Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

DeepSeek Dominasi Chip AI China, Huawei dan Rival Lokal Makin Pede

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 13 February 2025 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
DeepSeek Dominasi Chip AI China, Huawei dan Rival Lokal Makin Pede

KABARBURSA.COM - Munculnya model kecerdasan buatan (AI) DeepSeek dipandang sebagai angin segar bagi industri semikonduktor China. Teknologi ini membuka peluang lebih besar bagi raksasa seperti Huawei untuk bersaing di pasar domestik melawan prosesor Amerika Serikat yang lebih unggul secara teknis.

Huawei dan sejumlah produsen chip China telah bertahun-tahun berupaya mengejar ketertinggalan dari Nvidia dalam mengembangkan semikonduktor kelas atas untuk melatih model AI—proses di mana data diproses dalam algoritma untuk meningkatkan akurasi keputusan. Namun, DeepSeek mengubah dinamika tersebut dengan fokus pada inferensi, yakni tahap ketika model AI menghasilkan kesimpulan, sehingga mengoptimalkan efisiensi komputasi tanpa terlalu bergantung pada daya pemrosesan mentah.

Pendekatan ini, menurut analis industri, dapat mempersempit jurang perbedaan antara prosesor AI buatan China dan cip canggih dari AS. Huawei, bersama dengan perusahaan semikonduktor seperti Hygon, EnFlame yang didukung Tencent, Tsingmicro, dan Moore Threads, telah menyatakan bahwa produk mereka kompatibel dengan model DeepSeek. Meski demikian, detail teknis mengenai kompatibilitas ini masih minim.

Huawei menolak memberikan komentar lebih lanjut. Sementara itu, Moore Threads, Hygon, EnFlame, dan Tsingmicro belum menanggapi permintaan konfirmasi dari Reuters. Seperti dilansir di Jakarta, Kamis 13 Februari 2025.

Di sisi lain, para eksekutif industri menilai bahwa sifat sumber terbuka DeepSeek serta biayanya yang lebih rendah dapat mempercepat adopsi AI dan mendorong pengembangan aplikasi nyata. Hal ini berpotensi membantu perusahaan China mengatasi pembatasan ekspor AS yang melumpuhkan akses mereka terhadap chip berteknologi tinggi.

Bahkan sebelum DeepSeek menjadi sorotan, Huawei Ascend 910B sudah mendapat tempat di kalangan pelanggan seperti ByteDance, yang menganggapnya lebih cocok untuk tugas-tugas inferensi dengan kebutuhan komputasi yang lebih ringan. Inferensi sendiri merupakan tahap pascapelatihan, di mana model AI yang telah dikembangkan digunakan untuk membuat prediksi atau menjalankan tugas-tugas spesifik, seperti chatbot.

Saat ini, berbagai sektor di China—mulai dari industri otomotif hingga operator telekomunikasi—berlomba-lomba mengintegrasikan model DeepSeek ke dalam produk dan operasional mereka.

“Perkembangan ini sangat sesuai dengan kapasitas vendor chipset AI China,” ujar Lian Jye Su, kepala analis di firma riset teknologi Omdia.

Menurutnya, meskipun produsen chip China masih kesulitan menandingi GPU Nvidia dalam pelatihan AI, inferensi AI menawarkan tantangan yang berbeda. Beban kerja tahap ini jauh lebih ringan dan lebih bergantung pada pemahaman lokal serta kebutuhan spesifik industri, menjadikannya medan yang lebih kompetitif bagi pemain China.

Ubah Laju Permintaan

Industri energi di Amerika Serikat (AS) lagi gamang. Saat perusahaan teknologi makin rakus listrik buat pusat data mereka, tiba-tiba muncul DeepSeek—teknologi kecerdasan buatan atau AI yang katanya bisa bikin konsumsi daya jauh lebih efisien. Kalau benar begitu, apakah ekspansi besar-besaran pembangkit listrik yang sekarang digencarkan masih masuk akal? Atau jangan-jangan, investasi triliunan ini bakal jadi proyek mubazir?

Dalam waktu dekat, analis dan eksekutif di AS sepakat bahwa DeepSeek belum akan membuat para raksasa teknologi buru-buru mengubah strategi. Mereka sudah kadung mengunci kontrak listrik jangka panjang dengan penyedia energi. Tapi kalau dalam jangka panjang teknologi ini benar-benar mengubah pola konsumsi listrik, maka investasi untuk membangun pembangkit yang bakal jalan puluhan tahun ke depan bisa jadi perlu dipertimbangkan ulang.

CEO LS Power, Paul Segal, yang perusahaannya punya banyak proyek pembangkit listrik dan energi terbarukan di seluruh negeri, bilang kalau mereka tetap hati-hati merencanakan ekspansi. “Sebagai pengembang, kami berusaha tetap disiplin agar jika ada teknologi seperti DeepSeek yang mengubah laju pertumbuhan permintaan, kami bisa menyesuaikan langkah dengan cepat,” ujarnya, dikutip dari The Wall Street Journal di Jakarta, Jumat, 7 Februari 2025.

Sejauh ini, beberapa penyedia listrik terbesar di AS, seperti Constellation Energy dan Vistra, adalah pihak yang paling diuntungkan dari meledaknya AI. Mereka berlomba-lomba memperbesar kapasitas pembangkit dan menggenjot energi terbarukan. Tapi, pekan lalu saham mereka sempat babak belur gara-gara pasar mulai khawatir kalau rencana ekspansi itu ternyata tak bakal ‘seseksi’ yang dibayangkan sebelumnya. Meskipun harga sahamnya mulai pulih, posisinya masih jauh dari titik tertinggi.

Constellation, misalnya, yang sahamnya sempat melonjak lebih dari 400 persen sejak pisah dari Exelon pada 2022, baru saja mengakuisisi pesaingnya, Calpine, dengan harga USD16,4 miliar. Mereka juga siap menggelontorkan USD1,6 miliar lagi buat menghidupkan kembali reaktor nuklir di Three Mile Island. Nantinya, listriknya bakal dijual ke Microsoft.(*)