Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Nvidia Makin Tajir Berkat Chip Blackwell dan Data Center

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 27 February 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Moh. Alpin Pulungan
Nvidia Makin Tajir Berkat Chip Blackwell dan Data Center Gedung Endeavor milik Nvidia di Santa Clara, California. Foto: nvidia.com.

KABARBURSA.COM - Nvidia lagi-lagi bikin kejutan. Perusahaan teknologi asal Santa Clara, California, ini baru saja melaporkan lonjakan laba dan pendapatan di kuartal keempat 2024 karena didorong permintaan yang makin menggila terhadap chip andalan mereka, Blackwell. Begitu laporan ini keluar, harga saham Nvidia langsung tancap gas di sesi after hours.  

Selama tiga bulan yang berakhir pada 26 Januari 2025, Nvidia mencatat pendapatan sebesar USD39,3 miliar (sekitar Rp640,5 triliun), naik 12 persen dibandingkan kuartal sebelumnya dan melesat 78 persen dibandingkan tahun lalu. Jika disesuaikan dengan berbagai faktor, laba per saham mencapai 89 sen—lebih tinggi dari yang diprediksi analis. 

"Permintaan untuk Blackwell luar biasa," kata bos besar Nvidia, Jensen Huang, dikutip dari AP di Jakarta, Kamis, 27 Februari 2025. "AI sekarang punya hukum skala baru—komputasi yang lebih besar bikin model makin cerdas, dan daya pikir yang lebih besar bikin jawaban AI makin tajam." 

Nvidia juga mengklaim sudah mulai produksi massal Blackwell AI supercomputers dalam skala masif. Huang bilang, "Kita berhasil meraih penjualan miliaran dolar dalam kuartal pertamanya." 

"AI berkembang secepat kilat, dan kita sekarang masuk ke fase baru, di mana AI agen dan AI fisik siap merevolusi industri terbesar di dunia," imbuhnya. 

Yang bikin investor makin sumringah, laporan keuangan ini melampaui ekspektasi Wall Street. Sebelumnya, analis memperkirakan Nvidia bakal mencetak laba 85 sen per saham dengan pendapatan USD38,1 miliar. Tapi ternyata, mereka berhasil membukukan laba bersih USD22,06 miliar (sekitar Rp359,6 triliun), mengalahkan perkiraan analis yang cuma USD19,57 miliar. 

Data Center Jadi Mesin Uang Nvidia

Bisnis data center masih jadi andalan utama Nvidia. Dari total pendapatan kuartal keempat, USD35,6 miliar berasal dari segmen ini, naik 93 persen dibandingkan tahun lalu.  

Lonjakan ini terjadi di tengah ramainya proyek infrastruktur AI yang dibicarakan oleh Presiden Donald Trump. Lewat kemitraan OpenAI, Oracle, dan SoftBank, proyek bernama Stargate ini bakal menginvestasikan hingga USD500 miliar untuk membangun data center dan pembangkit listrik guna mendukung perkembangan AI. Dan tentu saja, Nvidia ada di dalamnya.  

Pada panggilan investor hari Rabu, CFO Nvidia, Colette Kress, mengungkapkan kalau penjualan Blackwell di kuartal keempat bahkan melebihi ekspektasi perusahaan. "Kami berhasil mencetak pendapatan USD11 miliar dari Blackwell dalam kuartal keempat tahun fiskal 2024—ini adalah peluncuran produk dengan pertumbuhan tercepat sepanjang sejarah perusahaan," kata Kress.  

Menurutnya, 50 persen dari total pendapatan data center Nvidia berasal dari perusahaan cloud raksasa yang menjadi pelanggan utama Blackwell.  

"Kita ada di pusat dari semua perkembangan ini," katanya.

Saham Data Center Kian Dilirik, ELIT dan WIFI Paling Aktif

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) (Foto: Surge)
Di tengah tren pertumbuhan pesat industri data center global, Indonesia juga mulai menunjukkan geliat serupa. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan infrastruktur digital dan teknologi cloud, saham emiten data center di Bursa Efek Indonesia makin jadi perhatian. Dari daftar saham teraktif yang dipantau di platform KabarBursa, dua nama yang paling mencuri perhatian adalah PT Data Sinergitama Jaya Tbk (ELIT) dan PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).

ELIT atau yang lebih dikenal dengan Elitery, adalah perusahaan teknologi informasi yang bergerak di sektor layanan pusat data dan komputasi awan (cloud computing). Didirikan pada 20 Juni 2011, Elitery awalnya berfokus pada pengoperasian pusat data tradisional di Jawa Barat yang menjadi salah satu data center pertama di Asia Tenggara dengan sertifikasi Tier III dari Uptime Institute.

Seiring dengan perkembangan teknologi, Elitery beradaptasi dengan inovasi terbaru dan kini fokus pada layanan pusat data berbasis awan (cloud computing), yang menjadi kebutuhan utama bagi perusahaan di era digital. Perusahaan ini menyediakan layanan managed service, termasuk infrastruktur pusat data, keamanan siber, solusi pemulihan bencana (disaster recovery), dan pengelolaan sistem informasi.

Berdasarkan data Stockbit, ELIT mencatatkan kinerja keuangan yang terus meningkat dalam beberapa periode terakhir. Dari laporan keuangannya, laba bersih ELIT mengalami lonjakan lumayan dalam tiga tahun terakhir. Pada 2022, laba bersih perusahaan tercatat sebesar Rp10 miliar. Angka ini meningkat menjadi Rp17 miliar pada 2023. Jika dihitung secara tahunan (annualized), estimasi laba bersih ELIT di 2024 bisa mencapai Rp30 triliun.

Dari sisi kapitalisasi pasar, ELIT memiliki market cap sebesar Rp569 miliar dengan jumlah saham beredar sebanyak 2,03 miliar lembar. Dari segi valuasi, ELIT memiliki Price to Earnings (PE) Ratio berdasarkan laba tahunan sebesar 19,22 kali, sementara berdasarkan laba dalam 12 bulan terakhir (TTM), PE Ratio-nya berada di 18,30 kali. Selain itu, Price to Sales (P/S) Ratio perusahaan berada di 1,33 kali, sedangkan Price to Book Value (PBV) mencapai 4,33 kali. Price to Cashflow (P/CF) Ratio tercatat 5,55 kali, sedangkan Price to Free Cashflow (P/FCF) Ratio sebesar 9,52 kali. Enterprise Value (EV) to EBITDA berada di angka 10 kali.

Dari segi profitabilitas, ELIT mencatatkan Return on Assets (ROA) sebesar 10,78 persen dan Return on Equity (ROE) mencapai 23,67 persen. Gross Profit Margin perusahaan dalam satu kuartal terakhir berada di angka 23,08 persen, sementara Operating Profit Margin tercatat 6,73 persen, dan Net Profit Margin mencapai 6,53 persen.

Untuk dividen, ELIT membagikan dividen sebesar Rp5 per saham dalam 12 bulan terakhir. Rasio pembayaran dividen (payout ratio) tercatat 34,33 persen, dengan dividend yield sebesar 1,79 persen. Tanggal ex-dividend terbaru dari perusahaan adalah 5 Juli 2024.

Dari sisi performa harga saham, ELIT menunjukkan tren kenaikan yang cukup agresif. Dalam satu minggu terakhir, harga sahamnya naik 86,67 persen. Jika melihat dalam periode satu bulan terakhir, kenaikan mencapai 124 persen, sementara dalam tiga bulan terakhir harga sahamnya melesat 143,48 persen. Tren kenaikan ini terus berlanjut dengan kenaikan 152,25 persen dalam enam bulan terakhir, dan 221,84 persen dalam setahun terakhir. Secara year to date (YTD), saham ELIT telah menguat 137,29 persen. Saham ELIT juga mencatatkan harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir di Rp274 per saham, sementara harga terendahnya di Rp81 per saham.

Di samping ELIT, ada juga WIFI atau lebih dikenal sebagai Surge yang bisnisnya fokus pada konektivitas, media, dan layanan berbasis data. Berdiri sejak 2012, Surge awalnya beroperasi sebagai penyedia media luar ruang di transportasi massal melalui MacroAd. Kini, perusahaan telah berkembang menjadi pemain utama dalam teknologi iklan digital berbasis cloud, jaringan fiber optik, serta programmatic out-of-home (OOH) advertising.

Surge mengembangkan infrastruktur digital dengan menggelar lebih dari 2.800 kilometer kabel fiber optik di Pulau Jawa, sekaligus mengoperasikan lebih dari 2.000 media iklan berbasis digital.

WIFI mencatat kinerja keuangan yang cukup mencolok dalam beberapa periode terakhir. Dari laporan keuangannya, perusahaan mencatat pendapatan yang terus bertumbuh secara signifikan. Pada kuartal pertama 2024, WIFI membukukan laba bersih sebesar Rp29 miliar, meningkat dari Rp20 miliar pada periode yang sama tahun 2023. Tren pertumbuhan ini semakin terlihat pada kuartal kedua, di mana laba bersih mencapai Rp60 miliar rupiah, jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang justru mencatatkan rugi sebesar 11 miliar rupiah. Pada kuartal ketiga, laba bersih perusahaan terus melesat menjadi 62 miliar rupiah, dibandingkan hanya Rp14 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Secara tahunan (annualised), laba bersih perusahaan diproyeksikan mencapai Rp203 miliar pada 2024, mengalami lonjakan signifikan dari Rp59 miliar di 2023 dan Rp58 miliar di 2022. Dengan performa ini, total laba bersih dalam 12 bulan terakhir (TTM) hingga kuartal ketiga 2024 mencapai Rp187 miliar.

Dari sisi valuasi, WIFI memiliki rasio Price to Earnings (PE) tahunan sebesar 29,90 kali, sementara PE TTM berada di angka 32,41 kali. Rasio Price to Sales (P/S) tercatat sebesar 10,71 kali, dan PBV mencapai 6,80 kali. Adapun rasio EV/EBITDA perusahaan berada di angka 15,00 kali.

Dalam hal profitabilitas, WIFI menunjukkan angka yang cukup solid. ROA ercatat di angka 6,76 persen, sementara ROE mencapai 20,99 persen. Perusahaan juga mencatat Gross Profit Margin sebesar 65,44 persen, diikuti oleh Operating Profit Margin sebesar 53,35 persen dan Net Profit Margin sebesar 31,75 persen, yang menunjukkan tingkat profitabilitas yang cukup baik.

Mengenai dividen, WIFI membagikan dividen sebesar 1,06 rupiah per saham dengan payout ratio sebesar 1,23 persen. Dividend yield-nya tercatat di angka 0,04 persen. Ex-date terbaru untuk dividen dijadwalkan pada 19 Juni 2024.

WIFI pun mencatat tren harga saham yang luar biasa dalam satu tahun terakhir. Saham WIFI melonjak hingga 1.735,71 persen dalam rentang satu tahun terakhir dan menjadikannya salah satu saham dengan performa terbaik di pasar. Dalam enam bulan terakhir saja, saham ini telah naik 804,93 persen, sementara dalam tiga bulan terakhir mengalami kenaikan signifikan 503,29 persen.

Kinerja saham ini juga tetap positif dalam jangka pendek, dengan kenaikan 24,15 persen dalam satu minggu terakhir dan 162,24 persen dalam satu bulan terakhir. Sepanjang tahun ini, saham WIFI sudah naik 526,83 persen, menandakan tren bullish yang kuat. Saat ini, harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir mencapai Rp2.610, sementara harga terendahnya berada di Rp128.(*)