KABARBURSA.COM - Raksasa makanan kemasan global, Nestle, melaporkan pertumbuhan penjualan tahunan yang sedikit lebih baik dari ekspektasi pada Kamis, 13 Februari 2025. Kenaikan harga produk jadi faktor utama di balik capaian ini. Namun, Nestle memperingatkan bahwa margin keuntungannya diperkirakan bakal menyusut pada 2025.
Perusahaan yang memproduksi Maggi dan Nescafe ini mempertahankan target pertumbuhan organik untuk tahun penuh, seperti yang mereka umumkan dalam capital markets day November lalu. Nestle memperkirakan margin laba operasional (underlying trading operating profit atau UTOP) pada 2025 akan berada di level 16 persen atau lebih rendah dibandingkan 17,2 persen pada tahun sebelumnya.
“Mulai 2025, kami berharap langkah-langkah yang kami ambil akan meningkatkan pertumbuhan penjualan organik, meskipun dalam jangka pendek margin laba operasional akan sedikit tertekan karena investasi yang kami lakukan untuk ekspansi,” ujar CEO Nestle, Laurent Freixe, dikutip dari Reuters di Jakarta, Kamis, 13 Februari 2025.
Secara keseluruhan, penjualan organik Nestle—yang tidak memasukkan faktor perubahan mata uang dan akuisisi—naik 2,2 persen sepanjang tahun yang berakhir pada 31 Desember 2024. Angka ini lebih baik dari prediksi analis yang memperkirakan pertumbuhan 2,1 persen.
Namun, secara nominal, penjualan Nestle justru turun 1,8 persen menjadi 91,35 miliar franc Swiss (sekitar Rp1.690 triliun), sementara laba bersih mereka juga turun 2,9 persen menjadi 10,88 miliar franc Swiss (sekitar Rp201 triliun).
[caption id="attachment_119970" align="alignnone" width="680"] Produk minuman Nestle Pure Life milik ADES. Foto: Tangkapan layar laman akashainternational.com.[/caption]
Sebagai salah satu merek air minum kemasan terpopuler di dunia, Nestle Pure Life memiliki pasar yang kuat di Indonesia. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa distribusi dan produksi merek ini dipegang oleh PT Akasha Wira International Tbk (ADES).
Nestle Pure Life pertama kali masuk ke pasar Indonesia pada 2005 di bawah lisensi dan pengawasan dari Nestle Water SA. ADES dipercaya untuk memproduksi dan mendistribusikan merek ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air minum mineral yang aman. Nestle Pure Life hadir dalam tiga ukuran botol, yaitu 330 mL dan 600 mL untuk konsumsi individu serta 1.500 mL untuk kebutuhan keluarga. Produk ini tersedia di berbagai kanal penjualan, mulai dari ritel tradisional hingga modern, serta sektor HORECA (Hotel, Restoran & Kafe).
Selain produk Nestle, ADES juga memiliki bisnis di segmen perawatan rambut melalui merek Makarizo. Dengan diversifikasi ini, perusahaan mencoba memperluas pangsa pasar di industri konsumen.
Sebagai emiten yang bergerak di sektor makanan dan minuman, ADES memiliki performa keuangan yang cukup menarik dalam beberapa tahun terakhir. Dalam laporan keuangan terbaru, ADES mencatatkan pendapatan yang terus meningkat tiap kuartalnya.
Pada kuartal pertama 2024, perusahaan membukukan pendapatan Rp131 miliar, naik dari Rp89 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Tren positif ini berlanjut pada kuartal kedua dengan pendapatan Rp103 miliar, sedikit lebih tinggi dibandingkan Rp96 miliar pada 2023. Kemudian, kuartal ketiga mencatatkan pendapatan Rp116 miliar, lebih tinggi dari Rp107 miliar di tahun sebelumnya. Dengan proyeksi pertumbuhan tahunan, total laba bersih perusahaan pada 2024 diperkirakan mencapai Rp467 miliar.
Dari sisi valuasi, saham ADES memiliki Price to Earnings Ratio (PER) sebesar 12,05 kali dalam trailing twelve months (TTM) dan 11,72 kali secara tahunan. Price to Book Value (PBV) tercatat 2,63 kali, sementara Price to Sales Ratio (TTM) berada di angka 3,10 kali. Rasio Enterprise Value (EV) to EBITDA juga cukup kompetitif di angka 8 kali.
Dari sisi profitabilitas, ADES memiliki Return on Assets (ROA) sebesar 18,34 persen dan Return on Equity (ROE) sebesar 21,83 persen. Gross Profit Margin tercatat 47,80 persen dalam laporan kuartalannya, sementara Operating Profit Margin dan Net Profit Margin masing-masing mencapai 28,90 persen dan 24,75 persen. Angka ini mencerminkan efisiensi operasional perusahaan dalam mengelola biaya produksi dan distribusi.
Sementara itu, saham ADES menunjukkan performa yang cukup beragam dalam beberapa periode terakhir. Dalam sepekan terakhir, harga sahamnya naik tipis 0,82 persen, sedangkan dalam satu bulan terakhir meningkat 2,20 persen. Namun, jika dilihat dalam rentang tiga bulan dan enam bulan terakhir, saham ADES mengalami koreksi masing-masing 9,07 persen dan 7,25 persen.
Secara tahunan, return saham ADES masih positif dengan kenaikan 1,37 persen dalam satu tahun terakhir. Dalam jangka panjang, saham ini telah memberikan imbal hasil yang cukup besar bagi investor. Dalam tiga tahun terakhir, saham ADES melonjak 162,75 persen, sedangkan dalam lima tahun terakhir mencatat kenaikan signifikan 919,23 persen. Bahkan, jika melihat performa dalam sepuluh tahun terakhir, saham ADES telah naik 569,68 persen.
Dari segi pergerakan harga, saham ADES mencapai titik tertinggi dalam setahun terakhir di Rp12.500, sementara titik terendahnya berada di Rp8.975.(*)