KABARBURSA.COM - Perburuan akan aset safe Haven terus berlanjut. Harga emas pun melanjutkan tren kenaikan pada perdagangan Rabu waktu setempat, 5 Februari 2025 atau Kamis dinihari WIB, 6 Februari 2025.
Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya permintaan investor terhadap aset safe haven di tengah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Kekhawatiran akan dampak perang dagang terhadap perekonomian global semakin memperkuat daya tarik logam mulia ini sebagai instrumen lindung nilai.
Emas spot tercatat menguat 0,8 persen menjadi USD2.865,61 per ons pada pukul 01.59 WIB, setelah sebelumnya menyentuh rekor tertinggi USD2.882,16 dalam sesi perdagangan awal. Sementara itu, kontrak emas berjangka di Amerika Serikat juga mengalami kenaikan sebesar 0,6 persen, ditutup pada USD2.893 per ons.
Menurut Peter Grant, Vice President di Zaner Metals, ketidakpastian yang terus menyelimuti perdagangan global, terutama akibat kebijakan tarif antara AS dan Tiongkok, telah membuat pasar tetap waspada. Investor memilih emas sebagai aset perlindungan di tengah ketidakpastian ini, sehingga arus modal ke logam mulia tetap tinggi.
Ketegangan semakin meningkat setelah Tiongkok membalas kebijakan tarif baru dari Washington dengan menerapkan bea masuk tambahan pada berbagai produk asal AS. Presiden Donald Trump pun menegaskan bahwa dirinya tidak melihat urgensi untuk berdialog dengan Presiden Xi Jinping guna meredakan ketegangan.
Di luar isu perang dagang, sektor logistik AS juga mengalami gangguan akibat ketegangan dengan Tiongkok. Layanan pos AS (U.S. Postal Service) sempat menangguhkan pengiriman surat dan paket dari Tiongkok dan Hong Kong sebelum akhirnya kembali menerima pengiriman pada Rabu.
Dari sisi kebijakan moneter, tiga pejabat tinggi Federal Reserve memperingatkan bahwa kebijakan tarif Trump dapat memicu inflasi yang lebih tinggi. Salah satu pejabat bahkan mengisyaratkan bahwa ketidakpastian terhadap prospek harga berpotensi memperlambat laju pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Sementara itu, laporan ADP National Employment menunjukkan bahwa ekonomi AS berhasil menambah 183.000 pekerjaan di sektor swasta bulan lalu, jauh melampaui estimasi para ekonom yang sebelumnya memperkirakan pertumbuhan sebesar 150.000 pekerjaan.
Perkembangan data ketenagakerjaan ini menjadi salah satu faktor yang diawasi ketat oleh pelaku pasar karena dapat memberikan petunjuk terhadap arah kebijakan moneter The Fed. Investor kini menanti laporan payrolls AS yang akan dirilis pada Jumat untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut mengenai kemungkinan perubahan suku bunga ke depan.
Selain emas, sejumlah logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan. Harga perak spot naik 0,8 persen menjadi USD32,36 per ons, platinum melonjak 1,8 persen menjadi USD980,95, sementara paladium mencatat kenaikan tipis sebesar 0,3 persen ke USD990,75 per ons.
Meski emas kerap dianggap sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi, kenaikan suku bunga dapat mengurangi daya tariknya karena logam mulia ini tidak menghasilkan bunga. Oleh karena itu, perkembangan kebijakan The Fed serta dinamika geopolitik global akan terus menjadi faktor utama yang menentukan arah pergerakan harga emas dalam beberapa waktu mendatang.
Sementara itu, harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi pada Selasa waktu Amerika atau Rabu dini hari WIB karena didorong oleh aksi investor yang buru-buru masuk ke aset safe-haven setelah China membalas kebijakan tarif AS dengan bea masuk baru.
Berdasarkan data Reuters yang dikutip di Jakarta, Rabu, emas spot naik 1,1 persen ke USD2.844,56 per ounce (sekitar Rp45,51 juta) pada pukul 01:40 p.m. ET (18:40 GMT), setelah sempat menyentuh rekor USD2.845,14 (sekitar Rp45,52 juta) di sesi perdagangan sebelumnya. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup naik 0,7 persen di level USD2.875,80 per ounce (sekitar Rp46,01 juta).
Menurut analis senior di RJO Futures, Bob Haberkorn, sentimen utama yang mendorong kenaikan emas bukan dari data ekonomi, melainkan drama tarif yang kembali memanas. “Berita tarif ini keluar tiba-tiba, dan saya rasa saat ini ini lebih berpengaruh dibanding faktor lainnya,” ujarnya.
Faktor lain yang ikut mengangkat emas adalah pelemahan dolar AS yang turun 0,9 persen. Ini membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lain.
China tak butuh waktu lama buat membalas kebijakan tarif AS. Mereka langsung menerapkan tarif impor ke produk AS hingga makin memanaskan konflik dagang antara dua ekonomi terbesar dunia, meskipun Trump baru saja memberi kelonggaran untuk Meksiko dan Kanada.
Di sisi lain, beberapa pejabat The Fed mulai mengkhawatirkan risiko inflasi yang muncul dari kebijakan perdagangan Trump. Tiga pejabat The Fed memberi peringatan tarif impor ini bisa memperburuk inflasi. Satu di antara tiga sumber tersebut menyebutkan ketidakpastian harga mungkin akan membuat penurunan suku bunga berjalan lebih lambat dari yang diperkirakan.(*)