Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Mengintip Peluang Kerja Sama Energi Indonesia dengan Uni Emirat Arab

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 02 February 2025 | Penulis: Harun Rasyid | Editor: Redaksi
Mengintip Peluang Kerja Sama Energi Indonesia dengan Uni Emirat Arab

KABARBURSA.COM - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, melakukan pertemuan dengan Menteri Energi dan Infrastruktur Uni Emirat Arab Suhail Mohamed Al Mazrouei, di Gedung Ali Wardhana, Jakarta, Jumat 31 Januari 2025.

Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga dan Menteri Suhail membicarakan potensi kerja sama strategis pada sektor energi antara Indonesia dan Uni Emirat Arab.

Kerja sama di bidang energi terbilang penting, sebab pemerintah berupaya memaksimalkan potensi energi yang dimiliki Indonesia serta memastikan kebutuhan energi masyarakat dapat selalu terpenuhi. Hal ini untuk menguatkan sektor energi Indonesia dan juga demi kesejahteraan masyarakat.

Pada pertemuan tersebut, Menteri Suhail menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara mitra yang strategis bagi Uni Emirat Arab.

Dengan adanya kesepakatan kerja sama ekonomi dalam kerangka Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-UAE CEPA), Suhail menekankan bahwa terdapat banyak sektor yang dapat dikolaborasikan dari kedua negara, salah satunya terkait pengembangan sektor energi.

Suhail juga mengusulkan agar kedua negara memiliki program unggulan di sektor energi seperti pengembangan pembangkit listrik dengan kapasitas besar hingga 100 GW (Gigawatt) dan pembangunan data center.

“Kita memerlukan task force untuk memastikan kerja sama sektor energi kedua negara dapat terimplementasi," ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip, Minggu 2 Februari 2025.

Menanggapi usulan Suhail tersebut, Menko Airlangga menyatakan implementasi persetujuan I-UAE CEPA agar bisa diakselerasikan.

“Kita harus mempercepat implementasi kerja sama kita dan mulai mengeksplorasi sektor-sektor strategis, salah satunya yakni Andaman Sea Project dan pembangunan data center di Pulau Batam atau Bintan,” ucapnya.

Diketahui, sektor energi merupakan sektor yang menjadi perhatian antara Indonesia dan Persatuan Emirat Arab. Sebelumnya, terdapat kerja sama antar kedua negara yaitu pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Cirata, Provinsi Jawa Barat.

Pengembangan PLTS tersebut merupakan kerja sama antara PLN dan Masdar yang merupakan perusahaan asal UAE yang bergerak di bidang energi bersih. Saat ini energi sebesar 145 MWp (MegaWatt Peak) telah dihasilkan oleh PLTS Cirata.

Lebih lanjut, Suhail juga menjelaskan rencana internalnya untuk menyusun proposal kerja sama komprehensif untuk pengembangan hilirisasi bauksit dan gas. Pengembangan komoditi tersebut, dinilai penting bagi industri terutama alumunium serta pembangunan pembangkit listrik dengan kapasitas besar.

Pada akhir pertemuan, kedua Menteri sepakat untuk menindaklanjuti dan mengimplementasikan I-UAE CEPA, mengeksplorasi sektor strategis, serta memastikan iklim bisnis yang baik bagi para pelaku usaha di kedua negara.

Kerja Sama Dagang dengan India

Belum lama ini, Menko Airlangga Hartarto juga melakukan kesepakatan dengan Menteri Perdagangan India Shri Piyush Goyal untuk menyelesaikan berbagai masalah teknis terkait perdagangan Indonesia dan India.

Kesepakatan ini terwujud dalam pertemuan bilateral yang digelar pada sela-sela acara Meeting of India – Indonesia CEOs Forum yang diselenggarakan oleh KADIN Indonesia di New Delhi, Sabtu 25 Januari 2025

“Kami telah menyepakati menugaskan tim teknis membahas semua isu dan permasalahan di tingkat teknis, dan akan melakukan pertemuan bilateral kembali pada pertengahan Februari 2025 di New Delhi,” ujar Airlangga dalam keterangan resminya.

Dalam kesempatan tersebut, kedua pihak membahas sejumlah isu strategis, terutama terkait perdagangan dan investasi. Pertemuan berikutnya dijadwalkan pada Februari 2025 di New Delhi, dengan fokus pada pembahasan lebih lanjut.

Salah satu topik yang dibahas adalah neraca perdagangan Indonesia-India yang menunjukkan surplus signifikan bagi Indonesia, serta langkah-langkah untuk memperkuat perdagangan bilateral yang telah mencapai hampir 27 miliar dolar AS pada 2023, dengan pertumbuhan tahunan mencapai 20,54 persen dari 2019 hingga 2023.

Selain itu, kedua negara juga membahas isu teknis perdagangan yang meliputi perizinan, kuota, pembatasan non-tarif, prosedur kepabeanan, dan isu terkait ekspor sawit dan batu bara Indonesia ke India.

“Diharapkan langkah konkret ini akan mampu mendorong ekspor Indonesia dan meningkatkan perdagangan Indonesia dengan India,” ujarnya.

Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya @airlanggahartarto_official, dirinya mengungkapkan bahwa hubungan diplomatik antara Indonesia dan India telah berlangsung selama 75 tahun. Sepanjang waktu tersebut, kedua negara telah membuktikan diri sebagai kekuatan utama di kawasan Asia, dengan hubungan yang semakin solid.

“Lebih dari itu, hubungan istimewa dua negara ini sesungguhnya tidak hanya mengakar pada sebuah catatan sejarah yang panjang, tetapi juga berkembang menjadi kemitraan strategis yang mencakup berbagai sektor, termasuk kerja sama perdagangan dan industri,” ujar Airlangga, dikutip dari akun Instagram pribadinya.

Menko Airlangga menyebut bahwa setelah Indonesia resmi bergabung dengan BRICS (Brazil, Russia, China, and South Africa), kerja sama ekonomi antara kedua negara diperkirakan akan semakin intensif.

“Saya dan Bapak Piyush Goyal berkomitmen untuk terus memperkuat kemitraan, khususnya dalam bidang kerja sama ekonomi, sektor industri, dan perdagangan, yang saling menguntungkan bagi kedua negara,” pungkas Airlangga.

Surplus Perdagangan Indonesia-India

Pada bulan April 2024, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan terhadap beberapa negara. India memimpin dengan surplus senilai USD1,46 miliar, diikuti oleh Amerika Serikat (AS) dengan surplus USD1,09 miliar, dan Filipina dengan surplus sebesar USD700 juta.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), surplus perdagangan yang penting dengan India disebabkan oleh hasil yang baik dari beberapa kategori barang, termasuk bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak hewan atau tumbuhan (HS15), serta logam mulia dan perhiasan/permata (HS71).

Sementara itu, dengan AS, surplus perdagangan tercatat menurun dibandingkan kinerja Maret 2024 sebesar USD1,50 miliar. Capaian surplus April 2024 masih lebih tinggi dibanding April tahun lalu yang sebesar USD914,0 juta.

Selanjutnya, surplus perdagangan dengan Filipina pada April 2024 tercatat lebih rendah jika dibandingkan capaian bulan Maret yang sebesar USD878,7 juta, sementara pada April 2023 tercatat sebesar USD657,0 juta.(*)