Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Aktivitas Manufaktur Indonesia Menguat, Inflasi Terkendali di Awal 2025

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 03 February 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Aktivitas Manufaktur Indonesia Menguat, Inflasi Terkendali di Awal 2025

KABARBURSA.COM - Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia awal 2025 kembali mencatatkan kinerja solid dengan ekspansi di level 51,9, meningkat 1,37 persen dari Desember 2024 di level 51,2. Kenaikan produksi dan permintaan baru baik dari pasar domestik maupun mancanegara mendorong peningkatan ini.

“Kenaikan PMI manufaktur ini menjadi sinyal positif mengawali tahun 2025 ini. Momentum ini akan terus dijaga, Pemerintah berkomitmen menjaga kinerja sektor riil serta mendukung kebijakan yang pro terhadap pertumbuhan industri,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin, 3 Februari 2025.

Rinciannya, perkembangan sektor manufaktur pada Januari 2025 mencerminkan ekspansi aktivitas konsumsi dan dunia usaha yang konsisten sejak akhir tahun lalu. Pada Desember 2025, indeks penjualan riil (IPR) meningkat 1,0 persen secara tahunan (November: 0,9 persen) dan indikator konsumsi yaitu indeks keyakinan konsumen (IKK) yang dirilis Bank Indonesia ekspansif di level 127,7 (November: 125,9). Dari aktivitas dunia usaha, penjualan listrik industri ekspansif 4,3 persen (yoy), meningkat signifikan dari pertumbuhan 1,5 persen pada bulan sebelumnya.

Dengan perkembangan tersebut, optimisme pelaku industri manufaktur terhadap prospek 2025 semakin kuat. Kenaikan permintaan mendorong perusahaan untuk menambah tenaga kerja serta meningkatkan stok bahan baku dan barang jadi guna mengantisipasi lonjakan penjualan. Sementara itu, di tingkat global, beberapa mitra dagang utama Indonesia seperti India (58,0); AS (50,1); dan China (50,1) juga menunjukkan ekspansi manufaktur. Namun, sebagian besar negara ASEAN masih mengalami kontraksi, seperti Thailand (49,6); Vietnam (48,9); dan Malaysia (48,7).

Sementara itu, inflasi pada Januari 2025 tercatat turun menjadi 0,76 persen (yoy) (Desember 2024: 1,57 persen). Secara bulan ke bulan, terjadi deflasi sebesar 0,76 persen (mtm) terutama didorong oleh program diskon tarif listrik di tengah kenaikan harga beberapa komoditas pangan akibat musim hujan.

“Kebijakan program diskon tarif listrik sebesar 50 persen kepada sebagian besar pengguna merupakan bagian dari program Pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendorong aktivitas ekonomi. Kebijakan ini berdampak positif bagi perekonomian sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga,” lanjut Febrio.

Berdasarkan komponen, tren penguatan inflasi inti terus berlanjut mencapai 2,36 persen (yoy), mencerminkan permintaan yang masih tumbuh. Beberapa kelompok yang meningkat, antara lain, pakaian dan alas kaki, pendidikan, peralatan rumah tangga, perawatan pribadi, dan jasa lainnya. Musim hujan yang masih berlangsung juga mendorong naiknya beberapa harga pangan sehingga menyebabkan peningkatan inflasi harga bergejolak mencapai 3,07 persen (yoy).

Beberapa komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga antara lain produk unggas, cabai rawit, dan ikan segar. Di sisi lain, komponen harga diatur Pemerintah tercatat mengalami deflasi 6,41{2e9bc3ae123f25e28d6ac6e44e4cf821ff83e5760ca12460cdd5b137569dbf5d} didorong oleh program diskon tarif listrik. Normalisasi tarif transportasi pasca libur Nataru, seperti tarif kereta api dan angkutan udara, juga berdampak pada menurunnya inflasi kelompok jasa angkutan penumpang.

Pemerintah terus berupaya menjaga inflasi tetap terkendali guna mendukung terjaganya daya beli masyarakat, terutama menjamin akses pangan. Pemerintah berkomitmen untuk menjaga inflasi pada interval sasaran dengan dukungan koordinasi pusat dan daerah melalui TPIP dan TPID.

“Pemerintah secarakonsisten melakukan kebijakan untuk menjaga terkendalinya inflasi pangan, termasuk meningkatkan produksi dan memperkuat cadangan pangan guna mencapai ketahanan pangan. Dalam mempersiapkan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idul Fitri, Pemerintah akan terus memitigasi risiko gejolak yang mungkin terjadi,” tutup Febrio.

Manufaktur Indonesia Bangkit

Akhir 2024 membawa kabar segar untuk sektor manufaktur Indonesia. Setelah terpuruk beberapa bulan, aktivitas pabrik akhirnya kembali bertumbuh. Data Purchasing Manager’s Index (PMI) dari S&P Global menunjukkan angka 51,2 di Desember, naik dari 49,6 di bulan sebelumnya. Ini jadi angka tertinggi sejak Mei 2024 dan menandai pertumbuhan pertama sejak Juni di tahun yag sama

Output dan permintaan baru sama-sama naik dengan laju produksi yang lebih cepat dibanding November. Permintaan baru, baik dari pasar domestik maupun ekspor, mulai menguat. Volume penjualan ekspor bahkan mencatat kenaikan pertama dalam hampir setahun, meski masih tipis.

Perusahaan pun sigap menyikapi lonjakan ini. Aktivitas pembelian bahan baku naik dua bulan berturut-turut dengan pertumbuhan solid yang juga jadi yang terbaik sejak Mei 2024. Kenaikan ini tidak hanya memenuhi kebutuhan produksi saat ini, tetapi juga membantu membangun stok untuk bulan-bulan mendatang. Inventaris input dan barang jadi sama-sama meningkat, mencerminkan optimisme perusahaan terhadap prospek tahun depan.

Sebagian besar perusahaan percaya 2025 akan lebih cerah. Stabilitas ekonomi yang diharapkan bakal meningkatkan pendapatan dan daya beli pelanggan. Hal ini terlihat dari kenaikan jumlah staf pada Desember, meski masih kecil. Namun, tingkat pekerjaan yang belum terselesaikan juga ikut naik untuk pertama kalinya sejak Mei.

Di sisi lain, tantangan belum sepenuhnya hilang. Inflasi harga bahan baku masih cukup tinggi, meski lebih rendah dari rata-rata jangka panjang. Penguatan dolar AS membuat harga barang impor naik, sementara gangguan rantai pasokan membuat kinerja vendor menurun. Untuk mengimbangi kenaikan biaya ini, perusahaan menaikkan harga jual selama tiga bulan berturut-turut. Meski inflasi harga tergolong sedang, tekanannya tetap terasa sejak Agustus 2024. (*)