Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Pasar Saham Asia Menguat: Nikkei 225 dan Shanghai Composite Hijau

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 13 February 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Pasar Saham Asia Menguat: Nikkei 225 dan Shanghai Composite Hijau

KABARBURSA.COM -  Di pasar saham Asia, hampir seluruh indeks utama mengalami penguatan pada penutupan perdagangan Rabu sore, 12 Februari 2025. Sentimen positif didorong oleh optimisme pasar terhadap kebijakan ekonomi global, meskipun masih ada ketidakpastian seputar dampak kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Ketegangan ini mendapat perhatian khusus setelah kesaksian Ketua Federal Reserve AS, Jerome Powell, yang menekankan bahwa bank sentral AS saat ini lebih fokus pada pengendalian inflasi dan tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga. Powell mengindikasikan bahwa suku bunga acuan yang dipertahankan pada kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen memberikan fleksibilitas yang cukup untuk merespons kondisi ekonomi ke depan.

Sebagian besar pasar saham Asia memperlihatkan kinerja positif. Nikkei 225 di Jepang menguat 0,42 persen, sedangkan Shanghai Composite di China tercatat naik 0,85 persen. Indeks Hang Seng di Hong Kong mengalami lonjakan signifikan sebesar 2,64 persen, dan Kospi di Korea Selatan juga mencatatkan kenaikan sebesar 0,37 persen.

Meskipun demikian, ada beberapa indeks yang sedikit terkoreksi, seperti Taiex di Taiwan yang turun 0,40 persen.

Di sisi lain, mata uang Asia menunjukkan pergerakan yang beragam terhadap dolar AS. Nilai tukar USD/IDR tercatat sedikit menguat ke level 16.376, sementara beberapa mata uang lainnya, seperti USD/JPY dan USD-CNY, mencatatkan kenaikan yang lebih signifikan.

Keberagaman pergerakan mata uang ini mencerminkan dampak dari kebijakan moneter global dan ketidakpastian pasar.

Harga Saham Gabungan (IHSG) juga berhasil mencatatkan rebound yang signifikan, menutup sesi dengan lonjakan 1,74 persen atau sekitar 113,78 poin, mencapai level 6.645,77.

Kinerja positif ini tercatat di tengah volume perdagangan yang cukup tinggi, dengan total transaksi mencapai Rp 10,93 triliun dan volume perdagangan sebanyak 166,93 juta lot saham yang berpindah tangan.

Sektor infrastruktur memimpin penguatan, mencatatkan kenaikan sebesar 2,90 persen, dan seluruh sektor menunjukkan performa positif, mencerminkan optimisme investor di pasar domestik.

Saham-saham besar seperti PT Indosat Tbk (ISAT), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara Tbk (AMMN) menonjol sebagai top gainers di indeks LQ45, sementara saham-saham seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) tercatat sebagai top losers.

Meskipun IHSG menguat, investor asing tercatat melakukan jual bersih (net sell) sebesar Rp208,21 miliar, dengan saham-saham seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan penurunan signifikan dalam transaksi asing.

Bursa Eropa Melesat

Pasar saham Eropa dibuka lebih tinggi seiring dengan antisipasi pasar terhadap data inflasi terbaru dari Amerika Serikat. Indeks acuan Eropa, Stoxx 600, menguat 0,14 persen di awal perdagangan, menunjukkan sentimen positif yang melanda sebagian besar bursa utama di kawasan tersebut.

Hampir semua sektor berada di zona hijau, dengan sektor makanan dan minuman memimpin kenaikan, melonjak 1,06 persen. Sebaliknya, sektor minyak dan gas mengalami penurunan sebesar 0,62 persen.

Di bursa utama Eropa, indeks DAX (Jerman) naik 0,18 persen ke level 22.078, sementara FTSE (Inggris) mencatatkan kenaikan moderat sebesar 0,11 persen menjadi 8.777, dan CAC (Perancis) menguat 0,25 persen menuju angka 8.048.

Meskipun demikian, meski pasar menunjukkan tren positif, investor tampaknya lebih berhati-hati menunggu pengumuman data inflasi AS yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai kebijakan moneter Federal Reserve.

Di sisi lain, harga minyak dunia mengalami tekanan signifikan setelah munculnya langkah diplomasi baru terkait perang di Ukraina. Hal ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mengambil inisiatif dengan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, serta Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.L

Langkah ini menandai upaya pertama Trump dalam memenuhi janjinya untuk mengakhiri konflik antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung sejak 2022.

Dampak dari perkembangan ini langsung tercermin dalam pergerakan harga minyak. Minyak mentah berjangka Brent, yang menjadi acuan pasar internasional, turun sebesar USD1,82 atau 2,36 persen menjadi USD75,18 per barel.

Tidak hanya Brent, West Texas Intermediate (WTI), patokan harga minyak di Amerika Serikat, merosot USD1,95 atau 2,66 persen menjadi USD71,37 per barel. Penurunan ini menghapus sebagian kenaikan harga yang telah terjadi selama tiga hari sebelumnya, di mana Brent naik 3,6 persen dan WTI meningkat 3,7 persen.

Penurunan harga minyak ini terjadi karena pasar mulai mengurangi premi risiko yang sebelumnya ditambahkan akibat ketidakpastian pasokan global akibat perang.(*)