KABARBURSA.COM - Bursa saham Eropa kembali menguat pada Rabu waktu setempat atau Kamis diniharihari WIB, 6 Maret 2025, setelah mengalami tekanan dalam sesi sebelumnya, dengan indeks utama Jerman memimpin kenaikan signifikan. Rebound ini terjadi di tengah kabar bahwa para pemimpin Jerman telah mencapai kesepakatan untuk merombak aturan pinjaman guna meningkatkan pengeluaran pertahanan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Indeks STOXX 600 pan-Eropa mencatat kenaikan 0,91 persen, mengakhiri hari di level 556,09 poin, setelah sebelumnya mengalami penurunan tajam akibat kekhawatiran tarif baru yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap Meksiko dan Kanada.
Sentimen pasar yang membaik membuat indeks saham unggulan Jerman, DAX, melonjak 3,38 persen menjadi 23.081,03 poin. Ini adalah kenaikan harian terbesar dalam hampir tiga tahun. Sementara itu, indeks FTSE 100 Inggris cenderung stagnan, turun tipis 0,04 persen, sedangkan CAC Prancis menguat 1,56 persen ke level 8.173,75.
Katalis utama lonjakan pasar saham Jerman adalah keputusan calon pemerintahan baru negara itu yang berencana membentuk dana infrastruktur senilai 500 miliar euro (USD534 miliar) sekaligus melonggarkan aturan pinjaman yang selama ini membatasi ekspansi ekonomi. Dampak langsung dari kebijakan ini terlihat pada saham perusahaan konstruksi dan industri pertahanan.
Saham Heidelberg Materials, produsen semen terkemuka, melesat 17,5 persen, sementara grup konstruksi Hochtief melonjak 15,5 persen, menjadi beberapa top gainer di STOXX 600. Saham industri pertahanan seperti Rheinmetall dan Renk juga mengalami lonjakan masing-masing sebesar 7,2 persen dan 6,8 persen mendorong indeks sektor pertahanan dan konstruksi ke rekor tertinggi.
Ekonom dari Jefferies menilai bahwa dampak langsung dari peningkatan belanja pertahanan terhadap ekonomi akan bersifat positif tetapi terbatas, tergantung pada bagaimana kebijakan tersebut diterapkan. Namun, pelonggaran kebijakan fiskal dan peningkatan belanja infrastruktur diperkirakan akan memiliki dampak yang lebih luas terhadap pertumbuhan ekonomi, termasuk tekanan pada inflasi dan pertumbuhan upah.
Di sisi lain, pasar obligasi Jerman mengalami aksi jual signifikan, menyebabkan lonjakan imbal hasil yang memberi tekanan pada sektor-sektor sensitif suku bunga, seperti real estat dan utilitas, yang mencatatkan penurunan terbesar hari itu.
Sementara itu, di tengah ketidakpastian perdagangan global, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, mengindikasikan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan kemungkinan memberikan keringanan tarif bagi produk-produk yang mematuhi ketentuan perjanjian perdagangan Amerika-Meksiko-Kanada. Hal ini memberikan sedikit kelegaan bagi investor yang sebelumnya khawatir tentang dampak negatif kebijakan tarif terhadap perdagangan global.
Di ranah geopolitik, Trump juga menyatakan bahwa Ukraina telah menunjukkan kesediaannya untuk berunding dalam konflik dengan Rusia. Pernyataan ini membangkitkan harapan akan potensi solusi diplomatik yang dapat meredakan ketegangan di kawasan tersebut.
Selain itu, perhatian investor kini tertuju pada pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) yang akan digelar pada Kamis. Pelaku pasar secara luas memperkirakan ECB akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, langkah yang berpotensi semakin mendorong pemulihan ekonomi di kawasan Eropa.
Di antara saham individual lainnya, raksasa farmasi Novo Nordisk menguat 2,5.persen setelah mengumumkan strategi baru dalam pemasaran obat penurun berat badan Wegovy, dengan harga diskon USD499 per bulan bagi pasien yang membayar tunai. Saham Bayer juga mengalami lonjakan 4,1 persen setelah perusahaan meningkatkan proyeksi pertumbuhan laba untuk tahun depan, memberikan optimisme tambahan bagi sektor farmasi dan agribisnis.
Dengan kombinasi kebijakan fiskal yang lebih longgar di Jerman, ekspektasi pemangkasan suku bunga ECB, serta harapan akan perbaikan situasi perdagangan global, pasar saham Eropa tampaknya kembali menemukan momentumnya setelah guncangan yang terjadi sebelumnya.
Pasar Saham Asia Menguat
Pasar saham Asia mencatat pergerakan positif pada perdagangan Rabu, 5 Maret 2025, seiring dengan melemahnya dolar AS ke level terendah dalam tiga bulan terakhir. Sentimen ini dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap respons Kanada dan China atas kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, yang dikhawatirkan dapat memperburuk ketegangan dalam perang dagang global.
Di tengah kondisi ekonomi yang penuh dinamika, China memulai sesi tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC), forum utama bagi para pemimpin negara untuk merancang kebijakan ekonomi dan fiskal. Pemerintah Beijing tetap mempertahankan target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% untuk tahun 2025, meskipun menghadapi tantangan eksternal yang signifikan.
Dengan pendekatan yang hati-hati, China berupaya menjaga stabilitas ekonomi tanpa harus menggelontorkan stimulus berlebihan di tengah ancaman tarif yang dapat meningkat sewaktu-waktu.
Sebagai langkah antisipasi, pemerintah China meningkatkan alokasi sumber daya fiskal dibandingkan tahun sebelumnya. Defisit anggaran ditargetkan mencapai sekitar 4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2025, meningkat dari 3 persen pada 2024. Langkah ini menunjukkan kesiapan pemerintah dalam menghadapi dampak ekonomi dari kebijakan proteksionisme yang diterapkan oleh Washington.
Menurut Charu Chanana, kepala strategi investasi di Saxo, kebijakan fiskal dan target pertumbuhan China masih sejalan dengan ekspektasi pasar. Beijing tampaknya memilih untuk tidak langsung menggelontorkan belanja besar-besaran, mempertimbangkan risiko ketidakpastian akibat perang dagang yang bisa semakin memanas di akhir tahun.
Dengan pendekatan yang lebih strategis, China berusaha menjaga ketahanan ekonomi dalam menghadapi tekanan eksternal, sekaligus memastikan pertumbuhan tetap berada dalam jalur yang stabil.
Di tengah tensi perdagangan yang terus berkembang, pasar Asia tetap menunjukkan optimisme, sementara investor global mencermati langkah-langkah kebijakan yang diambil oleh masing-masing negara guna meredam dampak dari ketidakpastian ekonomi global.(*)