KABARBURSA.COM - Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat terkait dugaan korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang yang menyeret nama perusahaan.
"Saya, Simon Aloysius Mantiri, sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero), menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia atas peristiwa yang terjadi beberapa hari terakhir ini,” ujar Simon dalam konferensi pers di Kantornya Jakrta, Senin 3 Maret 2025.
Ia mengakui bahwa situasi ini telah menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Oleh karena itu, Pertamina berkomitmen untuk melakukan perbaikan dalam tata kelola perusahaan agar ke depan lebih transparan dan sesuai dengan regulasi yang berlaku.
“Kami akan membenahi diri, kami akan memperbaiki diri,” tegasnya.
Pertamina juga berencana membuka jalur komunikasi langsung dengan masyarakat untuk meningkatkan transparansi dalam pengawasan. Warga yang ingin menyampaikan keluhan atau laporan dapat menghubungi call center di 135 atau langsung mengontak Simon melalui nomor 081417081945.
"Dalam arti ketika uji dilakukan oleh tim Pertamina, atau pun lembaga yang ada selama ini, supaya lebih menambah tingkat kepercayaan masyarakat kami juga akan melibatkan dari pihak ketiga atau pihak lain. Bahkan keterlibatan masyarakat pun kami dorong untuk sama-sama bisa ikut mengawasi," ujar Simon.
Uji Laboratorium: BBM Pertamina Sesuai Standar
Simon juga menyinggung hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dari total 75 sampel BBM yang diuji, hasilnya menunjukkan bahwa kualitas BBM Pertamina telah memenuhi standar yang ditetapkan.
“Hasil itu tentunya mendorong kami untuk terus melakukan pendampingan atau pun melakukan uji di seluruh SPBU Pertamina yang berada di seluruh wilayah Nusantara,” kata Simon.
Pernyataan tersebut muncul di tengah terungkapnya dugaan praktik korupsi yang melibatkan PT Pertamina Subholding serta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam periode 2018–2023. Kejaksaan Agung menduga skandal ini menyebabkan kerugian negara mencapai Rp193,7 triliun.
Salah satu modus yang disorot adalah pengadaan produk kilang oleh PT Pertamina Patra Niaga. Jaksa menyebut Riva Siahaan, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, melakukan pembelian bahan bakar beroktan lebih rendah (RON 90), tetapi melaporkannya sebagai pembelian RON 92. Bahan bakar tersebut kemudian dicampur (blending) di depo untuk meningkatkan oktannya menjadi RON 92, sebuah praktik yang tidak diperbolehkan.
Kabar ini menimbulkan keresahan publik, terutama terkait kualitas BBM RON 92 yang dijual di SPBU Pertamina, termasuk Pertamax.
Target Tingkatkan Produksi
Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko migantoro mengatakan saat ini PT Pertamina (Persero) akan menargetkan tingkat produksi minyak dan gas (migas) tahun 2025 sebesar 416 ribu barel per hari (MBOPD), naik dibandingkan tahun sebelumnya hanya 400 barel per hari.
Wiko menuturkan, saat ini pertamina memegang peranan penting dalam mengelola energi nasional, yakni 69 persen produksi minyak dan 37 persen produksi gas nasional dari 24 blok yang rata-rata sudah mapan.
“Di 2025 kita berencana memproduksi 416 ribu barel oil per day minyak atau tumbuh 4 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Wiko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis 20 Febuari 2025.
Produksi minyak Pertamina, menurut Wiko, bisa mencapai 2.536 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Angka tersebut naik 3 persen dibandingkan dengan produksi pada tahun sebelumnya.
Wiko mengatakan saat ini Pertamina tengah mempersiapkan program kerja strategis. Pertama, menjaga baseline produksi melalui optimalisasi sumur dan aset. Kedua, meningkatkan produksi melalui kegiatan pengembangan dan Enchached Oil Recovery (EOR). “Saat ini EOR sudah berkontribusi sekitar 4.000 barrel oil per day, dan kita saat ini sedang mencanangkan beberapa kegiatan chemical EOR di beberapa lapangan kita,” katanya.
Kemudian dari sisi kilang, Wiko mengatakan, saat ini Pertamina menargetkan produksi 334 juta barel. Angka tersebut naik 3 persen dibandingkan produksi di tahun sebelumnya sebesar 323 juta barel produk dan yield valuable produknya dipertahankan di 83 persen.
“Hal ini supaya kita tidak kehabisan napas ke depannya dalam memproduksi potensi-potensi hulu migas kita,” kata Wiko.
Dalam satu dekade hingga 2023, produksi migas yang dikelola Pertamina menunjukkan tren pertumbuhan positif sekitar 7 persen. Peningkatan ini terjadi baik di dalam negeri maupun dari aset internasional yang dikelola oleh perusahaan. Hingga 2023, total produksi migas Pertamina telah mencapai 1,044 juta Barel Oil Equivalent Per Day (BOEPD).
Capaian ini menjadi catatan tersendiri mengingat tren produksi migas nasional justru mengalami penurunan sekitar 2 persen dalam lima hingga enam tahun terakhir. Di tengah tantangan tersebut, Pertamina tetap mencatatkan pertumbuhan produksi sekitar 6-7 persen dalam periode yang sama.
Dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Selasa, 28 Mei 2024, lalu, Pertamina mengungkapkan kontribusi mereka terhadap produksi migas nasional juga cukup signifikan. Pada 2023, sekitar 69 persen dari total produksi minyak nasional berasal dari perusahaan ini, dengan volume mencapai 415 ribu barel per hari (BOPD). Sementara itu, untuk produksi gas, Pertamina menyumbang sekitar 34 persen dari total nasional, dengan produksi mencapai 2.388 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Untuk tahun 2024, Pertamina menargetkan lifting migas sebesar 742 ribu BOEPD, dengan proyeksi peningkatan menjadi 760 ribu BOEPD pada 2025. Rinciannya, lifting minyak ditargetkan mencapai 420 ribu BOPD pada 2024, kemudian meningkat menjadi 427 ribu BOPD di tahun berikutnya. Sedangkan untuk gas, target lifting tahun ini ditetapkan sebesar 1.863 MMSCFD, dengan proyeksi kenaikan menjadi 1.935 MMSCFD pada 2025.
Sebagai perbandingan, target lifting minyak nasional yang ditetapkan dalam APBN 2024 adalah sebesar 635 ribu BOPD. Namun, dalam Work Program and Budget (WP&B) yang telah disetujui oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), target lifting minyak yang lebih realistis dipatok sebesar 596 ribu BOPD.
Dengan tren pertumbuhan produksi yang tetap terjaga, Pertamina terus berupaya meningkatkan kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan energi nasional di tengah tantangan penurunan produksi migas secara global.
Nah, dengan narasi kayak gini, artikel lo tetap informatif tapi enggak terkesan sebagai laporan yang terlalu teknis atau membosankan. Lo juga bisa pakai ini sebagai subartikel yang lebih fokus ke pertumbuhan produksi migas Pertamina dibanding tren nasional.
Libatkan Lembaga Independen untuk Uji Kualitas
Untuk meredakan kekhawatiran, Pertamina berencana menggandeng lembaga independen nonpemerintah guna memastikan kualitas BBM yang beredar tetap sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.
Simon menegaskan bahwa keterlibatan pihak independen ini bertujuan agar hasil uji standar lebih kredibel dan dapat diterima oleh masyarakat luas.
"Sudah pasti gagasan ini sangat baik dan kami sambut baik, tentunya dengan adanya pihak ketiga yang lebih independen bisa melakukan uji dengan standar yang lebih bisa diterima," katanya.
Sebelumnya, Lemigas telah lebih dulu melakukan pengujian terhadap sampel BBM dari berbagai SPBU di Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang Selatan, serta Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina Plumpang. Hasilnya menunjukkan bahwa semua sampel yang diuji memenuhi standar yang telah ditetapkan pemerintah.
"Hasil uji laboratorium LEMIGAS menunjukkan bahwa seluruh sampel BBM yang diperiksa berada dalam rentang batasan mutu yang dipersyaratkan (on spec)," kata Mustafid dalam keterangan tertulis.(*)