada pembukaan perdagangan Jumat, 28 Februari 2025, Rupiah bergerak melemah ke Rp16.520 per dolar AS, sementara yield SBN 10 tahun meningkat ke 6,93 persen.
Aliran Modal Asing dan Risiko Pasar
BI juga melaporkan perkembangan aliran modal asing di pekan terakhir Februari. Premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun naik menjadi 75,13 basis poin (bps) per 27 Februari 2025, dari 70,34 bps pada 21 Februari 2025, yang mencerminkan meningkatnya risiko kredit Indonesia di mata investor global.
Dalam periode 24-27 Februari 2025, nonresiden mencatatkan jual neto sebesar Rp10,33 triliun, yang terdiri dari:
Secara akumulatif sejak awal 2025 hingga 27 Februari, nonresiden membukukan:
Menanggapi perkembangan ini, Ramdan menegaskan komitmennya dalam menjaga stabilitas ekonomi dan ketahanan eksternal Indonesia melalui berbagai strategi kebijakan moneter dan makroprudensial.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” tutup Ramdan.
“BI terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia. Kami memantau ketat perkembangan pasar keuangan global dan domestik untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” ujar Ramdan.
BI mengambil langkah-langkah strategis melalui intervensi di pasar valuta asing, pengelolaan likuiditas yang prudent, serta menjaga daya tarik instrumen keuangan domestik bagi investor global. (*)