Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Emas Bergerak Stabil, Permintaan Safe Haven Masih Tinggi

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 13 February 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Harga Emas Bergerak Stabil, Permintaan Safe Haven Masih Tinggi

KABARBURSA.COM - Harga emas tetap stabil di pasar global pada perdagangan Rabu waktu setempat, 12 Februari 2025 atau Kamis dinihari WIB, 13 Februari 2025. Stabilnya harga emas masih didukung oleh meningkatnya permintaan sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi yang dipicu oleh kebijakan perdagangan Amerika Serikat.

Langkah Presiden Donald Trump dalam menaikkan tarif impor baja dan aluminium menjadi 25 persen telah menambah ketegangan perdagangan global, membuat investor semakin berhati-hati dalam menentukan langkah investasi mereka.

Emas spot bertahan di level USD2.895,30 per ons pada dini hari waktu Indonesia, sementara emas berjangka AS sedikit melemah 0,1 persen menjadi USD2.928,70 per ons. Pasar emas sempat mengalami tekanan setelah laporan inflasi Amerika menunjukkan kenaikan indeks harga konsumen (CPI) sebesar 0,5 persen di bulan Januari, lebih tinggi dari perkiraan.

Kondisi ini memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve tidak akan terburu-buru untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung mengurangi daya tarik emas sebagai aset investasi karena emas tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi atau instrumen berbunga lainnya.

Menurut David Meger, Direktur High Ridge Futures, data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan memberikan tekanan pada pasar emas. Harapan pemangkasan suku bunga yang sebelumnya diantisipasi pada akhir tahun kini mulai meredup.

Meskipun demikian, tren jangka panjang emas tetap positif, terutama dengan meningkatnya ketidakpastian perdagangan yang mendorong permintaan terhadap logam mulia ini.

Di sisi lain, Peter Grant, Vice President Zaner Metals, menilai bahwa meskipun faktor suku bunga lebih tinggi memberikan sedikit hambatan, emas masih berada dalam tren positif. Ketidakpastian global, termasuk kebijakan perdagangan AS yang semakin agresif, tetap menjadi pendorong utama permintaan emas sebagai aset lindung nilai.

Harga emas saat ini berada di wilayah yang belum terpetakan, mendekati level USD3.000 per ons, yang mencerminkan tingginya minat investor dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Namun, analis juga mulai mengantisipasi kemungkinan koreksi setelah reli panjang dalam beberapa bulan terakhir.

Daniel Pavilonis dari RJO Futures, menilai bahwa meskipun terjadi aksi jual dan kemungkinan penurunan beberapa ratus dolar, harga emas masih berada dalam level yang kuat. Inflasi yang tinggi, meningkatnya utang, serta ketidakpastian geopolitik terus mendorong investor untuk mengamankan aset mereka dalam bentuk emas.

Selain emas, pergerakan harga logam mulia lainnya juga menunjukkan volatilitas. Perak spot melonjak 1,1 persen menjadi USD32,17 per ons, sementara paladium turun tipis 0,2 persen menjadi USD973,74 per ons.

Di sisi lain, platinum naik 0,6 persen menjadi USD989,43 per ons, menunjukkan bahwa permintaan logam mulia tetap tinggi di tengah dinamika pasar global.

Dengan berbagai faktor yang masih berperan, pasar emas diperkirakan akan tetap menjadi fokus utama investor dalam beberapa bulan ke depan. Ketidakpastian kebijakan suku bunga AS, tensi perdagangan global, dan tekanan inflasi akan terus menjadi faktor kunci dalam menentukan arah pergerakan harga emas dan logam mulia lainnya.

Milenial Borong Emas

Di Indonesia, kilau emas mulai memikat kaum milenial. Mereka juga percaya, emas sebagai aset yang paling aman di kala ekonomi global tengah semrawut.

Pergerakan emas yang cenderung tinggi ini nampak pada laporan PT Bank Syariah Indonesia (BSI). Selasa, 11 Februari 2025, BSI melaporkan kinerja positif bisnis emas miliknya sepanjang tahun 2024. Kinerja positif di sektor ini didukung oleh antusiasme nasabah dari generasi muda yang mulai tertarik berinvestasi logam mulia.

Sepanjang tahun 2024, kinerja bisnis emas BSI naik 78,18 persen (year-on-year/yoy). Pembiayaan cicil emas BSI melonjak sebesar 177,42 persen yoy atau sebesar Rp6,4 triliun.

Bank berkonsep syariah ini juga melaporkan peningkatan konsumen emas sebesar 81,8 atau sebanyak 336.000 nasabah.

Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna menyebut, demografi nasabah bisnis emas BSI, khususnya cicil emas, didominasi oleh gen Z dan gen Y (millenial) yang mencapai sekitar 50 persen dari total nasabah bisnis emas.

“Artinya, emas saat ini menjadi salah satu investasi yang dilirik oleh anak muda karena ketahanannya terhadap inflasi dan sangat likuid sehingga sangat cocok untuk menjadi alternatif investasi jangka menengah,” kata Anton dalam keterangan tertulis, Selasa, 11 Februari 2025.

Sementara untuk bisnis gadai emas BSI juga naik secara signifikan. Ia menjelaskan, pertumbuhan bisnis di Industri mencapai sekitar 31,3 persen yoy ke angka Rp6,4 triliun pada 2024.

“Selain itu dari sisi bank, kualitas pembiayaan bisnis emas ini sangat sehat dengan NPF nyaris 0 persen. Bisnis emas memang merupakan unique produk dari BSI yang memiliki potensi untuk tumbuh lebih besar lagi seiring meningkatnya tren investasi emas sebagai aset safe haven, ditengah kenaikan harga emas yang signifikan pada tahun 2024, yakni sebesar 32,4 persen,” ujarnya.(*)