KABARBURSA.COM - Harga emas mencapai rekor tertinggi pada Senin, 3 Februari 2025, didorong oleh arus masuk aset safe-haven setelah tarif yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Kanada, China, dan Meksiko meningkatkan kekhawatiran akan inflasi yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Seperti dilansir dari Reuters, harga emas spot naik 0,8 persen menjadi USD2.818,99 per ons, setelah sebelumnya menyentuh rekor USD2.830,49 dalam sesi perdagangan. Kontrak berjangka emas AS ditutup naik 0,8 persen pada USD2.857,10.
Meskipun biasanya dolar yang kuat memiliki efek menekan pasar emas, harga emas terus menguat karena permintaan aset safe-haven yang didorong oleh ketidakpastian seputar tarif Trump, kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Tarif 25 persen yang diberlakukan Trump terhadap impor dari Kanada dan Meksiko mulai Selasa, 4 Februari 2025 serta tarif 10 persen terhadap barang-barang dari China, memicu kekhawatiran perang dagang yang dapat memperlambat pertumbuhan global dan meningkatkan inflasi.
Kanada dan Meksiko telah mengumumkan langkah-langkah balasan, sementara China menyatakan akan menggugat tarif tersebut di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan mengambil tindakan balasan yang belum ditentukan.
Namun, Trump mengumumkan penundaan tarif impor Meksiko selama satu bulan.
Pasar masih belum sepenuhnya yakin dengan sejauh mana perang dagang ini akan berkembang, kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.
"Kita belum melihat respons penuh dari emas, dan jika perang dagang ini berlanjut dalam jangka waktu yang cukup lama, harga emas bisa naik secara signifikan di masa depan," tambah Melek.
Emas sering dianggap sebagai investasi safe-haven selama periode ketidakstabilan ekonomi atau geopolitik.
J.P. Morgan mengatakan bahwa tekanan dari pasar saham yang sedang bearish dapat membebani emas dalam jangka pendek, tetapi tarif perdagangan yang mengganggu menjadi faktor bullish dalam jangka menengah untuk emas batangan.
Investor menantikan data pekan ini terkait lowongan pekerjaan di AS, laporan ketenagakerjaan ADP, dan laporan ketenagakerjaan AS untuk mengukur kondisi ekonomi negara tersebut.
Sementara itu, bank-bank perdagangan emas mulai mengangkut emas dari pusat perdagangan di Asia seperti Dubai dan Hong Kong ke AS untuk mendapatkan keuntungan dari premi tinggi yang tidak biasa pada kontrak berjangka emas AS dibandingkan dengan harga spot.
Harga perak spot naik 0,8 persen menjadi USD31,56 per ons, harga platinum turun 1,5 persen menjadi USD963,40, dan harga paladium naik 0,5 persen menjadi USD1.012,85.
Indeks saham utama Wall Street ditutup lebih rendah pada perdagangan Senin, 3 Februari 2025, dengan pemulihan sebagian indeks. Pemicu penurunan ini adalah kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap tiga negara, Meksiko, Kanada, dan China.
Menurut data Reuters, S&P 500 kehilangan 45,45 poin, atau 0,75 persen, dan berakhir di 5.995,01 poin, sementara Nasdaq Composite turun 235,21 poin, atau 1,20 persen, menjadi 19.392,23. Dow Jones Industrial Average turun 124,47 poin, atau 0,27 persen, menjadi 44.420,19.
Sebelas sektor utama S&P mengalami pergerakan beragam, di mana sektor defensif seperti layanan kesehatan dan kebutuhan pokok konsumen memimpin kenaikan, sementara teknologi informasi dan barang konsumsi non-esensial mengalami penurunan terbesar.
Kebijakan tarif Trump terhadap Meksiko pada gilirannya masih ditunda. Keputusan ini diambil setelah perintahnya untuk mengenakan tarif pada tiga negara memicu kepanikan global terhadap aset-aset safe-haven sebelumnya di hari itu.
Trump mengatakan bahwa ia menunda tarif yang direncanakan terhadap Meksiko selama satu bulan setelah negara tersebut setuju untuk memperkuat perbatasan utaranya dengan 10.000 anggota Garda Nasional guna menekan aliran obat-obatan terlarang, terutama fentanyl.
Pada akhir pekan, Trump mengumumkan tarif baru yang besar, yaitu 25 persen pada impor dari Meksiko dan Kanada, serta 10 persen pada Cina, yang menurutnya dapat menyebabkan kesulitan jangka pendek bagi warga AS.
“Trump benar-benar serius bahwa tarif akan menjadi alat utama untuk mencapai berbagai tujuan yang berbeda,” kata Carol Schleif, kepala investasi di BMO Family Office.
“Mereka tidak akan hilang, dan perjalanan kemungkinan akan bergejolak dalam jangka pendek. Dan jelas bahwa Uni Eropa juga menjadi sasarannya,” imbuh dia.
Analis di Citi mencatat bahwa “jika tarif terus berlanjut, pasar kemungkinan akan bergerak lebih jauh ke bawah dan dampak inflasi akan muncul.”
Produsen mobil lama seperti Ford dan General Motors, yang terpukul akibat tarif yang akan datang, berhasil memulihkan sebagian kerugiannya.
Indeks Volatilitas Cboe, yang dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street, mencapai level tertinggi dalam seminggu sebelum turun.
Pasar saham telah mengalami tekanan sejak pekan lalu setelah startup China, DeepSeek, mengumumkan terobosan dalam model kecerdasan buatan berbiaya rendah yang menyebabkan saham teknologi anjlok. Nvidia dan indeks saham semikonduktor juga melemah.
“Dengan adanya tarif dan kepanikan akibat DeepSeek pekan lalu, pergeseran terjadi dari perusahaan yang berfokus pada infrastruktur teknologi ke arah perangkat lunak. Ada semacam penyaringan yang terjadi dengan lebih banyak perhatian tertuju pada perangkat lunak,” kata Schleif. (*)