Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Analis: Danantara Strategi Tingkatkan Daya Beli Masyarakat

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 02 March 2025 | Penulis: Dian Finka | Editor: Yunila Wati
Analis: Danantara Strategi Tingkatkan Daya Beli Masyarakat Ilustrasi Danantara. Foto: Kabar Bursa/Andrew Bernard

KABARBURSA.COM – Pakar ekonomi Salamuddin Daeng menyoroti kebijakan pemerintah dalam mendirikan Danantara, super holding yang akan mengelola keuangan negara melalui Holding Operasional dan Holding Investasi. Menurutnya, integrasi sistem pembiayaan ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan membiayai pembangunan tiga juta rumah.  

“Pembangunan perumahan ini bukan hanya proyek infrastruktur biasa, tetapi juga strategi mengatasi lemahnya daya beli masyarakat, terutama di lapisan bawah seperti buruh, petani, dan pekerja berpenghasilan rendah,” ujar Salamuddin, di Jakarta, Minggu, 2 Maret 2025.

Ia menjelaskan, sepanjang 2024-2025 Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut akibat penurunan konsumsi bahan pokok dan sektor perumahan. Hal ini mengindikasikan daya beli masyarakat yang semakin merosot.  

“Uang tidak beredar di masyarakat, konsumsi makanan dan perumahan, turun drastis. Ini sinyal bahaya, karena kalau terus berlanjut, ekonomi bisa semakin terpuruk,” tambahnya.  

Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa inflasi pada Januari 2025 merupakan yang terendah dalam 24 tahun terakhir. Artinya, ada kelesuan perekonomian nasional yang tidak bisa didiamkan.

Selain itu, kebijakan fiskal yang terjadi pada pemerintahan Prabowo Subianto dengan kebijakan pemotongan besar-besaran pada pos belanja kementerian dan lembaga untuk mengurangi kebocoran APBN. Meskipun langkah ini dinilai sebagai upaya efisiensi, dampaknya membuat uang semakin sulit beredar di masyarakat.  

“Salah satu faktor daya beli turun adalah pemotongan anggaran yang drastis. Jika masyarakat tidak punya cukup uang untuk belanja, ekonomi akan semakin stagnan,” ungkapnya.  

Menanti Peran Danantara

Salamuddin menekankan bahwa solusi yang sedang dipersiapkan pemerintah adalah mengalihkan dana hasil efisiensi APBN ke Danantara. Namun, implementasinya masih membutuhkan revisi UU APBN dan persetujuan DPR, yang tentu memakan waktu.  

“Sambil menunggu Danantara rampung, pemerintah harus mencari cara agar perbankan dan sektor keuangan lebih aktif dalam pembiayaan ekonomi. Perumahan menjadi sektor yang paling siap untuk ekspansi dan bisa menjadi penggerak utama,” jelasnya.  

Menurutnya, setelah Danantara sepenuhnya berjalan, sektor perumahan akan menjadi salah satu penyerapan dana terbesar, dengan Holding Operasional Danantara berperan dalam pembangunan tiga juta rumah secara langsung.  

“Keberhasilan strategi ini akan sangat bergantung pada bagaimana pemerintah mengeksekusinya dengan cepat dan efektif,” pungkas Salamuddin.

Tony Blair bisa Tarik Investor Asing

Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menilai penunjukan mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, sebagai anggota Dewan Pengawas Danantara sebagai langkah strategis guna meningkatkan kredibilitas internasional dan menarik minat investor global.

“Dengan latar belakang serta jaringan politik dan bisnis yang luas, kehadiran Tony Blair berpotensi membuka akses lebih besar ke pasar investasi global, terutama di Eropa dan Amerika Serikat (AS),” ujarnya di Jakarta, Selasa 25 Februari 2025.

Menurut Josua, pengalaman Blair dalam tata kelola pemerintahan dan investasi juga dapat memperkuat standar governance Danantara yang menitikberatkan transparansi serta integritas.

Namun, ia tidak menampik bahwa penunjukan tersebut berpotensi menimbulkan skeptisisme terkait independensi pengambilan keputusan dan potensi pengaruh politik dalam kebijakan bisnis.

"Oleh karena itu, penting bagi Danantara untuk menegaskan peran serta batas kewenangan Dewan Pengawas guna memastikan kepercayaan publik dan investor tetap terjaga,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Josua menilai kehadiran tokoh-tokoh global dalam jajaran pengawas Danantara mencerminkan komitmen perusahaan dalam menerapkan standar tata kelola sekelas sovereign wealth fund ternama dunia, seperti GIC Singapura atau Temasek.

Menurutnya, figur internasional dapat membawa wawasan global, menerapkan praktik investasi terbaik, serta memperkuat citra Danantara sebagai institusi yang kredibel dan profesional di kancah dunia.(*)