Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Penjualan iPhone Awal Tahun Turun di Tengah Laju AI

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 31 January 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Penjualan iPhone Awal Tahun Turun di Tengah Laju AI

KABARBURSA.COM - Apple mengawali tahun ini dengan kabar yang kurang menggembirakan. Penjualan iPhone tercatat turun tipis selama kuartal liburan akhir tahun. Penurunan pendapatan iPhone sekitar 1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya memang sudah diperkirakan.

Pasalnya, pembaruan perangkat lunak pertama yang memungkinkan penggunaan fitur kecerdasan buatan atau AI di iPhone baru tiba menjelang Halloween dan hingga kini masih terbatas di beberapa wilayah. Salah satu pasar besar yang belum kebagian teknologi ini adalah China, di mana Apple terus kehilangan pangsa pasar.

Meskipun tidak secara spesifik menyebut China, CEO Apple Tim Cook mengatakan kepada investor bahwa pembaruan perangkat lunak yang membawa fitur AI ke lebih banyak pasar Eropa, Jepang, dan Korea akan diluncurkan pada April mendatang.

Secara keseluruhan, Apple masih mencatatkan sedikit peningkatan pendapatan, meski tidak signifikan. Perusahaan yang berbasis di Cupertino, California, itu melaporkan laba sebesar USD36,3 miliar atau USD2,40 per saham, naik 7 persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu, total pendapatan naik 4 persen menjadi USD124,3 miliar.

Dari jumlah tersebut, pendapatan iPhone mencapai USD69,1 miliar. Namun, di China, pendapatan Apple justru turun 11 persen menjadi USD18,5 miliar. Penurunan ini sejalan dengan semakin menyusutnya pangsa pasar iPhone di negara tersebut, yang kini lebih banyak dikuasai oleh merek lokal seperti Huawei dan Xiaomi.

Selama 2024, menurut data Counterpoint Research, pangsa pasar iPhone mengalami penurunan satu poin menjadi 18 persen. Sementara itu, Samsung Electronics, sebagai pesaing utama Apple, juga kehilangan pangsa pasar, yang kemudian dimanfaatkan oleh produsen ponsel Android asal China seperti Xiaomi dan Vivo. Secara tahunan, penjualan Apple tercatat turun 2 persen, sementara pasar global justru tumbuh 4 persen.

Menurut data dari International Data Corp, pengiriman iPhone di Tiongkok turun hampir 10 persen pada kuartal terakhir, sementara Huawei dan Xiaomi masing-masing mengalami lonjakan lebih dari 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Meski China menjadi tantangan, kami yakin daya tarik produk Apple sebagai barang mewah serta potensi inovasi AI akan menjaga permintaan tetap stabil di negara tersebut,” tulis analis Edward Jones, Logan Purk, dalam catatan risetnya, dikutip dari AP di Jakarta, Jumat, 31 Januari 2025.

Ekspektasi bahwa fitur AI di iPhone akan mendorong konsumen berbondong-bondong mengganti perangkat lama menjadi alasan utama lonjakan harga saham Apple hingga 30 persen tahun lalu. Namun, kesadaran bahwa peningkatan permintaan mungkin tidak akan terjadi secepat yang diperkirakan telah menyebabkan saham Apple turun 5 persen selama Januari 2025.

Awalnya, saham Apple sempat melemah setelah laporan keuangan ini dirilis, tetapi kemudian berbalik naik lebih dari 3 persen setelah Tim Cook menyebut adanya rekor jumlah pengguna yang melakukan upgrade iPhone.

“Saya tidak bisa lebih optimistis tentang produk-produk kami,” ujar Cook dalam konferensi bersama investor. “Saya pikir masih banyak inovasi yang bisa dieksplorasi di dunia smartphone.”

Bayang-Bayang DeepSeek Masih Mengintai

[caption id="attachment_116349" align="alignnone" width="700"] DeepSeek telah menjadi alarm pengingat bagi Washington. FOTO: JUSTIN SULLIVAN/GETTY IMAGES.[/caption]

Apple berusaha meyakinkan investor dengan proyeksi pendapatan untuk kuartal Januari-Maret yang diperkirakan akan sesuai atau bahkan melampaui ekspektasi analis. Perkiraan ini tampaknya cukup untuk meningkatkan kepercayaan pasar terhadap raksasa teknologi tersebut.

Namun, kekhawatiran terhadap penurunan penjualan iPhone muncul di tengah pertanyaan yang lebih besar, apakah AI benar-benar akan menjadi ladang uang bagi perusahaan teknologi AS seperti yang selama ini dibayangkan? Kekhawatiran ini semakin diperkuat setelah startup asal China, DeepSeek, merilis versi AI dengan biaya pengembangan jauh lebih rendah dari yang sebelumnya dianggap mahal.

Berbeda dengan raksasa teknologi lain seperti Microsoft, Google (di bawah Alphabet Inc.), dan Meta Platforms (induk Facebook), Apple belum berinvestasi besar-besaran di bidang AI. Inilah yang membuatnya kerap dianggap sebagai pemain tertinggal dalam industri ini. Meski demikian, strategi Apple yang lebih hati-hati bisa menjadi keuntungan jika teknologi DeepSeek terus menekan biaya pengembangan AI secara signifikan.

Di luar iPhone, divisi layanan Apple tetap menjadi penyumbang pendapatan terbesar, dengan total USD26,3 miliar pada kuartal terakhir—naik 14 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Bisnis ini telah berkembang pesat selama bertahun-tahun dengan salah satu sumber pendapatan utamanya berasal dari kesepakatan eksklusif yang menjadikan Google sebagai mesin pencari bawaan di iPhone dan perangkat Apple lainnya.

Namun, kesepakatan bernilai lebih dari USD20 miliar per tahun itu kini berada dalam ancaman. Jika Google dinyatakan sebagai monopoli ilegal, perjanjian tersebut bisa dilarang sebagai bagian dari sanksi yang diajukan regulator.(*)