KABARBURSA.COM - Bursa saham Eropa mencetak rekor baru pada perdagangan Rabu waktu setempat, 12 Februari 2025, seiring optimisme investor terhadap laporan keuangan yang menggembirakan dari beberapa perusahaan besar. Saham Heineken dan ABN AMRO menjadi sorotan setelah mencatatkan kinerja yang melampaui ekspektasi, sementara sektor perbankan dan konsumsi memimpin kenaikan di pasar.
Indeks STOXX 600, yang mencakup saham-saham unggulan dari berbagai negara Eropa, mengakhiri sesi dengan kenaikan tipis di tengah volatilitas perdagangan. Indeks utama Jerman, DAX, juga mencapai titik tertinggi sepanjang masa, mencerminkan kepercayaan pasar terhadap stabilitas ekonomi regional.
Saham-saham di bursa London dan Paris turut menguat, meskipun investor masih mencermati dampak kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang dapat mempengaruhi perdagangan global.
Sektor keuangan mencatatkan penguatan signifikan, dipimpin oleh ABN AMRO yang mengalami lonjakan tajam setelah melaporkan kinerja keuangan kuartal keempat yang jauh melampaui perkiraan. Keuntungan yang solid ini mendorong minat investor terhadap saham perbankan Eropa, yang secara keseluruhan mencatatkan kenaikan lebih dari satu persen.
Di sektor konsumen, Heineken menjadi pusat perhatian dengan lonjakan harga saham yang mencetak rekor kenaikan harian terbesar dalam sejarahnya. Laporan laba yang lebih baik dari perkiraan, program pembelian kembali saham, serta optimisme terhadap pertumbuhan laba di tahun mendatang membuat saham perusahaan minuman ini melonjak drastis.
Kinerja positif ini turut memberikan dorongan bagi saham produsen bir lain seperti Anheuser-Busch InBev dan Carlsberg, yang ikut mengalami kenaikan signifikan.
Namun, tidak semua sektor menikmati penguatan. Saham utilitas mengalami tekanan akibat kenaikan imbal hasil obligasi di Eropa, yang dipicu oleh data inflasi Amerika Serikat yang lebih tinggi dari perkiraan.
Kondisi ini memunculkan spekulasi bahwa Federal Reserve hanya akan memangkas suku bunga sekali dalam tahun ini, mengurangi ekspektasi pelonggaran moneter yang sebelumnya diantisipasi oleh pasar.
Di tengah euforia rekor baru di bursa, investor tetap waspada terhadap kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang berpotensi memicu ketegangan global. Presiden Donald Trump dikabarkan sedang menyiapkan kebijakan tarif timbal balik terhadap negara-negara yang mengenakan bea masuk tinggi terhadap produk Amerika.
Langkah ini berisiko menimbulkan respons dari Uni Eropa, yang sangat bergantung pada ekspor ke pasar internasional.
Kendati tantangan global masih membayangi, optimisme terhadap prospek ekonomi Eropa tetap terjaga. Sejumlah analis menilai bahwa pelemahan euro dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan-perusahaan berorientasi ekspor dalam jangka pendek, sementara laporan keuangan yang solid terus menjadi faktor pendorong utama reli pasar.
Namun, tekanan juga datang dari sejumlah perusahaan yang mencatatkan hasil di bawah ekspektasi. Saham Carl Zeiss Meditec anjlok setelah melaporkan laba yang mengecewakan, sementara perusahaan asuransi Storebrand dan lembaga ketenagakerjaan Randstad juga mengalami penurunan akibat hasil kinerja yang kurang memuaskan.
Dengan hampir 60 persen perusahaan dalam indeks STOXX 600 telah melaporkan hasil keuangan yang lebih baik dari perkiraan, investor memiliki alasan untuk tetap optimis. Namun, ketidakpastian global dan kebijakan ekonomi Amerika tetap menjadi faktor yang harus diantisipasi dalam beberapa bulan ke depan.
Sementara itu, berbicara tentang tarif yang diberlakukan Trump kepada Uni Eropa, Presiden Ursula von der Leyen, geram dengan kebijakan tarif impor baja dan aluminium yang diumumkan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Dalam pernyataannya, Selasa, 11 Februari 2025, ia menegaskan Uni Eropa tidak akan tinggal diam dan siap mengambil langkah balasan yang sepadan.
“Uni Eropa akan bertindak untuk melindungi kepentingan ekonominya. Tarif itu pajak—buruk bagi bisnis, lebih buruk lagi bagi konsumen. Tarif yang tidak berdasar terhadap Uni Eropa tidak akan dibiarkan begitu saja. Kami akan merespons dengan tegas dan proporsional,” kata von der Leyen, dikutip dari AP di Jakarta, Selasa, 11 Februari 2025.
Dari Jerman, Kanselir Olaf Scholz juga tak tinggal diam. Ia menyampaikan di hadapan parlemen jika Washington tidak memberikan pilihan lain, maka Uni Eropa akan bersatu dalam merespons. “Perang dagang pada akhirnya selalu merugikan kedua belah pihak,” tegas Scholz.
Kebijakan Trump ini bukan hal baru. Pada masa kepemimpinannya yang pertama, ia juga pernah menerapkan tarif serupa. Harapannya, tarif 25 persen untuk baja dan aluminium impor akan membantu industri dalam negeri menghadapi persaingan global yang ketat. Dengan proteksi semacam ini, produsen lokal bisa menjual lebih mahal tanpa takut kehilangan pasar.(*)