KABARBURSA.COM - Pasar saham Amerika Serikat atau Wall Street ditutup melemah pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat, 29 Januari 2025, atau Kamis dinihari WIB, 30 Januari 2025, meskipun sempat bangkit dari posisi terendahnya setelah Federal Reserve (The Fed) mengumumkan kebijakan suku bunga.
Sesuai ekspektasi pasar, The Fed mempertahankan suku bunga acuannya tetap stabil setelah sebelumnya memangkas suku bunga sebanyak tiga kali sepanjang tahun 2024, dengan total pemangkasan satu persen penuh.
Saham-saham teknologi menjadi sektor yang paling membebani pergerakan indeks, dengan saham Nvidia turun 4,1 persen dan Microsoft melemah 1,1 persen. Pelemahan ini masih berkaitan dengan aksi jual saham teknologi yang terjadi sebelumnya, setelah startup asal China, DeepSeek, meluncurkan model kecerdasan buatan (AI) yang diklaim lebih hemat biaya dan tidak bergantung pada chip canggih seperti yang digunakan OpenAI dari AS.
Setelah pernyataan The Fed dirilis, indeks Nasdaq sempat merosot lebih dari 1 persen pada perdagangan siang hari. Dalam pernyataannya, bank sentral AS menghapus frasa bahwa inflasi "telah menunjukkan kemajuan" menuju target 2 persen, dan hanya menyebut bahwa laju inflasi masih "tetap tinggi."
Meskipun sempat menambah tekanan di pasar, indeks mulai memangkas kerugiannya ketika Ketua The Fed Jerome Powell, berbicara dalam konferensi pers. Powell menyatakan bahwa The Fed tidak terburu-buru dalam mengubah kebijakan dan menilai kondisi saat ini sudah berada dalam posisi yang tepat untuk menghadapi tantangan ekonomi.
Hal ini memberikan sedikit kelegaan bagi investor. Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management, menilai bahwa "Powell sangat baik dalam menenangkan pasar, terutama karena kondisi ekonomi yang kuat memberikan ruang manuver lebih bagi The Fed."
Sementara itu, pada akhir perdagangan, Dow Jones Industrial Average melemah 136,83 poin atau 0,31 persen menjadi 44.713,52. S&P 500 turun 28,39 poin atau 0,47 perseb ke level 6.039,31, sementara Nasdaq Composite kehilangan 101,26 poin atau 0,51 persen ke level 19.632,32.
Analis dari Spartan Capital Securities, Peter Cardillo, menilai bahwa keputusan The Fed tidak memberikan kejutan bagi pasar. Powell juga menambahkan bahwa masih terlalu dini untuk menilai bagaimana kebijakan Presiden Donald Trump ke depan akan mempengaruhi ekonomi, meskipun para investor khawatir mengenai kebijakan tarif yang diusulkan oleh Trump, yang berpotensi meningkatkan tekanan inflasi dan memperlambat laju pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
Saat ini, pelaku pasar memperkirakan total pemangkasan suku bunga tahun ini akan mencapai 44 basis poin, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 48 basis poin sebelum pernyataan The Fed. Artinya, ekspektasi pasar terhadap kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing 25 basis poin di tahun ini mulai berkurang.
Pelaku pasar kini menunggu rilis data inflasi utama, yaitu Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) bulan Desember, yang akan diumumkan pada hari Jumat mendatang. Data ini menjadi acuan penting bagi The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneternya ke depan.
Di sisi korporasi, setelah penutupan perdagangan, Microsoft melaporkan pertumbuhan yang lebih lambat dari ekspektasi pada bisnis layanan cloud Azure meskipun secara keseluruhan pendapatannya melampaui estimasi. Hal ini membuat saham Microsoft turun 1,5 persen dalam perdagangan setelah jam bursa. Sementara itu, saham perusahaan layanan cloud F5 melonjak 11,4 persen setelah memproyeksikan pendapatan kuartal kedua di atas perkiraan dan mencatat kinerja pendapatan kuartal pertama yang lebih baik dari ekspektasi.
Secara keseluruhan, tekanan jual masih dominan di pasar saham. Di Bursa Efek New York (NYSE), jumlah saham yang turun lebih banyak dibanding yang naik dengan rasio 1,6 banding 1.
Di Nasdaq, sekitar 2.548 saham melemah, sementara hanya 1.829 saham yang menguat, dengan rasio 1,39 banding 1. Volume transaksi di seluruh bursa AS mencapai 13 miliar saham, lebih rendah dibandingkan rata-rata 15,5 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.
Fed Pertahankan Suku Bunga
Hancurnya Wall Street salah satunya disebabkan oleh keputusan The Fed mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen. Keputusan ini diambil dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal atau FOMC, yang digelar Rabu, 29 Januari 2025, waktu setempat.
Keputusan tersebut memang sudah diprediksi oleh pasar dan berhasil mengakhiri tren pemangkasan suku bunga yang sebelumnya terjadi tiga kali berturut-turut, sejak September 2025.
Dikutip dari CNBC International, langkah the Fed ini diambil di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi, usai Presiden Donald Trump dilantik menjadi Presiden AS untuk kali kedua.
Trump memang dikenal sering mengkritik kebijakan the Fed, dan sebelumnya menginginkan agar suku bunga acuan atau Fed Rate dipangkas sesegera mungkin.(*)