Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

BNI Umumkan Perubahan Jam Operasional

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 03 March 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Yunila Wati
BNI Umumkan Perubahan Jam Operasional Ilustrasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI.

KABARBURSA.COM - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mengumumkan perubahan jam operasional sepanjang bulan Ramadan 2025 menjadi lebih singkat. Namun demikian, BNI menjamin kelancaran akses masyarakat terhadap layanan keuangan melalui seluruh layanan digital dan kanal lainnya.

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan, perubahan jam operasional selama bulan Ramadan dimulai pukul 08.00 hingga 14.00 dari waktu normal yang berakhir pukul 15.00 sore.

“Kami menyadari bahwa kebutuhan transaksi keuangan masyarakat selama ramadan cukup besar, maka BNI tetap hadir melayani nasabah, semua channel BNI siap dalam memfasilitasi transaksi,” kata dia dalam keterangan tertulis.

Sejumlah layanan transaksi seperti penggunaan QRIS, TapCash, kartu debit, dan kartu kredit BNI tetap bisa dilakukan dengan memanfaatkan channel wondr by BNI, BNI Mobile Banking, SMS banking, BNIdirect, maupun Agen46 di seluruh Indonesia.

Selain itu, Okki juga menginformasikan bahwa jam operasional untuk cut off atau batas transaksi trade, kliring, remitansi, real time gross settlement (RTGS), serta garansi bank selama Ramadan juga berakhir pada pukul  14.00 siang. Sedangkan batas waktu transaksi valas menjadi pukul 13.00 siang dari periode normal pukul 15.00 waktu setempat.

”Kami menganjurkan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas e-Channel yang telah disediakan melalui Mobile Banking BNI,” tutup Okki.

Kinerja Solid BBNI

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memulai tahun 2025 dengan kinerja yang solid. Pada Januari 2025, bank ini membukukan laba bersih sebesar Rp1,6 triliun, naik 9,7 persen secara tahunan (yoy) dan 17 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mom). Kinerja positif ini mendorong kenaikan harga saham BBNI sebesar 5,46 persen pada perdagangan Senin, 3  Maret 2025, di level Rp4.250 per saham.

Pertumbuhan laba ini sejalan dengan ekspektasi konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sekitar 9 persen yoy untuk tahun 2025. Namun, analis melihat ada beberapa tantangan yang masih perlu diperhatikan, terutama terkait likuiditas dan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) yang mengalami tekanan.

Salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan laba BBNI adalah penurunan credit cost (CoC), yang tercatat di level 0,82 persen pada Januari 2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan Januari 2024 yang mencapai 1,14 persen, serta jauh membaik dibandingkan Desember 2024 yang sempat berada di 1,82 persen.

Penurunan CoC ini menunjukkan perbaikan dalam kualitas kredit, yang juga tercermin dari beban provisi yang melandai menjadi Rp514 miliar (21 persen yoy, 55 persen mom). “Meskipun CoC menunjukkan perbaikan signifikan, kami melihat tekanan pada NIM dan kondisi likuiditas yang semakin mengetat masih menjadi tantangan utama bagi BBNI ke depan,” ujar Everson Sugianto, Investment Analyst di Stockbit Sekuritas.

Meskipun laba bersih tumbuh solid, tantangan tetap ada bagi BBNI, terutama terkait NIM yang melemah. Pada Januari 2025, NIM tercatat di level 3,71 persen, lebih rendah dibandingkan Januari 2024 yang berada di 3,77 persen dan Desember 2024 di 4,53 persen. Penurunan ini disebabkan oleh ketatnya likuiditas perbankan serta meningkatnya biaya dana.

NII (Net Interest Income) BBNI hanya tumbuh tipis 1,7 persen yoy menjadi Rp3,2 triliun. Di sisi lain, Non-Interest Income mencatat pertumbuhan 9,7 persen yoy, namun turun 40 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Meskipun ada peningkatan pendapatan non-bunga, hal ini diimbangi oleh peningkatan beban operasional sebesar 7,4 persen yoy.

Tekanan pada likuiditas juga terlihat dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih negatif, turun 0,1 persen yoy. Sementara itu, kredit tumbuh sebesar 10,3 persen yoy, lebih tinggi dari proyeksi manajemen di kisaran 8–10 persen yoy. Namun, dengan pertumbuhan kredit yang tidak diimbangi oleh peningkatan DPK, Loan-to-Deposit Ratio (LDR) BBNI meningkat ke 96,8 persen, dibandingkan dengan Desember 2024 yang berada di 96,1 persen.

Pertumbuhan laba yang signifikan ini menunjukkan bahwa BBNI masih mampu menjaga profitabilitas meskipun ada tekanan di sektor perbankan. Kenaikan laba bulanan yang mencapai 17 persen mom mengindikasikan pemulihan yang kuat dari bulan sebelumnya. Namun, tantangan tetap ada, terutama dari sisi efisiensi operasional dan tekanan pada NIM yang bisa mempengaruhi profitabilitas di bulan-bulan berikutnya. 

JP Morgan Naikkan Rekomendasi

Di tengah kondisi sektor perbankan yang mendapat tekanan akibat kekhawatiran investor terhadap likuiditas dan risiko kualitas aset, JP Morgan meningkatkan rekomendasi saham BBNI dari neutral menjadi overweight. Dalam riset yang dirilis 2 Maret 2025, JP Morgan menilai bahwa saham perbankan BUMN telah mengalami koreksi signifikan sepanjang tahun ini, dengan rata-rata penurunan sebesar 17 persen year-to-date (ytd), lebih dalam dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 13 persen.

“Kami melihat valuasi saham bank-bank BUMN telah mencerminkan risiko yang berlebihan, sementara kemungkinan realisasi risiko-risiko tersebut dalam jangka pendek tidak begitu besar,” tulis Analis JP Morgan, Harsh Wardhan Modi dalam risetnya.

JP Morgan menetapkan target harga saham BBNI di level Rp4.600 per saham hingga akhir 2025, mencerminkan potensi kenaikan yang cukup besar dari harga saat ini yang berada di Rp4.030.

Rekomendasi ini memberikan sentimen positif bagi saham BBNI dan bisa mendorong kenaikan harga dalam jangka pendek. Namun, meskipun valuasi terlihat menarik, investor tetap harus mempertimbangkan risiko makroekonomi dan tantangan yang masih dihadapi bank, terutama terkait likuiditas dan NIM. 

Saham BBNI Menguat, Momentum Positif Berlanjut?

Rekomendasi positif dari JP Morgan serta laporan kinerja Januari 2025 yang solid menjadi katalis bagi pergerakan saham BBNI. Saham BBNI melonjak 5,46 persen pada perdagangan Senin, 3 Maret 2025, di level Rp4.250. Sepanjang satu bulan terakhir, saham ini sempat terkoreksi 11,09 persen, namun momentum pemulihan mulai terlihat.

“Kami menilai momentum saat ini bisa dimanfaatkan oleh investor, terutama bagi yang mencari peluang pemulihan dalam jangka menengah hingga panjang,” tambah Everson Sugianto.

Prospek pemulihan NIM yang diperkirakan akan lebih kuat pada paruh kedua 2025 menjadi faktor lain yang dapat mendukung pergerakan saham ke depan. Jika likuiditas dapat dikelola dengan baik dan pertumbuhan kredit tetap terjaga, ada potensi bagi BBNI untuk terus menunjukkan kinerja yang lebih baik sepanjang tahun ini.

Dengan fundamental yang cukup solid dan dukungan dari rekomendasi positif JP Morgan, pasar kini menanti bagaimana BBNI dapat mengelola tantangan likuiditasnya serta menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan sepanjang 2025. Melihat pertumbuhan laba yang stabil, potensi perbaikan NIM di semester kedua, serta valuasi saham yang masih menarik, BBNI masih menjadi pilihan investasi yang menjanjikan bagi investor dalam jangka panjang.(InfoBKS/*)